Minggu, Maret 12

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd

A.   Konsep Dasar
            Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan karir dengan teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Krumboltz, Mitchell dan Gelatt. Maka kita harus melihat terlebih dahulu konsep dasar dan latar belakang dari teori belajar sosial itu sendiri, yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang telah memperoleh penghargaan APA (American Psychological Award) pada tahun 2004, atas kontribusinya dalam disiplin ilmu psikologi.
            Bandura memandang bahwa kepribadian harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial dari Bandura ini didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri sendiri/berfikir (self regulation/cognition).
1.     Determinis resiprokal ini menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan.
2.     Tanpa reinforcement ini Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcemen, sehingga jika setiap unit respon sosial yang komplek harus diberi reinforce satu persatu, bisa jadi individu tidak belajar apapun. Maka Bandura memandang individu belajar lewat observasi dan tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3.     Kognisi dan regulasi diri, konsep ini mengtakan bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengtur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengobservasi lingkungan dan berfikir secara komprehensif.

            Maka dengan adanya konsep saling menentukan yaitu resiprocal determinism, individu bertingkah laku akan bergantung pada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi personal (kognitif, afektif, biological events), yang berujung kepada faktor kognitif pada keyakinan dan pengharapan bahwa dia mampu atau tidak mampu dalam suatu aktifitas atau pekerjaan. Bandura menyebut keyakinan dan pengharapan ini dengan efikasi diri (self effication) dan ekspektasi hasil (outcome expectations).
Menurut Bandura sumber dari efikasi diri ini yaitu
1.     Mastery Experience (pengalaman yang telah dikuasai/pengalaman performansi), hal ini berkaitan akan keberhasilan dan pengalaman individu dalam suatu kegiatan dan aktifitas, yang menunjang aktifitasnya kedepan.
2.     Vicarious Experience (pengalaman yang disubtitusikan), hal ini berkaitan akan pengalaman individu dalam mengamati aksi atau tindakan orang lain sebagai modelnya. Semakin tinggi pengaruh sumber ini jika individu tersebut menganggap orang lain tersebut memiliki kesamaan dengannya.
3.     Social Persuasions (persuasi sosial), hal ini berkaitan dengan pesan sosial yang diperoleh individu dari orang yang berada di lingkungannya.
4.     Psychological States (kondisi psikologis), hal ini berkaitan tentang keadaan emosi individu seperti stress, anxiety (ketakutan) serta kondisi mood.
            Maka menurut Bandura (dalam Al Wisol hal. 363), sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku dan kognitif yang berhubungan dengan pribadi yang terbentuk dari sumber efikasi diri di atas. Yang tentunya akan mengarahkan individu kepada kecendrungan aktifitas mana yang akan di lakukannya dalam kehidupan sosialnya.
             
B.     Pemilihan Karir Dengan Pendekatan Teori Belajar Sosial Dari Krumboltz
            Dasar dari teori pemilihan karir dari Krumboltz ini memandang bahwa manusia memilih karirnya sebagai hasil dari pengalaman dan pengaruh yang di miliki dalam hidupnya. Pengalaman dan pengaruh ini termasuk orang tua, guru, hobi atau ketertarikkan yang menggerakkan individu untuk mengenal serta mengeksplorasi pekerjaan yang diasosiasikan dengan elemen dalam hidupnya.
            Pada awalnya Krumboltz, Mitchell dan Gelatt (1975) menyusun pendekatan ini sampai pada tahun 1994 Krumboltz melanjutkan pendekatan ini. Menurut pandangan mereka teori belajar sosial dalam penentuan pilihan merupakan hasil perkembangan secara umum dari perilaku belajar sosial, yang di ajukan oleh Bandura. Teori ini berasumsi bahwa kepribadian dan perilaku yang dimiliki seseorang timbul dari pengalaman belajar yang unik. Pengalaman belajar ini terdiri dari kontak antara analisis kognitif yang positif dan even-even yang menguatkan secara negatif (Mitchell & Krumboltz, 1984b, hal. 235).
            Pengalaman belajar yang terdiri dari pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah faktor-faktor berikut:
1.    Atribut pembawaan, seperti ras, gender hal lainnya serta kemampuan bawaan seperti keterampilan, keintelektualan serta perilaku.
2.    Kondisi lingkungan sosial, seperti kehidupan sosial, pengalaman individu dalam kerja, pelatihan, kebijakan sosial serta pengalaman kerja dari orang lain, yang mempengaruhi pemilihan kerja.
3.    Pengalaman belajar di masa lalu, dibagi menjadi 2 tipe yaitu pengalaman belajar asosasi yang mana individu mengamati keterkaitan antara kejadian da mampu untuk memprediksi segala kemungkinan. Pengalaman belajar secara aplikasi, individu mampu mengaplikasikan di lingkungan secara langsung dengan hasil yang dapat diobservasi.           
4.    Skill dalam pendekatan tugas, berkaitan skill individu dalam melaksanakan tugas baru, melalui pengalaman bahwasanya seperti pemecahan masalah, skill, kebiasaan kerja, mental set, respon emosional serta proses kognitif.
            Dari 4 faktor-faktor di atas menyebabkan pengaruh primer yang sangat penting dalam penentuan karir individu yaitu:
1.    Self observation generalizations (SOG’s), hal ini merupakan penggambaran bahwa belajar individu berdasarkan pada pengalaman hidupnya yang diperoleh lewat vikarius even atau pengalaman pribadi.
2.    Worldview generalizations, melihat gambaran lingkungan secara umum dan percaya bagaimana dunia berfungsi, meniru lingkungan dan menginterpretasikan
3.    Task approach skill (TAS’s), kemampuan kognitif dan performa serta kemampuan untuk menyatu dengan lingkungan serta menginterpretasikan hal tersebut kepada pengamatan diri sendiri, kaitannya dengan pemilihan karir adalah adanya skill akan perencanaan, pencarian informasi, estimasi serta mempertimbangkan nilai kerja.
4.    Tindakan yang ditampakkan, hal yang ditampakkan itu sangat spesifik, yang berhubungan dengan perilaku dalam pemilihan kerja yang sebabkan pengamatan diri sendiri, penggeneralisasian serta pendekatan skill dalam tugas di atas tadi, seperti nantinya individu akan mengetahui kerja yang spesifik dengan skillnya. Atau bisa disebut, kemajuan dalam karir seperti menerima kerja yang spesific.
            Oleh karena itu, teori belajar sosial dalam menentukan pilihan kerja menjelaskan mengenai pilihan karir yang sebenarnya, dan teori mengenai belajar dalam pemilihan karir juga menggambarkan apa yang bisa dilakukan konselor untuk membantu klien mereka menyelesaikan dilema kerja klien tersebut.
            Mitchell dan Krumboltz (1984, 1990, 1996) telah mendiskusikan inventori penelitiannya secara komprehensif hampir 2 dekade yang menghadirkan bukti-bukti yang bisa diakui untuk membantu proses pemilihan karir lewat teori belajar sosial, maka dengan hal tersebut membantu hipotesis yang bisa di generalisasikan kepada teori konseling karir.
            Di tahun 1994, Krumboltz memperkenalkan proposisi yang di ambil dari teori, yang termasuk adalah Orang akan menerima pekerjaan bila:
1.    Mereka telah sukses pada tugas yang mereka percaya seperti performa anggota dalam pekerjaan tadi.
2.    Mereka telah mengobservasi model yang berarti yang telah diperkuat untuk aktifitas yang dilaksanakan oleh anggota yang bekerja.
3.    Penekanan yang relatif kepada teman berguna untuk mereka, mereka juga mengamati kata-kata positif dan gambaran yang diasosiasikan dengan hal tersebut.
Proposisi yang berlawanan bila:
1.  Mereka gagal pada tugas yang mereka percaya bisa yang sama dengan tugas yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam pekerjaan.
2.  Mereka telah mengobservasi model memiliki makna baginya yang mendapatkan hukuman atau tidak diacuhkan dalam melaksanakan aktifitas dalam pekerjaan.
3.  Telah mengamati teman yang tidak menguntungkan baginya serta telah dipengaruhi kata-kata dan image yang diasosiasikan dengan kerjanya.
            Diantara banyaknya aplikasi praktis dari kerja Krumboltz (1983) adalah adanya aturan pembuatan pilihan dan bagaimana hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan yang tidak rasional. Seperti Krumboltz telah memperkenalkan masalah yang timbul dari observasi diri, generalisasi yang salah serta ketidak akuratan interpretasi kondisi lingkungan.
Maka masalah ini diantaranya:
1.    Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah yang dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa sebagian besar masalah merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak dapat diatasi).
2.    Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (mereka tidak banyak berusaha mengeksplorasialternatif).
3.    Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative yang memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi asumsi yang salah).
4.    Individu mungkin memilih alternative yang buruk atau alas an yang tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi karir secara realistic karena keyakinan yang salah dan ekspektasi yang tidak relistik).
5.    Individu mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya (tujuannya mungkin tidak realistik atau konflik dengan tujuan lain).
            Krumboltz mengatakan bahwa secara potensial penyebab kesusahan dalam membuat pemilihan karir yang bersumber dari penggeneralisasian yang salah, pembandingan diri dengan satu orang, perkiraan yang dilebih-lebihkan dalam hasil dampak emosional, menggambarkan hubungan sebab akibat yang salah, ketidak acuhan dalam hubungan fakta dan memberikan kecendrungan yang tak pantas kepada even yang probabilitas lemah. Maka Krumboltz percaya bahwa beberapa dari hal ini berhubungan kepada fakta kesusahan dalam menentukan pemilihan karir.
            Maka peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternatif keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social-learning.

C.   Aplikasi Dalam Bimbingan Konseling Karir
            Krumboltz dan Baker (1973) mengidentifikasi beberapa langkah yang terlibat dalam konseling karir yaitu :
1.    Menjelaskan masalah dan tujuan
2.    Mengidentifikasi bermacam solusi
3.    Mengumpulkan informasi tentang masalah yang telah dikenali
4.    Menguji kemungkinan hasil dari pilihan yang beragam
5.    Mengevaluasi ulang tujuan,
6.    Menyamaratakan semua proses kepada masalah yang baru
            Masalah karir klien sering berhubungan kepada ketidakmampuan individu untuk membuat pemilihan yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan dalam karirnya (Krumboltz and Thoresen, 1969). Crites (1981) memberikan beberapa point mengenai masalah klien yang berhubungan dalam konseling karir yang termasuk dalamnya beberapa kombinasi yaitu:
1.    Ketidakjelasan tujuan
2.    Adanya penghalang dalam aktifitas
3.    Adanya ketakutan akan kemungkinan kegagalan
4.    Konflik dalam pilihan
            Status dan Kegunaan Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir. dia menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan. Tetapi, dia menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia mengembangkan Career Belief’s Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka. Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting, konseling karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan dari kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus dilakukan dengan empat pertimbangan.
1.    Para klien harus siap untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka dibandingkan keadaan mereka ketika pertama kali mereka masuk proses konseling. Konselor karir harus membantu klien untuk memetakan status mereka dan memberikan garis besar rencana untuk perubahan dan pengembangan. Dengan adanya rencana untuk berubah. Para klien mengembangkan struktur perkembangan kesempatan mereka.
2.    Para klien harus siap dengan sebuah kondisi umum pekerjaan yang sedang berubah.
3.    Meskipun diagnosa permasalahan pengembangan karir saat ini adalah sebuah langkah dalam proses konseling karir, hal ini tidak cukup. Para klien harus didorong untuk menghadapi tekanan dunia yang selalu berubah.
4.    Para konselor karir harus lebih fokus dan membantu klien menangani serangkaian masalah pekerjaan yang meeka hadapi. Klien harus memahami nilai dan hal yang memuaskan mereka. Mereka harus meraih kontrol hidup mereka, untuk mampu menangani permasalahan di tempat kerja, termasuk bagaimana maju di tempat kerja dan rencana untuk berhenti.
            Krumboltz et. al juga memberikan beberapa observasi untuk konseling karir sebagai berikut:
1.    Pembuatan keputusan karir merupakan keterampilan yang dipelajari.
2.    Individu yang mengaku telah melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga (pilihan karirnya mungkin telah dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan alternatif yang keliru).
3.    Keberhasilan diukur berdasarkan keterampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat keputusan (diperlukan evaluasi terhadap keterampilan membuat keputusan).
4.    Klien berasal dari berbagai macam kelompok.
5.    Klien tidak usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus dimasukinya.
            Pada akhirnya Krumboltz, mengatakan adanya metode untuk mengidentifikasi akan kepercayaan pribadi dan pengidentifikasian stress. Yang terdiri dari diantaranya (Krumboltz, 1983; Mitchell & Krumboltz, 1984):
1.    Asesmen terhadap isi dari observasi diri klien dan pandangannya terhadap lingkungan
2.    Simulasi pemilihan karir
3.    Wawancara terstruktur
4.    Career Thought Inventory (CTI) (Sampson, Peterson, Lenz, Reardon, & Saunders, 1996), dikembangkan untuk mendiagnosa berbagai macam aspek permasalahan pengambilan keputusan karir. CTI ini membantu dalam model Career Informations-Processing (CIP) yang pertama kali dipublikasikan tahun 1991 (Peterson, Sampson, & Reardon, 1991) dan baru-baru ini direvisi (Peterson, Sampson, & Reardon, 2002). Aplikasi model CIP dimulai dengan menilai kesiapan individu untuk membuat pilihan-pilihan karir yang masuk akal serta kemampuan kognitif dan afektif untuk membuat pilihan-pilihan tersebut. Ketika menilai kesiapan, konselor karir menguji empat faktor :
·      Tingkat pengetahuan diri tinggi dan kesediaan untuk menggunakan pengetahuan itu dalam proses pengambilan keputusan.
·      Kesediaan untuk menjelajahi dunia kerja.
·      Motivasi untuk belajar mengenai dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
·      Kesadaran diri tentang bagaimana pikiran negatif mempengaruhi pemecahan masalah dan kesediaan untuk meminta bantuan ketiak diperlukan.
5.    Pengunaan Carrer Belief’s Inventory (Krumboltz, 1988a), untuk mengindentifikasi prasangka yang menghambat orang dalam mencapai tujuan karirnya.

D.   Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Teori Belajar Sosial dalam  Pemilihan dan Penentuan Karir dari Krumboltz
            Teori belajar sosial yang dikembangkan menjadi pendekatan dalam bimbingan dan penentuan karir dari Krumboltz ini memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan diantaranya:
Keunggulannya:
1.    Pendekatan teori belajar sosial dalam pemilihan dan penentuan karir ini berangkat dari psikologi kepribadian yang dikelompokkan ke dalam paradigma behavioristik.
2.    Memandang bahwa setiap manusia memiliki kekuatan dalam mengatur diri mereka sendiri serta berfikir sehingga mampu untuk bertingkah laku dalam pengembangan skill.
3.    Memandang bahwa manusia tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan akan tetapi adanya konsep resiprokal antara pribadi manusia, lingkungan dan perilakunya.
4.    Dalam pemilihan dan penentuan karir melalui pendekatan ini, pendekatan ini untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian, bukan untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan.
Kelemahannya:
1.    Tidak menjelaskan pada tahap perkembangan apa individu tersebut mulai menentukan pemilihan dan penentuan karir.
2.    Karena pendekatan ini berparadigma behavioristik, dikarenakan hanya membahas aspek kepribadian yang observable saja.
3.    Sehingga mengabaikan aspek perbedaan manusia (individual difference).


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Didi Tarsidi. 2007. Teori Perkembangan Karir.
Edwin L. Herr, dkk. 2004. Career Guidance And Counseling Through The Lifespan. Edisi ke-6. Boston: Pearson Educations, Inc.
Frank Pajares, Self-Efficacy Believes in Academic Contexts:An Outline, 2002,     hal. 10. Retrievel 05/01/11 From
Lee E. Isaacson. 1986. Career Information In Counseling And Career Development. Edisi ke-4. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Samuel H. Osipow. 1983. Theories Of Career Development. Edisi ke-3. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Teori Perkembangan Karir: Anne Roe

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd

            Hubungan dini di dalam keluarga dan pengaruhnya kemudian terhadap arah karir merupakan fokus utama karya Anne Roe (1956). Analisis tentang perbedaan dalam kepribadian, aptitude, intelligensi, dan latar belakang yang mungkin terkait dengan pilihan karir merupakan tujuan utama penelitiannya. Dia meneliti sejumlah ilmuwan terkemuka dalam bidang fisika, biologi, dan sosial untuk menentukan apakah arah vokasional itu erat hubungannya dengan perkembangan dini kepribadian.
Roe (1956) mengklasifikasikan okupasi ke dalam dua kategori utama: person oriented dan nonperson oriented. Dia berpendapat bahwa pemilihan sebuah kategori okupasi terutama didasarkan atas struktur kebutuhan individu tetapi tingkat pencapaian dalam suatu kategori lebih tergantung pada tingkat kemampuan dan latar belakang sosio-ekonomi individu. Iklim hubungan antara anak dan orang tua merupakan kekuatan utama yang membangkitkan kebutuhan, minat, dan sikap yang kemudian tercermin dalam pemilihan pekerjaan.
Roe memodifikasi teorinya setelah beberapa studi menyangkal pendiriannya bahwa perbedaan interaksi orang tua-anak menghasilkan perbedaan dalam pemilihan pekerjaan. Kini dia mengambil posisi bahwa orientasi dini seorang individu terkait dengan keputusan utama yang diambilnya di kemudian hari terutama dalam pemilihan okupasi tetapi variable-variabel lain yang tidak diperhitungkan dalam teorinya pun merupakan faktor-faktor yang penting.

A.      Dasar Pemikiran Teori Anne Roe
            Teori Roe ini biasanya disebut juga sebagai “a need theory approach to career choice”, teori pemilihan karir dengan pendekatan kebutuhan.Teori karir Roe mempunyai dua tingkatan utama (dalam Samuel H. Osipow, 1968:17). Dalam teorinya roe mamandang pilihan karir seseorang dipngaruhi oleh tiga komponen yang mendasar dalam hidup diantaranya:
1.      Pengaruh genetika terhadap keputusan-keputusan karir
Roe memandang genetika seseorang adalah warisan dari gen ayah atau ibu, sehingga pada prinsipnya individu memiliki berbagai potensi bawaan yang akan menentukan sifat-sifat, minat, bakat dan tempramen. Pada akhirnya potensi tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang terutama dalam pemulihan karir yang akan dilalui pada masa yang akan datang. Seorang anak yang terlahir dari keluarga yang bekerja pada bidang jasa cenderung juga akan bekerja pada bidang jasa ketika ia dewasa kelak,
2.      Pengalaman masa kecil.
Berbagai pola asuh yang diterima individu pada masa anak-anak akan mempengaruhi bagaimana pilihan karirnya di masa depan. Selain itu, suasana dan iklim yang ada di keluarga juga memiliki kontribusi besar terhadap pilhan karir individu. Suasana yang terjadi tersebut dapat saja berupa hal yang positif, seperti: kasih sayang, penuh perhatian, dan saling menghargai. Suasana negatif, misalnya: perlakuan kasar, kekerasan, acuh tak acuh dan keluarga yang broken home.
Roe dan Siegelman mengemukakan hipotesis mengenai pengaruh pendiddikan dan pola asuh orang tua terhadap anak, yaitunya sebagai berikut:
a.      Lingkungan keluarga yang mencintai, melindungi dan menuntut secara wajar akan menuntun anak menjadi orang yang memiliki orientasi di masa kanak-kanak dan orang yang berorientasi dalam pekerjaan yang akan ditempatinya,
b.      Lingkungan keluarga yang menolak, mengabaikan dan tidak acuh terhadap anak akan menggiring anak menjadi orang yang tidak memilki orientasi dalam pekerjaan,
c.       Kondisi yang terlalu melindungi (over-protective) atau menuntut terlalu berlebihan akan menjadikan anak tidak memiliki orientasi dalam pekerjaan,
d.      Sebagian anak yang berasal dari keluarga yang bersifat menolak kemungkinan orientasinya menjadi mencari kepuasan, dan
e.      Lingkungan keluarga yang santai dan mencintai akan memberikan jumlah keterkaitan yang memadai.
Dalam perkembangan jabatan Anne Roe menekankan dampak dari keseluruhan pengalaman anak kecil dalam lingkungan keluarga inti. Gaya interaksi orang tua dan anak, serta pengaruh pola pendidikan keluarga menjadi kebutuhan perkembangan anak yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi dan gaya hidup dewasa nanti.
Roe mengemukakan  tiga kategori pendidikan yang di terapkan oleh orang tua,  diantaranya :
a.       Menjauhi anak
Perilaku orang tua yang menjauhi anak cenderung akan bersifat ;
·      Menolak: dingin, bermusuhan, menunjukkan kekurangan-kekurangan danmengabaikan preferensi-preferensi dan opini-opini anak.
·      Mengabaikan: memberikan perawatan fisik minimum tidak memberikan afeksi, dingin tetapi tidak menghina.
b.      Konsentrasi Emosional pada Anak
Pemusatan perhatian pada anak memiliki dua kategori,yaitu :
·      Overprotecting. Memberikan perlindungan berlebih-lebihan (cenderung hangat),terlalu baik, penuh kasih sayang, membolehkan sedikit kebebasan pribadi, melindungi dari yang menyakitkan.
·      Overdemanding. Terlalu menuntut (cenderung dingin), menentukan standar-standar tinggi, mendesak untuk memperoleh prestasi akademik yang tinggi, dalam bentuknya yang ekstrim cenderung menolak.
c.       Penerimaan terhadap Anak
Pola penerimaan terhadap anak di bagi menjadi dua, yaitu ;
·      Santai (casual): sedikit kasih sayang, responsif kalau pikiran tidak kacau,tidak ambil pusing tentang anak, membuat beberapa peraturan dan tidak melaksanakannya.
·      Penuh kasih (loving): memberikan perhatian hangat dan penuh kasih sayang, membantu dengan rancangan-rancangan, menggunakan penalaran dan bukan hukuman, mendorong independensi.
Dari kategori emosional yang ada di dalam rumah menurut Roe, Kategori penuh kasih, overprotective danoverdemanding akan cenderung menghasilkan seseorang yang kejuruannya beroriantasi pada kontak dengan orang lain (Person Oriented). Sedangkan kategori santai, menolak dan mengabaikan cenderung menghasilkan seseorang yang kejuruannya beroriantasi pada benda – benda (Non_Person Oriented).
3.      Kebutuhan-kebutuhan manusia.
Kebutuhan-kebutuhan individu dapat mempengaruhi pilihan karir individu tersebut.Dalam hal ini Roe berpijak kepada teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Secara hirarki Maslow menyebutkan delapan motif kebutuhan individu (dalam Lee E. Isaacson, 1986:39), yaitu
a.      Kebutuhan fisik (Physiological needs),
b.      Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs),
c.       Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta (Need for belongingness and love),
d.      Kebutuhan Penghargaan diri (esteem Needs)
e.       Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman ( Need Know & Understand),
f.        Kebutuhan Estetika (aesthetic Needs),
g.      Kebuthan aktualisasi diri (self actualization, and) dan
h.      Kebutuhan hubungan dengan yang kuasa(Transcendence).
Hirarki kebutuhan Maslow ini lazim juga digambarkan sebagai piramida, dimana kebutuhan paling dasar memiliki ruang paling luas dan semakin ke atas ruang yang tersedia semakin kecil.Disana dapat diliat  bahwa manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan-tingkatan kebutuhan yang mesti dipenuhi, sesuai dengan taraf dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan. Ada kebutuhan yang dapat terpenuhi dengan mudah, kebutuhan yang tertunda dan bahkan ada kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi sama sekali.

B.       Pilihan Karir berdasarkan teori Roe
            Roe mengemukakan dua pengelompokan utama dalam pilihan  karir (dalam Lee, 1986:43), yaitu:
1.      Person-oriented,, jabatan yang berorientasi pada kontak dengan orang lain. Misalnya orang – orang yang suka bekerja bersama dengan orang lain, di anggap cenderung demikian karena mereka menghayati kebutuhan yang kuat untuk di terima baik oleh orang lain. Semua orang ini di didik oleh orang tua yang menunjukan sikap menerima dan menyayangi. Antara lain :
a.       Jasa (service); pekerjaan-pekerjaan yang tugas utamanya berhubungan langsung dengan kebanyakan orang dan bertugas untuk melayani orang lain serta berbuat untuk kepentingan orang lain.
b.      Kontak bisnis (business contact); pekerjaan-pekejaan yang langsung berinteraksi langsung dengan orang lain dengan tujuan lebih kepada upaya untuk mempengaruhi dibandingkan dengan berbuat untuk kepentingan orang lainn
c.       Organisasi (organization); pekerjaan-pekerjaan manajerial serta membentuk interaksi yang bersifat formal untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
d.      Kebudayaan (general culture); pekerjaan-pekerjaan yang tujuan utamanya adalah upaya untuk pelestarian dan pewarisan budaya,seperti halnya pendidikan.
e.       Seni dan hiburan (art and entertainment); pekerjaan-pekerjaan yang membentuk interaksi antara orang-orang yang memiliki kreatifitas dan keterampilan khusus.
2.      Nonperson-oriented, yang berorientasi pada benda-benda. Misalnya orang- orang yang lebih suka bekerja dengan menangani barang atau benda tanpa mencari kontak dengan individu di sekitarnya itu di anggap berkecenderungan demikian karena mereka menghayati kebutuhan yang kuat untuk merasa aman dan terlindung dari bahaya.
a.       Tekhnologi (technology); pekerjaan-pekerjaan yang berorientasi kepada produksi, pemeliharaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan barang.
b.      Luar ruangan (outdoor), pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di ruangan terbuka/alam bebas dan tidak terlalu tergantung/membutuhkan adanya interaksi dengan banyak orang.
c.       Ilmu pengetahuan (science); pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan keilmuan, teori, konsep dibidang ilmu yang berhubungan dengan perilaku.
            Roe (dalam Munandir, 1996:104) mengemukakan bahwa terdapat enam tingkatan karir yang dilalui individu , yaitu:
1.      Tak terampil, pekerjaan pada tingkat ini tidak membutuhakan keahlian atau pendidikan khusus.
2.      Semi terampil; pekerjaan pada tingkatan ini telah menuntut adanya keterampilan dan pengalaman khusus, namun belum mensyaratkan adanya kemandirian dan inisiatif yang tinggi dari individu.
3.      Terampil; pekerjaan pada tingkatan ini menuntut adanya keterampilan dan pendidikan khusus pada individu.
4.      Semi professional dan bisnisk kecil; pekerjaan pada tingkatan ini telah menuntut adanya tanggung jawab dalam skala rendah dan kebijaksanaan untuk diri sendiri. Individu pada tingkatan ini berpendidikan menengah atas umum atau tekhnologi kejuruan.
5.      Professional tingakatan kedua; mensyaratkan adanya kemandirian dan tanggung jawab yang lebih besar serta telah menerapkan sistem manajerial yang baik. Individu yang berada pada tingkatan ini memiliki pendidikan yang baik, yakni berada pada jenjang sarjana hingga master.
6.      Professional tingkatan pertama; secara mandiri telah mampu untuk berkarya cipta dan menerapkan sistem manajerial secara baik. Pada tingkatan ini telah terbentuk tanggung jawab penuh pada individu untuk mengaambil berbagai keputusan dan kebijaksanaan.
            Dalam hal ini Samuel H. Osipow (1973) berpendapat bahwa konselor sekolah dapat membantu orang muda yang belum mengenal dirinya sendiri mengenai pengaruh kebutuhan pokok yang melandasi motifasinya dalam memperjuangkan suatu gaya hidup (life style). Dengan demikian konselor sebaiknya meningkatkan tahap kebutuhan klien karena jaminan ekonomis saja tidak membuat orang dewasa selalu merasa bahagia

C.      Kelemahan dan Kelebihan teori Roe.
1.    Kelemahan
Lee (1986:43) mengemukakan empat kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh Roe, yaitunya:
a.    Keakuratan pembuktian teori yang dikemukakan Roe susah dinilai, karena membutuhkan rentang waktu yang sangat panjang mulai dari tahapan anak-anak, remaja hingga dewasa. Beberapa ahli berpendapat bahwa kebenaran teori karir yang dikemukakan oleh Roe sulit untuk diperoleh pembuktian secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan oleh panjangnya rentang waktu yang diperlukan oleh seorang ahli untuk membuktikannya.
b.    Sebagian besar/ banyak dari proposal-proposal yang dikemukakan oleh Roe hanya berupa pengenaralisasian sehingga keterangan yang diberikan rancu dan ambigu.
c.    Perilaku yang ditampilkan oleh orang tua bukanlah sesuatu yang tetap/konsisten. Dalam menampilkan perilaku, orang tua sebagai individu yang dinamis tidak menampilkan perilaku yang sama setiap waktu. Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan perilaku yang ditampilkan individu dalam kehidupan keseharian.
d.   Anak tidak hanya mendapatkan pengaruh dari lingkungan rumah,tetapi banyak lagi faktor lingkungan lain yang mempengaruhinya. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terbesar yang mempengaruhi individu tetapi bukan merupakan satu-satunya lingkungan yang memberikan pengaruh.

2.      Keunggulan
a.       Dengan adanya teori Roe ini dapat mempermudah mengklasifikasikan jabatan apa yang sesuai dengan potensi individu tersebut berdasarkan pola asuh orang tua, interaksi, serta pemenuhan kebutuhan.
b.      Dengan melihat cultural seseorang  maka dalam penyesuaian diri di lingkungan pekerjaan akan lebih mudah untuk mempertahankan jabatannya.
c.       Memudahkan konselor dalam memberikan layanan karir kepada klien dengan melihat latar belakang klien di masa kecil.
d.      Memudahkan konselor dalam memberikan layanan karir pada kliennya, karena menurut roe karir anak di pengaruhi oleh pola asuh orang tua.

D.      Implikasi dalam Konseling
1.      Suasana dan sikap keluarga/orang tua yang diterima anak memberikan pengaruh secara langsung terhadap pilihan karir anak di masa depan. Oleh karena itu, konselor dapat mengidentifikasi pilihan karir anak berdasarkan suasana dan sikap yang diterima anak dari keluarga/orang tua.
2.      Pilihan karir juga dipengaruhi oleh faktor sosialisasiantara anak dengan lingkungan terutama lingkungan keluarga. Oleh karena itu konselor dapat membantu mengarahkan anak untuk mampu mengidentifikasi perilakunya dan mengaitkan dengan pilihan karir yang tepat dengan perilaku tersebut.
3.      Suasana dan sikap yang diterima dalam keluarga memiliki peran utama terhadap pilihan karir anak berdasarkan kesesuaian karir dengan jenis kelamin. Oleh karena itu, konselor dapat juga memberikan pemahaman kepada orang tua tentang nilai-nilai dan hubungan antara kesesuaian antara jenis kelamin dan karir terhadap pemilihan pekerjaan anak di masa depan.
            Dari penjelasan yang telah dikemukakan, dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan Konselor dalam konseling karir beradasarkan teori Anne Roe, yaitu:
1.      Penerimaan terhadap klien,
2.      Penjajagan berbagai latar belakang klien dipandang dari teori karir Roe, yakni: genetika/keturunan dan pengalaman-pengalaman masa kecil klien. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana suasana dan sikap yang diterima klien dari keluarga/orang tua.
3.      Mengenali berbagai kebutuhan klien berdasarkan hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
4.      Melakukan penafsiran terhadap data dan keterangan yang telah diperolah dari klien mengenai sifat, minat, bakat, pengalaman masa kecil klien, dan kebutuhan klien.
5.      Konselor bersama-sama dengan klien melakukan penetapan/pengambilan keputusan tentang karir yang sesuai untuk klien,
6.      Evaluasi terhadap pilihan karir yang telah diputuskan oleh klien

Daftar Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 1994. Tes dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional.
Lee E. Isaacson. 1986. Career Information in Counseling and Career Development. Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Munandir.1996. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ditjen Dikti.
Samuel H. Osipow.1983. Theories of Career Development. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Winkel,W.S dan M.M Sri Hastuti.2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. yogyakarta: Media Abadi

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...