Jumadi Tuasikal
1.
Pengertian
Pertumbuhan Fisik Dan Motorik
Pertumbuhan fisik adalah perumbuhan struktur tubuh
manusia yang terjadi sejak masih dalam kandungan hingga ia dewasa. Proses
perubahannya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal
atau lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan
berarti pula sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang herediter / turun menurun dalam bentuk prosesaktif secara berkesinambungan.
Hasil Pertumbuhan dapat berwujud:
a.
Badan bertambah besar
b.
Tubuh bertambah berat
c.
Tulang–tulang lebih besar, panjang, berat, dan kuat
d.
Perubahan system persyaratan
e.
Perubahan pada struktur jasmaniah lainnya.
Pertumbuhan
jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur:
a.
Berat
b.
Panjang dan
c.
Ukuran lingkaran, misal : kepala,
dada, pinggul, lengan, dan lain sebagainya.
Dalam
pertumbuhannya, macam – macam bagian tubuh itu mempuyai perbedaan tempo
kecepatan.
Perkembangan
motorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui
kegiatan-kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf, dan
otot. Proses tersebut dimulai dengan gerakan-gerakan kasar (gross movement)
yang melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, lari, meloncat, dan lain-lain. Kemudian, dilanjutkan dengan koordinasi halus (finer coordination) yang melibatkan
kelompok otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melempar, menulis,
menggambar, mewarna, dan lain-lain yang
kedua-duanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan anak tidak
berlangsung secara mekanis – otomatis, sebab perkembangan tersebut sangat
tergantung pada beberapa faktor secara
simultan, yaitu:
a.
Faktor Herediter (Warisan sejak lahir, bawaan)
b.
Faktor Lingkungan yang menguntungkan,
atau yang merugikan
c.
Kematangan fungsi – fungsi organis
dan fugsi - fungsi psikis, dan
d.
Aktivitas anak sebagai subyek bebas
yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi,
serta usaha membangun diri sendiri.
2. Kekhasan Pertumbuhan Fisik Dan
Motorik Remaja
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya
ikut memengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik
dan motorik akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi
kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan
pertumbuhan fisik individu. Anak yang selalu sehat dengan makanan yang cukup
mengandung gizi akan menunjukkan pertumbuhan fisik yang lebih cepat daripada
anak yang sering sakit-sakitan dan kekurangan gizi.
3. Permasalahan Berkaitan dengan Pertumbuhan
Fisik
Pada masa remaja ditandai dengan adanya
pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai
suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan
harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada
masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh
norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Karena sedang terjadi perubahan
beberapa kelenjar pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
bentuk ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisik sering merasa sangat
tidak nyaman, sering mengeluh, gelisah, nafsu makan berkurang, mengalami
gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan sebagainya karena
tubuhnya bertambah besar dan panjang. Gangguan ini lebih
banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak laki-laki.
Anak-anak remaja terlalu
memerhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan
atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang
terlalu memerhatikan normal atau tidak dirinya dan mereka yang terlalu
memikirkan tepat atau tidaknya kehidupan kelaminnya. Jika mereka memerhatikan
teman sebayanya, kemudian dirinya berebeda dari mereka maka akan muncul pikiran
tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, perbedaan dalam hal kecepatan
pertumbuhan dapat menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Anak-anak yang cepat
dan lebih awal tumbuh sering merasa khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti,
tubuhnya akan terlalu besar dan tinggi, sedangkan anak yang mulai tumbuh pendek
sampai dewasa akan an kehidupan merasa khawatir pertumbuhan dan kehidupan
kelaminnya tidak akan berkembang secara normal.
4. Usaha-Usaha Sekolah dalam
Mengaktivasi Pertumbuhan fisik dan Motorik Remaja
Dalam batas-batas tertentu,
percepatan pertumbuhan fisik dan motorik dapat dibantu dengan berbagai usaha
atau stimulasi secara sistematis, antara lain sebagai berikut:
a. Menjaga
Kesehatan Badan
Kebiasaan
hidup sehat, bersih, dan olahraga secara teratur akan dapat membantu manjaga
kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, apabila ternyata masih terkena penyakit,
haruslah segera diupayakan agae lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
b. Memberi
Makanan yang Baik
Makanan
yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar dan sehat, serta
tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan yang dimakan
oleh anak yang akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik yang cepat.
Perkembangan Intelektual Remaja
1.
Pengertian
Perkembangan Intelektual Remaja
Istilah intelek berasal dari bahasa
inggris intellect yang menurut
Chaplin (1981) diartikan sebagai:
a. Proses
kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan
mempertimbangkan;
b. Kemampuan
mental atau inteligensi.
Menurut
Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau
inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan proses berfikir.
Selanjutnya, dikataakan bahwa orang yang intelligent
adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalaan dalam waktu yang lebih
singkat, memahaami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak
cepat.
Istilah
Inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama
lain (Bimo Walgito, 1981). Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam
penelitian inteligensi, mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk
menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri
terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono,1984). Sedangkan Leis Hedison
Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara
abstrak (Patty F, 1982).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian
inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta
berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru.
Jean
Piaget mendefinisikan intellect adalah
akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses berfikir yang
lebih tinggi (Bybee dan Sund,1982). Sedangkan intelligence atau inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama
dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara
adaptif, termasuk kemampuan mental yang komplek seperti berfikir,
mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan
persoalan-persoalan. Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh
kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu
organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit,
inteligensi seringkali diartikan sebagai inteligensi operasional, termasuk pula
tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris
sampai dengan operasional formal.
2.
Tahap-Tahap
Perkembangan Intelektual
Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982)
membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut.
a. Tahap
Sensori-Motoris
Tahap
ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada dalam suatu masa
pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang
sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dan proses pematangan aspek
sensori-motoris tersebut.
b. Tahap
Praoperasional
Tahap
ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh
suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh
pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
c. Tahap
Operasional Konkret
Tahap
ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan
diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya.
Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982), interaksinya dengan
lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah semakin berkembang dengan baik
karena egosentrisnya sudah semakin berkurang anak sudah dapat mengamati,
menimbang,mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam
cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
d. Tahap
Operasional Formal
Tahap
ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah
mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari
berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga
dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
3.
Kekhasan
Perkembangan Intelektual Remaja
Secara hereditas, individu memiliki potensi
yang dapat menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang
atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa
apakah anak akan mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas normal, atau di
bawah normal sangat tergantung pada lingkungan.
Manusia
memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam
bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar
mengajar didalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat, dan ada
pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individual dalam perkembangan
intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar.
Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat
atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikaap dan kebiasaan
belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
4.
Usaha-Usaha
Sekolah dalam Mengaktivasi Perkembangan Intelektual Remaja
Ikhtiar
pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guna mengembangkan kemampuan
intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidikan terhadap kemampuan
intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan dikembangkan agar potensi
yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing.
Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan
psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting.
Kondisi
psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara
psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai
berikut.
a. Pendidik
menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat.
b. Pendidik
menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain.
Pendidik memberikan
pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar