Selasa, Juni 23

PEMBELAJARAN VERBAL

Oleh: Jumadi Tuasikal


A. Pendahuluan
Manusia tidak terlepas dari berbicara. Ketika lahirpun manusia telah menggunakan bahasa verbal yaitu berupa tangisan. Dalam belajarpun manusia berinteraksi dengan bahasa verbal. Pembelajaran verbal digunakan untuk memahami arti dari dokumen abstrak seperti undang-undang hak dan juga untuk memahami sebuah kata asing, ini melibatkan pembelajaran verbal.
Pembelajaran yang efektif semestinya memperhatikan bahasa verbal. Hal ini didasari bahwa untuk menyajikan materi kepada peserta didik semestinya memerlukan bahasa yang jelas, padat dan singkat. Mimik wajah, intonasi, senyum ataupun tertawa merupakan bagian dari bahasa verbl. Bagaimana jadinya pembelajaran jika bahasa verbal tidak dipahami oleh guru dan siswa. interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan komunikasi yang baik. Adapun komunikasinya seperti lisan dan bahasa tubuh.
Pesan yang diinginkan akan sampai, jika dikemas dengan baik. Di sinilah peran pendidik (guru) memaksimalkan kemampuan verbalnya dalam pembelajaran. Segala sesuatunya bermula dari bahasa. Oleh karenanya pemilihan bahasa dalam pembelajaran adalah kunci berhasilnya pembelajaran tersebut.
Cerminan jiwa seseorang akan terlihat dari sejauhnya mana bagusnya bahasa seseorang. Sebab kejernihan pikiran seseorang bisa terlihat dari tindakan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya. Bahasa verbal menjadi daya tarik seseorang sehingga dia disukai. Budi pekerti seseorang dengan mudah dipantau dengan bahasa verbal yang dilakukannya. Oleh karena bahasa verbal mrupakan bangunan dasar seseorang berinterak dengan lingkungannya, maka alam pembelajaran pun demikian adanya. Pada pembelajaran verbal ada dua konsep penting yaitu persinggungan dan frekuensi. Pada persinggungan adanya peristiwa yang saling melengkapi atau berdekatan satu sama lain pada tempat atau pada waktu. Pada frekuensi mengacu pada konsep bagaimana dua peristiwa itu terjadi secara berdekatan. Konsep ini sangat penting karena merupakan prinsip yang sudah berjalan lama dalam pengembangan asosiasi. Untuk lebih jelasnya bagaimana pembelajaran verbal tersebut, makalah ini dibahas bagaimana sesungguhnya pembelajaran tersebut. Bagaimana dengan asas filosofinya dan manfaatnya bagi dunia pendidikan.

B. Ruang lingkup Pembelajaran Verbal
Pembelajaran verbal merupakan beberapa situasi pembelajaran dimana tugas-tugas yang membutuhkan orang yang belajar untuk merespon materi bahan-bahan verbal seperti kata-kata atau menanggapi dengan respon verbal. Pembelajaran verbal merupakan proses yang komplek yang terdiri dari pemecahan masalah, berfikir dan rumusan konsep dan juga melibatkan aktivitas kognitif.
            Pembelajaran verbal secara sistematis dimulai oleh Herman Ebbinghaus, seorang psikolog Jerman tahun 1885. Dia tertarik akan kondisi-kondisi manusia belajar untuk membentuk kelompok dan cara mempertunjukkan bagaimanapun mengukur manuia belajar.

C. Prosedur dan Bahan Pembelajaran Verbal
`Berbagai bahan yang digunakan dalam penelitian pembelajaran verbal. Pada tingkat sederhana huruf tunggal dapat digunakan. Tiga huruf itu disebut trigrams, yaitu berupa konsonan-vokal-konsonan (cvc) kombinasi atau konsonan-konsonan-konsonan (CCC) kombinasi. Istilah trigram datang untuk menggantikan istilah suku kata yang kosong karena lebih mudah untuk merujuk pada keberatian dari trigrams. Trigrams bervariasi dalam sifat asosiatif seperti nilai asosiasi. Dalam rangka untuk menentukan nilai asosiasi, subjek manusia diperlihatan trigram satu persatu waktu untuk suatu periode singkat dan bertannya apakah ereka memiliki hubungan ke trigram. Dimana subjeknya memiliki asosiasi untuk mendefenisikan item verbal asosiasinya. Inti penelitian verbal adalah adanya tugas pembelajaran. Ada empat proses dasar pembelajaran verbal yaitu:
1. Pembelajaran serial
            Pembelajaran serial melibatkan pembelajaran serangkaian item pada urutan tertentu contohnya alphabet, nama-nama hari, nama sembilan planet dalam tata surya. Para ahli menjelaskan item pertama merupakan stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai respon. Respon kedua dianggap sebagai stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai responnya, begitu sebaliknya.
Pembelajaran serial ditandai dengan adanya suatu pola tertentu. Orang lebih cepat dan mudah belajar berbagai item pertama dan beberapa item terakhir dari pada item-item di tengah. Kecenderungan mempelajari item-item pertama dengan mudah dalam kurva pembelajaran serial disebut efek unggul. Kecendrungan untuk mempelajari item terakhir dengan mudah disebut efek resensi.
2. Pembelajaran gabungan berpasangan
            Pembelajaran gabungan berpasangan melibatkan pembelajaran berpasangan untuk item-itemnya, misalnya pembelajaran kosa kata bahasa inggris dengan bahasa lainnya. Para ahli teori pembelajaran menggambarkan gabungan berpasangan ini sebagai stimulus respon yang berbeda yaitu item pertama adalah stimulus dan item ke dua adalah respon.
            Dalam pembelajaran gabungan berpasangan tugas pelajar adalah mengupulkan pasangan-pasanga dari soal-soal, satu anggota pasangan menjadi stimulus dan anggota yang ke dua menjadi responnya. Dengan langkah ini orang yang mencoba mendesain yang mana soal-soal yang berfungsi sebagai stimulus dan mana yang respon, sedangkan pada pembelajaran serial sebuah soal dapat berfungsi keduanya.
3. Pembelajaran panggilan bebas
            Dalam panggilan bebas mata pelajaran diberikan seperangkat soal-soal verbal kepada suatu waktu membutuhkan pemanggilan soal kembali tanpa mempertimbangkan untuk memerintahkan pesanan prestasi dari unsur-unsur tentang masing-masing percobaan bervariasikan dan si pelajar bebas untuk memanggil kembali pada pesanan yang dipilih, ini di istilahkan dengan “free recal”atau pelajaran itu kadang-kadang dipanggil.
Prosedur panggilan bebas ini penting karena dapat diteliti , sebabnya:
1. bagaimana pelajar mengatur materi
2. isyarat, contoh, kategori, konseptual yang dideteksi pelajar selama pembelajaran dan digunakan selama panggilan kembali.
3. strategi digunakan dalam mendapatkan kembali memori.
Dalam panggilan bebas ini, subyek dihadirkan sebagai sebuah seni dari hal verbal sekali waktu dan diisyaratkan memanggil kembali.
Contoh:
Apel Teh Gajah Soda
Singa Kentang Bayam Pir
Kopi Jeruk Susu Sapi
Lobak Anjing laut Lemon Wortel

            Anda mungkin memperhatikan bahwa verbal tersebut bisa dibagai ke dalam empat kelompok, yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, minum-minuman dan binatang. Selanjutnya ini dapat mengelompokkan panggilan kembali yang berurutan pada hal tersebut.
4. Pembelajaran pengenalan
            Langkah-langkah dalam pembelajaran pengenalan dimana pelajar ditunjukkan hal-hal dalam fase studi kemudian diuji untuk pengenalan pada waktu percobaan. Contoh: pembelajaran untuk mengenali wajah orang-rang menjadi akrab, dengan penunjuk tertentu selama di jalan raya atau selam sebuah rute yang sering anda lewati atau jalani, contohnya rambu-rambu lalu lintas.
Pembelajaran pengenalan adalah proses dimana kita bisa membedakan peristiwa yaang sudah lazim dari peristiwa yang tidak lazim di lingkungan kita.

D. Assosianisme dan pembelajaran Verbal
            Pendekatan secara klasikal untuk pembelajaran verbal ini berasal dari teori asosiasi, kata-kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah nyata-nyata sudah lazim dan kata-kata yang sering dipraktekkan sebagai kesatuan yang terinteragsi, sebaliknya kesatuan lisan seperti REH, ZEZ dan GXC adalah kurang dikenal dan membutuhkan perimbangan praktek sebelum menjadi terintegrasi sebagai unit.
1. Kebermaknaan dan Pembelajaran Verbal.
            Clyde Noble menyatakan bahwa salah satu cara yang bisa digunakan untuk memahami tentang kebermaknaan adalah dengan mengukur jumlah asosiasi yang diberikan terhadap sebuah kata atau terhadap unit verbalnya. Jadi kebermaknaan bisa dikatakan sebagai asosiasi yang ditunjukan oleh sebuah unit verbal, dengan semakin banyak item-item kebermaknaan semakin banyak pula asosiasi.
            Dalam pembelajaran asosiasi kebermaknaan bisa dibagi terdiri dari stimlus dan respon. Semakin tinggi stimulus dan respon maka pembelajaran berarti semakin baik. Bila tingkat stimulus dan respon rendah maka tingkat pembelajaran juga rendah.
            Bagaimana caranya kebermaknaan bisa mempengaruhi pembelajaran asosiasi? Teori yang mendasari untuk penjelasan ini adalah teori probalitas asosiasi. Menurut teori ini dikatakan bahwa semakin banyak asosiasi ditampilkan oleh bagian-bagian kalimat, semakin besar pula kecenderungan asosiasi yang berasal dari stimulus dan respon untuk saling berhubungan.
Apabila stimulus dan reson bisa menunjukkan banyak asosiasi , upaya penghubung, akan menjadi lebih mudah, misalnya upaya menghubungkan sapi dengan anjing, karena mereka sama-sama hewan. Hubungan keduanya akan menjadi mudah apabila pelajar menganggap hewan sebagai sebuah asosiasi umum.
             Teori ini bisa mengalami kesulitan dalam penerapannya. Pertama apabila respon yang diberikan terhadap stimulus dalam sebuah prosedur pelatihan yang lebih baik, maka performa dalam proses menggunakan stimuli ini akan lebih buruk. Ini disebut dengan interference paradok. Kesulitan lainnya adalah dalam melakukan transfer temuan pelatihan.
Teori yang lebih umum diterima sekarang ini adalah teori penekanan pada penyimpulan unit-unit terpadu. Teori ini bersifat lebih kogniti karena ia menekankan kepada aktivitas-aktivitas manusia.
            Teori ini berakar dari dua prinsip, satu yang berhubungan dengan pembelajaran atau pemahaman respon, yang lainnya berhubungan dengan pembelajaran stimulus yang ditekankan.
Dalam hal respon, teori ini menekankan bahwa respon kebermaknaan memberikan efek dalam proses pemahaman karena lebih banyak respon kebermaknaan sebagai unit oleh pelajar. Semakin bermakna respon maka semakin terpadu formasi asosiasi. Kata-kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah kata-kata yang sudah umum dan sering di dengar atau digunakan. Di sini stimulus kebermaknaan tampak memberikan efeknya melalui stabilitas respon persepsi-rekognisi yang dibuat untuk stimuli. Stimulus berfungsi untuk memancing timbulnya respon bila ia diterima dalam bentuk yang konsisten. Teori menyatakan bahwa pembelajaran harus mengidentifikasi respon ke dalam bentuk stimulus respon yang bersifat implisit dan bisa menjadi representasi bentuk stimulus yang aktual.
2. Kesamaan dan pembelajaran Verbal
            Kesamaan adalah faktor lain yang berpengaruh terhadap upaya pemahaman verbal. Efeknya tergantung pada jenis upaya pemahaman verbal yang dilakukan, kada juga pada upaya pemahaman terhadap alat bantu kesamaan.
            Kesamaan formal dan bahan –bahan verbal ditentukan oleh jumlah huruf yang digunakan dalam membentuk sebuah kelompok item. Semakin banyak elemen yang ada maka semakin besar tingkat kesamaan item tersebut.
            Kata juga bervariasi dalam kesamaan makna. Dalam hal ini sekelompok kata yang sama memiliki sinonim seperti produktif, pekerja keras, efesien, ambisius, menyopir dan lain-lainnya. Sedangkan tingkat kesamaan yang rendah bisa ditemukan dalam kelompok kata yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Kata bisa sama secara konseptual yaitu apabila ia mengacu pada kategori yang sama atau menunjukkan contoh dari konsep yang sama, misalnya kata-kata phoenixs Tucson, Albuqueque, Elpaso dan Las Vegas adalah kata-kata yang menunjukkan kota-kota di Amerika Barat Daya.

E. Tahapan Analisa dari pembelajaran Verbal
1. Respon dan pembelajaran asosiasi
Langkah-langkah untuk memahami hubungan asosiasi ini ada dua macam. Pertama kita harus mengenal respon terhadap yang ingin kita pahami, kemudian kita harus mengaitkan respon tersebut dengan stimulus. Pada tahap pertama ini dimana respon menjadi terpadu sehingga ia dikenali, ini disebut dengan tahap pembelajaran respon. Pada tahap kedua adanya pengaitan respon tertentu terhadap stimulus tertentu, ini disebut dengan tahap asosiatif. Bila respon rendah dalam hal makna atau sulit untuk disebutkan maka yang dilakukan adalah pembelajaran respon dengan mengintegrasikan respon-respon tersebut dalam unit-unit yang tersedia.
2. Diskriminasi stimulus
            Diskriminasi stimulus adalah sebuah proses dasar dalam upaya pemahaman aosiasi. Pelajar harus membedakan bentuk-bentuk stimulusb apabila ingin menghubungkan stimulus tertentu dengan respon tertentu. Semakin tinggi tinggi tingkat stimulus semakin penting proses yang akan dilakukan.
3. Seleksi stimulus
            Pada seleksi stimulus hannya digunakan satu bagian stimulus eksperimenter yang diambil sebagai perwakilan dari stimulus secara keseluruhan. Stimulus eksperimenter adalah stimulus nominal sedangkan yang digunkan subjek untuk menilai respon adalah stimulus fungsional.
Sebagai perumpamaan anda bisa mengenal teman dekat anda hanya dengan melalui satu bagian wajah mereka, tidak harus keseluruhan tubuh mereka. Signifikansi proses seleksi stimulus yang lebih umum diketahui adalah bahwa ia menekan pada si pembelajar untuk menjadi sebuah prosedur informative yang aktif bukan organisasi yang cenderung pasif.
4. Pengkodean Stimulus
            Pengkodean stimulus adalah proses pengubahan atau pentransformasian stimulus nominal ke dalam bentuk baru atau representasi baru. Pengkodean terbagi atas pengkodean substitusi dan pengkodean elaborasi. Pengkodean substitusi adalah penggantian input stimulus dengan representasi baru sedangkan pengkodean elaborasi adalah pengkodean yang membutuhkan informasi tambahan yang berasal dari memori.
            Kita sering megkodean kejadian-kejadian stimulus dengan memberi singkatan atau label verbal seperti internasional Business Machines di labelkn dengan IBM, Student Union Building menjadi SUB, the University of Southern California menjadi USC. Kita juga mengkodean pola-pola yang tidak familir dengan memberi label verbal.
5. Bagaimana asosiasi dibentuk
            Asosiasi dibentuk secara bertahap. Presentasi berulang penting keberadaannya untuk menciptakan formasi asosiasi. Dengan pola ini formasi asosiasi merupakan proses berharap dan kontiniu yang memerlukan perulangan dan ada juga penilaian yang mengatakan bahwa asosiasi terbentuk berdasarkan basis all-or-none ( semua atau tidak sama sekali, tidak bisa satu-satu). Dalam pandangan ini ditekankan ketika asosiasi dibentuk ia akan mengembangkan kekuatan maksimumnya atau tidak sama sekali. Kebanyakan yang terjadi adalah adanya pandangan pertama yang terjadi secara bertahap. Bila arahnya berasal dari stimulus kepada respon ia disebut forward asosiasi dan bila kondisinya berupa dikenalinya stimulus ketika ada dalam respon sebagai isyarat maka ia disebut backward asosiasi.

F. Pendekatan kognitif dalam belajar verbal
            Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari pengetahuan kognitif yang telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Pengetahuan kognitif adalah himpunan disiplin yang terdiri dari psikologi kognitif, ilmu komputer, lingustik, intelegensi buatan dan epistimologi.
            Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
            Dalam perspektik psikologi kognitif belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa tingkah laku. Meskipun hal-hal yang bersifat tingkah laku tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahir seorang anak yang belajar membaca dan menulis akan menggunakan perangkat jasmani untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata dan menggoreskan pena bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak
Kecakapan kognitif siswa sangat penting dikembangkan diantaranya adalah:
1. strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. strategi meyakini materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran.
            Untuk lebih terbantunya seseorang belajar dalam ranah kognitif, maka berikut ini perlu diperhatikan bagaimana sebuah penyajian materi diberikan:
1. Pengelompokkan serta pemanggilan kembali
            Kita telah mencatat bahwa pemanggilan kembali manusia diatur kembali menurut bentuk asalnya. Ketika diatur dengan rangkian kata dan membutuhkan untuk memanggil mereka kembali. Kita memanggil pesanan atau hasil menggunakan kata yang berbeda dari hasil yang kita panggil. Ini disebut pengelompokkan pada pemanggilan kembali dan ini adalah satu jenis tanda dari proses organisasi pada pembelajaran verbal.
            Pada satu waktu kita bisa mengelompokkan atau mengorganisasian materi verbal dengan menghubungkan satu kata dengan kata yang lain, jika materi itu saling berhubungan kemudian cenderung memanggil kembali, proses ini disebut pengelompokan berhubungan. Sebagai contoh kata anak laki-laki-anak perempuan, malam-siang, hijau-rumput. Jenis pengelompokkan yang lain adalah pengelompokkan kategori, dimana memanggil item-item dengan menghubungkan konsep-konsep kategoi pada daftar.
2. Pengorganisasian subjektif
            Pada dasarnya manusia juga memaksakan pengorganisasian mereka sendiri pada daftar lisan ketika tidak ada organisasi peristiwa atau struktur, proses ini disebut pengorganisasian subjektif.
3. Pengkodean
            Proses mengubah informasi menjadi ingatan disebut tanda. Lebih umum lagi tanda ganti dari penyusunan informasi sebagai fasilitas ingatan. Contoh kita memberi hubungan arti silabus BYO, CIE dan IPL dapat dikodekan sebagai BOY, ICE dan LIP. Proses pengkodean juga meliputi perluasan informasi.
4. Meditasi bahasa alami
            Kita mengetahui salah satu tipe dari pengkodean adalah meditasi bahasa alami. Pada situasi ini manusia menggunakan bahasa dalam materi pembelajaran. Dalam hal ini pelajar dilihat sebagai seorang agn aktif dalam memproses informasi. Ketika memberikan makna informasi pada memori, manusia bisa mengumpulkan informasi dengan menggunakan kata, frase atau kalimat yang membantu dalam bentuk materi.
5. Perumpamaan mental
            Kemampuan kita menggunakan perumpamaan mental merupakan faktor yang sangat besar dalam pembelajaran verbal. Dalam hal ini sepasang gabungan kata adalah sepasang belajar dengan menggunakan perumpamaan mental atau gambar fasilitas belajar.
            Perumpamaan mental dipelajari dengan dua cara yaitu dengan mengajar manusia untuk gagasan perumpamaan mental ketika belajar materi verbal. Prosedur yang khas adalah mengajar subjek hanya kepada bicara untuk belajar fakta sepasang mencoba menggambarkan mental yang akan menghubungkan dua kata maka harus digabungkan. Prosedur ke dua adalah merobah perumpamaan kata unit verbal dalam pengalaman belajar, perumpamaan materi verbal adalah meyakinkan merobah perhatian. Perumpamaan nilai sebagai materi verbal mengurangi kemudahan belajar. Dalam hal ini rangsangan dan respon lahir sebagai fasilitas belajar.
6. Teori imajinasi
            Penjelasan yang lebih umum tentang efek imajinasi dalam pembelajaran verbal adalah imajinasi dapat melayani alternatif atau bergabung dengan kode lisan sebagai sebuah cara menyajikan informasi dalam memori. Jika menyajikan beberapa informasi dengan cara ke dua imajinasi dan kode lisan penyajian akan lebih kuat, ini disebut teori pengkodean rangkap yang diuraikan oleh Allan Pavlov.
Asumsi umum teori kognitif:
1.Beberapa proses pembelajaran dapat menjadi unik dengan manusia. (Contoh, kompleks bahasa.)
2. Proses kognitif adalah fokus studi. Peristiwa Mental adalah pusat untuk belajar manusia dan karena itu mereka harus dimasukkan ke dalam teori belajar.
3.Tujuan pengamatan sistematis perilaku masyarakat harus menjadi fokus penyelidikan ilmiah, namun, kesimpulan tentang proses mental yang tidak teramati sering bisa ditarik dari studi tersebut.
4. Individu aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka bukan penerima pasif dari kondisi lingkungan, mereka adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan, mereka dapat mengendalikan pembelajaran mereka sendiri.
5. Belajar melibatkan pembentukan asosiasi mental yang belum tentu tercermin dalam perubahan perilaku terbuka. Hal ini sangat bertentangan dengan posisi behavioris, dimana pembelajaran tidak bisa terjadi tanpa perubahan perilaku eksternal. Hal ini kontras dengan tujuan perilaku.
6.Pengetahuan diatur. Sebuah pengetahuan individu adalah diri diselenggarakan melalui asosiasi berbagai mental dan struktur.
7. Belajar adalah suatu proses yang berkaitan informasi baru untuk mempelajari informasi yang sebelumnya. Belajar yang paling mungkin terjadi ketika seorang individu dapat belajar baru mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.

G. Motivasi dan pembelajaran verbal
            Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.

Jenis-jenis Motivasi
            McClelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif. Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :
Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive)
            Adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab, risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.
            Motif untuk berkuasa (Power Motive), motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter. Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang lain.Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi tertentu.

Ciri-ciri orang dengan motif berprestasi tinggi adalah :
1. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah
2. Menentukan sendiri standar prestasi
3. Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas rutin tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas yang memiliki arti bagi mereka
4. Tidak didorong oleh hadiah dalam melakukan sesuatu
5. Cenderung mengambil resiko bertaraf sedang dan diperhitungkan
6. Mencoba mendapat umpan balik dari tindakannya
7. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan
8. Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman
9. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya.
10. Cenderung mencari cara unik untuk menyelesaikan masalah
11. Kreatif
12. Dalam belajar seakan-akan dikejar-kejar waktu.

            Tokoh lain membagi motivasi menurut sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Siswa dengan motivasi intrinsik mampu bersedia untuk belajar walaupun tidak ada insentif atau hadiah. Contoh: siswa yang menyukai mata pelajaran tertentu akan menganggap mata pelajaran itu merupakan motivasi mereka untuk belajar. Mereka hanya membutuhkan sedikit dorongan atau hadiah untuk belajar hal-hal yang penting agar memiliki pengetahuan yang banyak. Mereka juga akan bekerja keras untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan siswa dengan motivasi ekstrinsik akan membutuhkan adanya pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya (Djiwandono, 2002).
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai pelajar.
1. Kecemasan
            Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi dalam belajar dan juga mempengaruhi kecemasan dalam pembelajaran verbal. Motivasi merupakan bentuk untuk mengatasi kecemasan dengan perbuatan. Masalah ini menjadi komplek dengan berkurangnya motivasi adalah perlu untuk mengembagkan pembelajaran yang optimal.
            Pengaruh kecemasan tidak hanya ketika belajar tetapi juga terjadi di ruangan kelas. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi akan memperhatikan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kelas, seperti retaknya dinding, sebuah coretan di meja, pakaian instruktur, wajah atau penampilan dan yang lain yang dilakukan oleh orang lain. Akhirnya siswa akan kurang berfikir dengan topik diskusi dan bahan pelajaran. Dengan demikian perhatian seseorang itu akan menyimpang dari penjelasan dosen sewaktu di kelas ketika kita sedang dalam keadaan cemas.
2. Mengontrol Kecemasan
            Setiap orang mempunyi rasa cemas pada satu waktu. Lagi pula rasa cemas sedikit banyak bisa digunakan karena bisa membentuk sebuah bentuk topik, oleh karena itu permasalahan tidak hanya pada hal menghindari kecemasan, tetapi yang sangat penting adalah bagaimana mengontrol dan mengatasi kecemasan tersebut. Permasalahan kecemasan ini berpengaruh pada situasi pembelajaran.
            Kecemasan itu biasanya terjadi di ruangan kelas. Ini adalah secara umum kecemasan yang terjadi di kelas, ketika pengajar menanyakan pertanyaan kepada siswanya. Jika cemas seseorang cendrung tidak berfikir tentang suatu topik pelajaran, namun akan cenderung untuk melamun tentang suatu peristiwa yang lain. Melamun sedikit banyaknya adalah normal tetapi kita bisa melihat bahwa melamun di ruangan kelas itu tidak produktif.




DAFTAR KEPUSTAKAAN

Henry. C.Ellis, Fundamentals of Human Learning, Memory and Cognition, Universitas of New Mexico, 1978
Shaleh, Abdurrahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999



TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...