Selasa, Maret 24

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA



Jumadi Tuasikal

A.    PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOIAL 
            Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
a.       Berprilaku  dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga  ia bisa diterima sebagain dari masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.
b.      Memainkan peran  di lingkungan sosialnya.
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
c.       Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang menjadi kelompok  dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial  dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.
 Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.
 Kelompok sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan- kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang, Berperan pula terhadap pandangan dan perilakunya. Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Berperan dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa umumnya.

B.     TINGKAH LAKU PROPOSIAL ATAU SOSIAL POSITIF
1.       Tingkah Laku Altruistik
Perilaku prososial adalah tindakan yang menguntungkan orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Perilaku prososial kadang-kadang dapat melibatkan risiko di pihak orang yang memberikan bantuan. Istilah-istilah lain, seperti perilaku menolong, amal kebajikan, dan volunterisme juga digunakan untuk menggambarkan tentang hal-hal “baik” yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang lain.
Istilah altruisme terkadang digunakan secara bergantian dengan tingkah laku prososial, tetapi altruisme yang sebenarnya adalah tingkah laku yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain. Terdapat juga istilah bystander yang merupakan orang yang kebetulan ada di tempat kejadian dan turut menyaksikan kejadian itu.
 2.      Model Pengambilan Keputusan Untuk Membantu Orang Lain
a.       Menyadari adanya situasi darurat.
b.      Menginterpretasikan keadaan sebagai situasi darurat.
c.       Mengasumsikan bahwa adalah tanggung jawabnya untuk menolong
d.       Mengetahui apa yang harus dilakukan.
e.       Mengambil keputusan terakhir untuk menolong.
 3.       Pengaruh Pribadi Dalam Tingkah Laku Prososial
Terdapat faktor-faktor tambahan yang juga memiliki pengaruh pada kemungkinan bystander menolong atau tidak, yaitu:L
a.       Menolong orang yang disukai.
b.      Atribusi menyangkut tanggung jawab korban.
c.       Model-model prososial: Kekuatan dari contoh positif.
Sikap prososial atau altruisme juga merupakan sikap keikhlasan untuk menolong atau membantu orang lain, yakni perilaku yang cenderung memberi kontribusi baik fisik maupun psikis yang memberikan kebaikan atau kesejahteraan kepada orang lain (Wispe, 1972 dalam Brigham,1991).
Dapat pula didefenisikan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. 
Beberapa Definisi perilaku proposial menurut para ahli yaitu sebagai berikut : 
1.      Perilaku prososial menurut William (1981) adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis.
2.      Bartal (1977) mengemukakan perilaku prososial adalah tingkah laku yang menimbulkan konsekuensi positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis orang lain. Berdasarkan dorongan atau alasan seseorang menolong orang lain dapat klasifikasi sebagai berikut :
a.       Dorongan Agama (Charity drive), jadi seseorang menolong atau membantu orang lain baik dalam bentuk pertolongan materi, tenaga, informasi atau pendidikan karena didorong oleh keinginan beramal dan keinginan mendapatkan pahala dengan balasan surga dihari kiamat atau mendapatkan rahmat serta perlindungan dari Tuhan sesuai dengan ajaran agamanya. Sifatnya ada yang bersifat wajib artinya ketika seseorang memiliki kemampuan tapi tidak menolong atau menunaikan kewajibannya maka orang itu dianggap berdosa dalam Islam seperti kewajiban zakat, atau bersifat keutamaan artinya seorang berdasarkan ajaran agamanya tidaklah diwajibkan akan tetapi jika dia menolong maka dia akan mendapatkan keutamaan, bentuknya seperti infaq/sadaqoh. Perasaan berdosa akan mengganggu perasaan orang, dengan menunaikan kewajiban sesuai dengan ajaran agamanya maka akan timbul perasaan puas yang memicu kebahagiaan.
b.      Dorongan Kemanusiaan (Philantrofy Drive), jadi seseorang menolong orang lain karena adanya dorongan kemanusiaan, sebagai implikasi dari fungsi afektif yang menimbulkan perasaan iba atau perasaan kasihan kepada orang tersebut, dia seperti merasakan penderitaan orang lain, sehingga hatinya merasa tergugah dan menjadi gelisah ketika tidak menolong orang tersebut.
c.       Dorongan Profesi (Profesional Drive). Artinya orang itu menolong karena memang didasarkan atas tugas-tugas profesi, berdasarkan atas keahlian atau keterampilan yang dimiliki, serta berdasarkan kode etik yang telah mengatur profesi tersebut. Praktek pertolongan yang diberikan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, memiliki otoritas profesi dan juga dibatasi oleh nilai-nilai dan etika tertentu, sikap dan praktek pertolongannya diawasi dan dikontrol oleh sebuah lembaga profesi dan masyarakat berhak melakukan klaim jika praktek yang dilakukan tidak sesuai dengan etika yang berlaku. Seorang profesi biasanya mendapatkan bayaran dan telah menentukan tarif layanan profesi kepada pengguna jasanya. Contohnya; Pekerja sosial, Dokter, Psikolog, psikater dll.
 Beberapa strategi yang bisa dipakai guru untuk meningkatkan perilaku prososial murid (Santrock;2008, Honig & Wittmer, 1996; Wittmer & Honig, 1994) :
 a.       ankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
b.      Jadilah contoh perilaku prososial
c.        Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisosial
d.      Nisbahkan perilaku positif untuk setiap murid
e.       Perhatikan dan dorong perilaku secara sosial secara positif tetapi jangan terlalu banyak menggunakan ganjaran eksternal.
f.       Bantu anak untuk mengambil sikap dan memahami perasaan orang lain
g.      Gunakan strategi disiplin yang positif.
h.      Pimpin diskusi tentang interaksi  prososial
i.        Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang bisa meningkatkan altruisme.

C.    KEKHASAN PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
 Perkembangan  sosial pada masa puber dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai  terbentuknya kelompok  teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.
a.       Kelompok Teman Sebaya
Percepatan  perkembangan pada masa puber berhubungan dengan pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah mampu menjalin  hubungan yang erat  dengan teman sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas  adalah  bahwa kelompok  tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.
Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya  kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari  berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka akan berkembanglah iklim  dan norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini  berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.
 b.      Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial  pada milienu orang tua. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya:
a.       Perbedaan standar perilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern. Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern.
b.      Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya.
Seperti pakaian, sepatu, accecoris,dll. Pada usia  ini ia paling tidak suka jika diperintah mengerjakan pekerjaan di rumah.
c.       Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang tua mengembangkan pola menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya. Pelarangan dan menghukum  membuatnya benci kepada orang tua.
d.      Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan, terutama dengan lawan jenis.
e.       Metode  Disiplin
Jika metode disiplin yang diterapkan orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya. Hal ini menyebabkan pola asuh cenderung otoriter.

Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua  namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik  masih bergantung kepada orang tua.  Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lain jenis. Mereka  berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar hubungan emosi mereka dengan orang tua mereka dalam usaha menjadi anggota kelompok teman sebaya.
Menurut Maccoby (1984) sistem hubungan orang tua dan anak dalam keluarga berubah dari hubungan regulasi menjadi hubungan yang coregulasi., dimana dalam hal ini orang tua telah makin memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri pada anak. Hal ini bukan berarti menghalangi hubungan yang koperatif antara orang tua dan anak-anaknya. Biasanya komunikasi yang terjalin dengan ibu jauh lebih dekat daripada dengan ayah. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan permasalahan dengan ayah perasaan remaja dalam hidup di masyarakat.
Pada anak wanita pelepasan ini agak lebih sukar hal ini disebabkan adanya interaksi antara sifat kewanitaanya dengan nilai-nilai masyarakat di sekelilingnya.
Di Indonesia khususnya dalam masyarakat Jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orang tua dan keluarga dalam arti yang lebih,misalnya merawat, memelihara dan bertanggung  jawab terhadap rumah dan keluarga. Namun demikian bukan berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat.
Dalam masa remaja awal ini , keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua  dengan maksud untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson ditinjau dari perkembangnan sosial  menamakan proses ini sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.
Usaha remaja awal dalam mencapai origininalitas juga sekaligus menunjukkan  pertentangan  terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua gerak antara menuju kemandirian dengan ketergantungan dengan orang tua menimbulkan  jarak antar generasi (generation gap).
Jarak  antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada hubungan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak seperti ini orang tua sering tidak mengerti melakukan hal-hal yang tidak seperti mereka harapkan. Biasanya pada saat ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang tua antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah  yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Memang pada saat ini  remaja lebih progresif dibandingkan orang tuanya.

D.    PERMASALAHAN DALAM PERKEMBANGAN REMAJA
 Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah.
Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.

E. USAHA-USAHA SEKOLAH DAN ORANG TUA DALAM MENGAKTIVASI PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
 Upaya yang dilakukan sekolah dalam membantu siswa mencapai perannya dalam hubungan sosial
a.       Memberi pengajaran atau bimbingan tentang keterampilan sosial memberi kesempatan pada siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
b.      Memberi kesempatan pada siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
c.       Mengajak siswa mengenai hidup demokratis atau pertemanan secara sehat bersama siswa mendiskusikan masalah peranan sosial pria atau wanita dalam masyarakat
d.      Menugaskan siswa untuk mengamati kehidupan
 1.      Perilaku guru yang efektif:
a.       Menampilkan sikap yang bersemangat
b.       Memperlihatkan perhatian terhadap siswa & kegiatan kelas
c.       Bergirang hati & optimis
d.      Memiliki kemampuan mengendalikan diri & tidak mudah bingung
e.       Senang bergurau/humor
f.       Mengakui/menyadari kesalahan sendiri
g.      Bersikap adil & objektif dalam memperlakukan siswa
h.       Bersikap sabar
i.        Menunjukkan sikap memahami & simpati dalam bekerja dengan siswa
j.        Bersahabat & ramah dalam bergaul dengan siswa
k.      Membantu siswa dalam memecahkan masalahnya (pribadi/pendidikan)
l.        Memberikan komentar & penhargaan kepada siswa yang mengerjakan tugas.
m.    Menerima & menghargai usaha siswa
n.      Memiliki kemampuan untuk mengantisipasi reaksi orang lain
o.      Mendorong siswa untuk mencoba melakukan sesuatu dengan cara yang terbaik
p.      Merencanakan & mengorganisasikan prosedur pembelajaran dikelas
q.      Bersifat fleksibel dalam merencanakan prosedur pembelajaran
r.         Mengatisipasi kebutuhan siswa
s.       Menstimulasi siswa melalui materi & teknik yang menarik
t.         Mendemonstrasikan & menerangkan materi pembelajaran dengan jelas
u.      Memberikan tugas dengan jelas
v.      Mendorong siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri.
w.    Menegakkan disiplin dengan cara yang positif
x.      Memberikan bantuan kepada siswa secara ikhlas
y.      Mengetahui secara awal & mencoba memecahkan berbagai masalah potensial
 2.      upaya yang bisa dilakukan ortu untuk sosialisasi pemkembangan sosial yang dicapai anak yaitu:
a.       Memberikan makanan dan memelihara kesehatan fisik anak
b.      Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis, toilet training, menyapih dan memberikan makanan padat
c.       Mengajar dan melatih keterampilan berbahasa, persepsi, fisik, merawat diri dan keamanan diri
d.      Mengenalkan lingkungan kepada anak, keluarga, sanak keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar
e.       Mengajarkan tentang budaya, nilai-nilai agama dan mendorong anak untuk menerimanya sebagai bagian dirinya
f.       Mengembangkan keterampilan interpersonal motif, perasaan dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain
g.      Membimbing, mengoreksi dan membantu anak untuk merumuskan tujuan dan merencanakan aktivitasnya
 3.      Pencapaian perkembangan anak :
a.       Mengembangkan sikap percaya kepada orang lain (development of trust)
b.      Mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima masyarakat
c.       Belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa, berjalan, mengatasi hambatan, berpakaian dan makan
d.      Mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku sosial belajar menyesuaikan perilaku dengan tuntutan lingkungan
e.       Mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk, merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berperilaku yang baik
f.       Belajar memahami perspektif orang lain dan merespon harapan/pendapat mereka secara selektif
g.      Memiliki pemahaman untuk mengatur diri dan memahami kriteria untuk menilai penampilan perilaku sendiri

1 komentar:

  1. Terima kasih artikelnya. Senang andai kita bisa chating lewat whatsapp. Nmr saya : 085647158026.

    BalasHapus

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...