Senin, Februari 8

TEORI PSIKOANALISIS KLASIK (S. FREUD)

Oleh: Jumadi Tuasikal

A.        Pengertian Psikoanalisis klasik

            Teori  Psikoanalisis klasik dikembangkan oleh seorang neurology dari Wina, Sigmund Freud, pada awal tahun 1890-an. Formulasi teoritik dari teori ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman atau kehidupan masa kanak-kanak Freud, khususnya cara kedua orangtuanya memperlakukannya. Teorinya tentang kompleks oodipus misalnya, dipengaruhi oleh ketertarikannya bahkan mungkin minat seksualnya terhadap ibunya yang dinilainya sebagai seorang wanita yang rupawan dan lemah lembut, dan perasaan benci terhadap ayahnya yang sanagat keras dalam mendidiknya.
      Psikoanalisis klasik merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis klasik jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu , Psikoanalisis klasik tidak lahir dari penelitian akademis , sebagaimana system-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan observasi yang dilakukan Freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan
   Psikoanalisis klasik merupakan psikologi ketidaksadaran. Kesadarannya tertuju kearah bidang motivasi,emosi,konflik,simptom-simptom neurotic,mimpi-mimpi dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis klasik dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran ,yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama Psikoanalisis klasik ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa .
      
B.     Kerangka Psikoanalisis klasik
      1.       Konsep Psikoanalisis klasik
            Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian. 
Beberapa konsep dasar dari Psikoanalisis klasik diantaranya:
Ø  Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu.
Ø  Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan.
Ø Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.
Ø Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
Ø Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali.
Ø Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan didalamnya.
Ø Ketidakmampuan menaruh kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain.
Ø Ketidakmampuan mengakui dan mengungkapkan perasaan-perasaan benci dan marah, penyangkalan terhadap kekuatan sendiri sebagai pribadi, dan kekurangan perasaan-perasaan otonom.
Ø Ketidakmampuan menerima sepenuhnya seksualitas dan perasaan seksual diri sendiri.

2.     Prinsif-prinsif  Manusia
            Sumbangan terbesar Freud adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran dan ketidaksadaran yang merupakan dasar atau kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah kepribadian. Dengan kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran,  maka sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tidak sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini, terapi adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bagian-bagian yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
            Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.       Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.       Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.        Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d.       Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.        Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.        Pembentukan simptom merupakan bentuk defensif
g.        Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
h.       Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.

3. Hakekat Konseling

            Secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.

  1. Id
            Id merupakan dorongan biologis yang berada dalam ketidaksadaran (dorongan nafsu) yang beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) struktur mental ini sudah ada sejak lahir (bawah sadar). Manusia lahir membawa id, contohnya jika lapar kita menangis, mau mandi kita menangis. Jadi id merupakan bagian yang paling primitif yang tediri dari kebutuhan biologis dasar.
            Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:64), Id merupakan system kepribadian yang asli, id juga merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk instink-instink. Freud menyebut id sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya”.
            Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tingkat tegangan organism meningkat, maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat enegi rendah dan konstan serta menyenangkan.
            Sumadi Suryabrata (2005:125), yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindari diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, pedoman ini disebut Freud sebagai “prinsip kenikmatan” atau “prinsip keenakan”. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai keenakan itu id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
a.    Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya.
b.   Proses primer (primair vorgang), seperti orang lapar maka akan membayangkan makanan. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia beruasaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tenteng objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut.
            Proses primer tidak akan mampu mereduksi atau mengurangi tegangan. Orang yang lapar tidak akan dapat memakan khayalan tentang makanan. Karena itu, suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan apabila hal ini terjadi maka struktur system kedua kepribadian, yaitu ego mulai terbentuk.

2. Ego
            Ego adalah struktur fikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle), yang mengutamakan pemikiran logika dan rasional (tahap sadar). Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan.
            Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:65), perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego mebedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego bekerja berdasarkan prinsip kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Gerald Corey (2009:15) hubungan antara id dan ego adalah ego tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.
            Proses sekunder merupakan adalah berfikir realistic. Dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, yang biasanya melalui suatu tindakan, untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Hal ini disebut pengujian terhadap kenyataan (reality testing).
            Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberi respon, dan memutuskan instink manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.

 3. Super ego
            Super Ego itu Merupakan struktur yang terbentuk dari komponen sosial dan moral, struktur ini bertanggung jawab menentukan tingkah laku baik dan buruk,beroperasi menurut prinsip moral. Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:67), superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada anaknya, dan dilaksanakan dengan cara memberi hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, dia mencerminkan yang ideal bukan yang real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
      Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:67), fungsi-fungsi pokok superego adalah:
a.    Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
b.    Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan moralitas.
c.    Mengajar kesempurnaan.
      
o   Mekanisme pertahanan

Ø  Denial / Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap kenyataan yang mengancam. Individu mempunyai kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterima
Ø  Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Dengan proyeksi, individu akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya sendiri, dan menyangkal bahwa dia memiliki dorongan negatif
Ø  Fiksasi
Fiksasi yaitu terpaku/tetap pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena individu memiliki kecemasan untuk mengambil langkah ke tahap berikutnya. Anak yang memakai mekanisme pertahanan fiksasi biasanya mempunyai hambatan dalam perkembangan dan menjadi tidak mandiri
Ø  Regresi
Regresi yaitu melangkah mundur ke tahap perkembangan sebelumnya dimana tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar
Ø  Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghindarkan ego dari cedera, memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan
Ø  Sublimasi
Sublimasi yaitu menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau lebih dapat diterima secara sosial, mekanisme pertahanan sublimasi ini lebih bersifat positif karena individu mencari jalan lain bagi pengungkapan perasaan agresinya dengan cara yang lebih bermanfaat
Ø  Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada obyek atau orang lain ketika obyek asal tidak terjangkau
Ø  Represi
Represi adalah melupakan peristiwa traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan, dengan menekannya ke alam bawah sadar sehingga tidak lagi menjadi hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting, karena merupakan dasar bagi sebagian besar pertahanan ego yang digunakan individu

Ø  Formasi Reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Ketika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka individu berusaha menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan negatifnya.

Ø  Dinamika Kepribadian
Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Sehingga Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.


4. Tujuan Konseling

Menurut Corey (2005), tujuan terapi Psikoanalisis klasik adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual,  menghidupkan   kembali  masa  lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan kesempatan kepada konseli untuk  menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.


5. Peran Konselor pada Psikoanalisis klasik

a. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.
b. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien
d. Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.

            Konselor  membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.

6. Hubungan Konselor Dengan Klient

Dalam konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi, transferensi, dan kontratransferensi :
a.      Aliansi  yaitu  sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
b.      Transferensi
1.pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya, yang ditujukan kepada konselor
2. merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis
3. membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
c. Kontratransferensi
            Yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau  keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor harus menyadari perasaaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan untuk bersikap relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.

7. Teknik Konseling
1.      Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapai Psikoanalisis klasik adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
Asosiasi bebas adalah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai kataris. Kataris secara sementara dapat mengurangi pengalaman klient yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klient memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi membimbing konselor dalam pemahaman kaitan klient membuat peristiwa-peristiwa. Konselor menafsirkan materi kepada klient, membimbing kearah peningkatan tilikan kedalam dinamika dirinya yang tidak disadari.
2.      Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klient.
Hal yang penting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak klient dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi. Pertama, interpretasi hendaknya disajika pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klient. Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permulaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klient. Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.

3.      Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur pertahanan menjadi lebih lemah dan perasaan-perasaan yang tertekan muncul kepermukaan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal road to the uncouncious” dimana didalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak diterima oleh orang lain, dinyatakan dalam simbolik daripada secara terbuka dan langsung.
4.      Resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
5.      Transferensi
Transferensi (pemindahan).transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.


8.   Kelebihan Dan Keterbatasan Konseling

Kelebihan dari pendekatan ini adalah:                                                                         
Ø  Penggunaan terapi wicara
Ø  Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
Ø  Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
Ø  Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.

Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
Ø  Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
Ø  Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh  masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah  tanggung jawab individu berkurang.
Ø  Cenderung meminimalkan rasionalitas.

9. Aplikasi

Konseling Psikoanalisis klasik diakui oleh freud sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk kelompok individu tertentu. Seiring perkembangan teori Psikoanalisis klasik tersebut, gangguan mental (gangguan kepribadian) dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: psikosis dan neurosis.
Psikosis merupakan bentuk gangguan mental yang di tandai oleh hilangnya kontak dengan realitas karena hilangnya kemampuan individu untuk mempersepsi dan menginterpretasikan pengalaman internal dan eksternalnya. Konseling Psikoanalisis klasik tidak bisa di gunakan untuk menangani penderita psikosis.
Neurosis ditandai dengan adanya gangguan emosi, kognisi, dan perilaku yang menghambat kemampuan individu untuk berperilaku secara sehat atau berfungsi normal. Meskipun mereka mengalami kesulitan untuk memahami makna pengalamannya, tapi mereka masih memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bisa membentuk perilaku produktif, dapat memisahkan antara impian, fantasi, dan realitas. Freud membagi neorosis menjadi 2 kategori, yaitu: neurosis transferen dan neurosis narsistik. Neurosis transferen melibatkan konflik antara id dan ego. Sedangkan neurosis narsitik melibatkan konflik antara ego dan superego. Freud memiliki keyakinan bahwa hanya tipe neurosis transferen yang hanya dapat di tangani melalui Psikoanalisis klasik. Namun, pada saat ini banyak konselor Psikoanalisis klasik yang mengembangkan keyakinan bahwa Psikoanalisis klasik bisa digunakan secara efektif untuk menangani semua gangguan nonpsikotik.
Referensi:
      Gantina komalasari, dkk. 2011. Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT Indeks.
(di unduh pada tanggal 9 februari 2014)

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...