Selasa, Maret 24

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MENURUT BEBERAPA TEORI


                                                                     Jumadi Tuasikal

Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektif, teori yang bersifat seperti ini bisa dipastikan tidak memiliki sifat ekstrim atau yang secara khusus menekankan pada aspek guru, siswa atau kurikulumnya saja. Penggolongan tentang teori-teori belajar sangat bervariasi antara penulis yang satu dengan penulis yang lain. Ada yang mengelompokkan teori belajar menurut berbagai aliran psikologis yang mempengaruhinya. Ada pula yang mengelompokkkan berdasrakan titik fokus dari teori- teori tersebut, sebenarnya berdasarkan apapun penggolongan tersebut tidak lah penting, tapi bagaimana pun juga penggolongan merupakan usaha untuk menyederhanakan permasalahan dan mempermudah pembahasannya. Beberapa aliran atau golongan dari teori belajar:

A.    BEHAVIORISTIK
Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Pelopor teori ini adalah Thorndike, Ivan Pavlov, Watson dan Guthrie. Jadi belajar menurut teori ini adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi stimulus dan respon, atau lebih tepat perubahan yang dialami oleh siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
1.      Thorndike
Belajar adalah proses interaksi antar stimulus dan respon. Jelasnya menurut Thorndike perubahan tingkah laku itu berwujud konkrit dan non konkrit. 
2.      Watson
Menurut Watson stimulus dan respon haruslah berbentuk tingkah laku yang bisa di amati. Dengan kata lain Watson mengabaikan perubahan mental yang terjadi dalam belajar.
3.      Clark hull
Menurut Hull kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis menempati posisi sentral stimulus meskipun responnya dalam bentuk berbeda-beda.
 4.      Edwin Guthrie
Yang terpenting dalam teori Guthrie ini adalah stimulus dan respon cendrung bersifat sementara. Karena itulah stimulus hendaklah diberikan sesering mungkin agar hubungannya dengan respon langsung.
5.      B.f. Skinner
Menurut Skinner untuk memahami tingkah laku siswa secara lengkap kita harus memahami hubungan antar stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya, memahami respon itu sendiri dan berbagai konsekwensi yang diakibatkan oleh respon tersebut.
Aplikasi teori belajar behavioristik
              i.                  Membentuk tujuan instruksional
            ii.                  Menganalisis lingkungan kelas
          iii.                  Menentukan materi pelajaran
          iv.                  Memecah materi pelajaran jadi bagian-bagian yang kecil
            v.                  Menyajikan materi pelajaran

B.     KOGNITIF
Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasilnya. Bagi penganut teori ini belajar tidak hanya proses, interaksi antar stimulus dan respon tapi lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkunganya.
Jadi menurut aliran kognitif ini tingkah laku individu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi, dalam situasi belajar individu harus terlibat langsung yang pada akhirnya ia akan memperoleh insight untuk memecahkan masalah. Penganut aliran kognitif
1.      Jean piaget
Tiga tahap proses belajar yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah penyatuan informasi baru ke struktrur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi  adalah penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada ke dalam benak siswa. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian yang berkesinambungan antara akomodasi dan asimilasi.
2.      Ausubel
Siswa akan belajar dengan baik jika pengatur kemajuan belajar (Advance Organizer) didefenisikan dan di presentasikan dengan baik kepada siswa. Advance organizer ini adalah konsep yang mewadahi isi pelajaran. Tiga manfaat Advance Organizer
1.      Menyediakan kerangka konseptual dalam materi pelajaran
2.      Dapat menjadi jembatan penghubung antara yang dipelajari siswa saat itu dan yang akan dipelajarinya
3.      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b.Bruner
Teori ini disebut juga Free Discovery learning. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu aturan melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.
Aplikasi teori belajar kognitif
              i.                  Piaget
1.      Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.      Memilih materi pelajaran
3.      Menentukan topic yang bisa dipelajari siswa secara aktif
4.      Menyiapkan pertanyaan yang bisa memancing kreatifitas siswa
            ii.                  Bruner
1.      Menentukan tujuan instruksional
2.      Memilih materi pelajaran
3.      Menentukan topic yag bisa dipelajari kelompok atau individu
4.      Mencari ilustrasi yang digunakan
          iii.                  Ausubel
1.      Menentukan tujuan instruksional
2.      Mengukur kesiapan baik melalui tes awal atau interview
3.      Memilih materi pelajaran dalam bentuk konsep-konsep kunci
4.      Mengidentifikasi prinsip yang dikuasai siswa
5.      Mengevaluasi  proses dan hasil belajar


C.    GESTALT
Menurut Slameto (2010: 9) teori ini dikemukakan oleh Kofka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan prolem yang dihadapi. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah:
1.      Insight tergantung dari kemampuan dasar
2.      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
3.      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
4.      Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
5.      Belajar dengan insight dapat diulangi
6.      Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.

Prinsip belajar menurut teori Gestalt
a)      Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b)      Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
c)      Siswa sebagai organism keseluruhan
Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d)     Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
e)      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api- kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui situasi/ soal baru.
f)       Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g)      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
h)      Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam perjuangan; memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.
 Menurut gestalt semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungannya, antara bagian atau keseluruhan.

D.    HUMANISTIK
Penganut aliran ini menjelaskan bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini mementingkan isi dari proses belajar. Teori ini terwujud dalam teori para ahli sebagai berikut
1.      Bloom dan Krathwohl
Tiga kawasan yang mungkin di pelajari oleh siswa:
1)      Kawasan kognitif yang mencakup 6 tingkatan
a)      Pengetahuan (mengingat, mengahafal)
b)      Pemahaman (menginterpretasikan)
c)      Aplikasi (penggunaan konsep dalam memecahkan masalah)
d)     Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e)      Sintesis (mengabungkan bagian konsep jadi suatu konsep yang utuh)
f)       Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide dan metode)
2)      Kawasan afektif yang terdiri dari 5 tingkatan
g)      Pengenalan (sadar akan adanya sesuatu)
h)      Merespon (aktif berpartisipasi )
i)        Penghargaan (setia pada nilai-nilai tertentu )
j)        Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang di percayai)
k)      Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup
3)      Kawasan Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan
a)      Peniruan (menirukan gerak)
b)      Penggunaan (menggunakan konsep untuk bergerak)
c)      Ketetapan (melakukan gerak dengan benar)
d)     Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus)
e)      Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
 2.      Kolb
Empat tahapan belajar menurt Kolb
                                    ii.      Pengalaman konkrit (siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian )
                                  iii.      Pengamatan afektif dan reflektif (siswa mampu mengadakan observasi aktif terhadap suatu kejadian )
                                  iv.      Konseptualisasi (siswa mampu membuat abstrak atau teori tentang hal yang pernah diamatinya)
                                    v.      Eksperimentasi aktif (siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu akurat umum ke situasi yang baru)
3.      Honey dan Mumford
Empat macam atau tipe siswa
                                      i.      Aktivis (melibatkan diri pada pengalaman baru )
                                    ii.      Reflector (hati-hati sebelum bertindak)
                                  iii.      Teoris (cendrung berfikir rasional )
                                  iv.      Pragmatis (menaruh perhatian pada aspek praktis )
4.      Habermas
Habermas mengemukakan tiga macam tipe belajar
                                      i.      Belajar teknis (menekankan interaksi manusia dengan lingkungan )
                                    ii.      Belajar praktis
                                  iii.      Belajar emansipatoris (menekankan ada transformasi dan perubahan)
 Aplikasi teori humanistik :
o   Menetukan tujuan instruksional
o   Menentukan materi pelajaran
o   Membimbing siswa belajar aktif
o   Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman tersebut

 Kepustakaan
 Herman Nirwana, dkk. 2005. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. Padang: FIP UN
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

PERTUMBUHAN FISIK DAN MOTORIK / INTELEKTUAL REMAJA

Jumadi Tuasikal
 
1.      Pengertian Pertumbuhan Fisik Dan Motorik
         Pertumbuhan fisik adalah perumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak masih dalam kandungan hingga ia dewasa. Proses perubahannya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal atau lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
         Pertumbuhan berarti pula sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang herediter / turun menurun dalam bentuk prosesaktif secara berkesinambungan.
             Hasil Pertumbuhan dapat berwujud:
a.       Badan bertambah besar
b.      Tubuh bertambah berat
c.       Tulang–tulang lebih besar, panjang, berat, dan kuat
d.      Perubahan system persyaratan
e.       Perubahan pada struktur jasmaniah lainnya.
       Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur:
a.       Berat
b.      Panjang dan
c.       Ukuran lingkaran, misal : kepala, dada, pinggul, lengan, dan lain sebagainya.
            Dalam pertumbuhannya, macam – macam bagian tubuh itu mempuyai perbedaan tempo kecepatan.
            Perkembangan motorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf, dan otot. Proses tersebut dimulai dengan gerakan-gerakan kasar (gross movement) yang melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam fungsi  duduk, berjalan, lari, meloncat, dan lain-lain. Kemudian, dilanjutkan dengan koordinasi halus (finer coordination) yang melibatkan kelompok otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melempar, menulis, menggambar, mewarna, dan lain-lain yang kedua-duanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis – otomatis, sebab perkembangan tersebut sangat tergantung pada beberapa faktor secara simultan, yaitu:
a.       Faktor Herediter (Warisan sejak lahir, bawaan)
b.      Faktor Lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan
c.       Kematangan fungsi – fungsi organis dan fugsi - fungsi psikis, dan
d.      Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.

2.      Kekhasan Pertumbuhan Fisik Dan Motorik Remaja
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut memengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik dan motorik akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik individu. Anak yang selalu sehat dengan makanan yang cukup mengandung gizi akan menunjukkan pertumbuhan fisik yang lebih cepat daripada anak yang sering sakit-sakitan dan kekurangan gizi.
3.      Permasalahan Berkaitan dengan Pertumbuhan Fisik
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Karena sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisik sering merasa sangat tidak nyaman, sering mengeluh, gelisah, nafsu makan berkurang, mengalami gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan sebagainya karena tubuhnya bertambah besar dan panjang. Gangguan ini lebih banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak laki-laki.
Anak-anak remaja terlalu memerhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu memerhatikan normal atau tidak dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan tepat atau tidaknya kehidupan kelaminnya. Jika mereka memerhatikan teman sebayanya, kemudian dirinya berebeda dari mereka maka akan muncul pikiran tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, perbedaan dalam hal kecepatan pertumbuhan dapat menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Anak-anak yang cepat dan lebih awal tumbuh sering merasa khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti, tubuhnya akan terlalu besar dan tinggi, sedangkan anak yang mulai tumbuh pendek sampai dewasa akan an kehidupan merasa khawatir pertumbuhan dan kehidupan kelaminnya tidak akan berkembang secara normal.

4.      Usaha-Usaha Sekolah dalam Mengaktivasi Pertumbuhan fisik dan Motorik Remaja
 Dalam batas-batas tertentu, percepatan pertumbuhan fisik dan motorik dapat dibantu dengan berbagai usaha atau stimulasi secara sistematis, antara lain sebagai berikut:
 a.       Menjaga Kesehatan Badan
      Kebiasaan hidup sehat, bersih, dan olahraga secara teratur akan dapat membantu manjaga kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, apabila ternyata masih terkena penyakit, haruslah segera diupayakan agae lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
 b.      Memberi Makanan yang Baik
      Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar dan sehat, serta tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan yang dimakan oleh anak yang akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik yang cepat.

Perkembangan Intelektual Remaja
 1.      Pengertian Perkembangan Intelektual Remaja
Istilah intelek berasal dari bahasa inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai:
a.       Proses kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
b.      Kemampuan mental atau inteligensi.
            Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan proses berfikir. Selanjutnya, dikataakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalaan dalam waktu yang lebih singkat, memahaami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.
            Istilah Inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (Bimo Walgito, 1981). Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono,1984). Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1982).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
            Jean Piaget mendefinisikan intellect adalah akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses berfikir yang lebih tinggi (Bybee dan Sund,1982). Sedangkan intelligence atau inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang komplek seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, inteligensi seringkali diartikan sebagai inteligensi operasional, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris sampai dengan operasional formal.

2.      Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual
Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut.
a.       Tahap Sensori-Motoris
      Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dan proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
b.      Tahap Praoperasional
      Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
 c.       Tahap Operasional Konkret
      Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982), interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang anak sudah dapat mengamati, menimbang,mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
 d.      Tahap Operasional Formal
      Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.

3.      Kekhasan Perkembangan Intelektual Remaja
Secara hereditas, individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak akan mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas normal, atau di bawah normal sangat tergantung pada lingkungan.
            Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat, dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individual dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikaap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

4.      Usaha-Usaha Sekolah dalam Mengaktivasi Perkembangan Intelektual Remaja
             Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guna mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidikan terhadap kemampuan intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing. Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting.
            Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut.
 a.       Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat.
b.      Pendidik menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain.
Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...