Jumadi Tuasikal
A.
Pengertian Perkembangan Emosional
Menurut English and English emosi adalah “ A complex
feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activities “,
yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan
kelenjar dan motoris. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang
disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik
yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan
pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun
pada tingkat yang luas.
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana
terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan
pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat fase pubertas
yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah
tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari
usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap
individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang
tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut
dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan
selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon
dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama
organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Pergolakan
emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti
lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta
aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja
yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas
yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan
waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya,
maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak
positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang
ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Mengingat bahwa
masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan
teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan
orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana
remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan
dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan,
dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan
waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin
dengan lancar dan efektif.
B.
Kekhasan Perkembangan Emosional
Remaja
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian
di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi
pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan
luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari
orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan
keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas
remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini seringkali
membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak
terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari
jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman
sebaya yang senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia
yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil
mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan
kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi pada setiap
remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya
egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas
adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya.
Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut
merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya
adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada
dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa
kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak
semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian
besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi
dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang
baru. (Hurlock, 2002 :213).
Pada
dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja
yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta
suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah
laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk
penyalahgunaan obat narkotika serta perilaku seksual.
C.
Permasalahan Berkaitan Dengan
Perkembangan Emosional Remaja
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian
di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi
pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan
luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Menurut Havighurst remaja bertugas
mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.
Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan
orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional,
pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di
rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap
otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan
cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Seringkali karena yang
dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama
dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa
jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional
tersebut bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya
egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas
adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya.
Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut
merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya
adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada
dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa
kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila
sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai
konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan
sosial yang baru. (Hurlock, 2002 :213).
Pada
dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja
yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta
suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah
laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk
penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual.
D.
Usaha-Usaha Sekolah Dalam
Mengaktivasi Perkembangan Kecerdasan Emosional Remaja
Kecerdasan emosi dapat diartikan
kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat,
termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta
membina hubungan dengan orang lain.
Guru dan
keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak
dengan memberikan beberapa cara yaitu:
- Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
- Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
- Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
- Memahami emosi anak.
- Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
- Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.
Setelah mengetahui bagaimana tipe
remaja dalam mengekspersikan dirinya, orang tua sebaiknya mempersiapkan diri
untuk mengenal lebih jauh dalam membimbing anaknya saat masa remaja, dengan
cara berikut :
a) Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai
remaja dan perubahan2 yang terjadi di dalam dirinya.
b) Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya
terhadap diri anak.
c) Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari
perhatian orang tua serta reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.
d) Menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk
kebiasaan2 yang positif, memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi
“kesalahan” anak, “mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.
e) Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender
serta rasa keadilan antara pria dan wanita; teman dan permasalahannya; naksir,
ditaksir dan pacaran.
f) Masalah-masalah seksualitas, kelainan seksual dan
pengaruh buruk yagn ada di masyarakat.
Tidak hanya remaja yang belajar
menghadapi kehidupananya yang “baru” tetapi orang tua juga perlu banyak belajar
menghadapi perubahan2 dan menemukan cara terbaik untuk menghadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar