Oleh: Jumadi Tuasikal
A.
Pengertian Psikoanalisis klasik
Teori Psikoanalisis klasik dikembangkan oleh
seorang neurology dari Wina, Sigmund Freud, pada awal tahun 1890-an. Formulasi
teoritik dari teori ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman atau kehidupan masa
kanak-kanak Freud, khususnya cara kedua orangtuanya memperlakukannya. Teorinya tentang
kompleks oodipus misalnya, dipengaruhi oleh ketertarikannya bahkan mungkin
minat seksualnya terhadap ibunya yang dinilainya sebagai seorang wanita yang
rupawan dan lemah lembut, dan perasaan benci terhadap ayahnya yang sanagat
keras dalam mendidiknya.
Psikoanalisis
klasik merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan
cara-cara fisik. Psikoanalisis klasik jelas terkait dengan tradisi jerman yang
menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan
sendirinya. Selain itu , Psikoanalisis klasik tidak lahir dari penelitian
akademis , sebagaimana system-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi
terapan praktik klinis. Penyusunan observasi yang dilakukan Freud bertujuan
untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan.
Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan
kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan
Psikoanalisis
klasik merupakan psikologi ketidaksadaran. Kesadarannya tertuju kearah bidang
motivasi,emosi,konflik,simptom-simptom neurotic,mimpi-mimpi dan sifat-sifat
karakter. Psikoanalisis klasik dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari
kedokteran ,yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama Psikoanalisis
klasik ialah Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang
struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa .
B. Kerangka Psikoanalisis klasik
1. Konsep Psikoanalisis klasik
Freud memandang sifat manusia pada
dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Di
mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah,
dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan
biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif.
Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak
lain jalan melingkar ke arah kematian.
Beberapa konsep dasar dari Psikoanalisis klasik
diantaranya:
Ø
Manusia secara esensial bersifat
biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku
merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu.
Ø
Manusia bersifat tidak rasional,
tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido mendorong
manusia ke arah pencarian kesenangan.
Ø Di mana
manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak
sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan
oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan.
Ø Alam sadar
adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
Ø Alam
prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang
berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika
kita berusaha mengingatnya kembali.
Ø Alam bawah
sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang
terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang
dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan
didalamnya.
Ø Ketidakmampuan
menaruh kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain.
Ø Ketidakmampuan
mengakui dan mengungkapkan perasaan-perasaan benci dan marah, penyangkalan
terhadap kekuatan sendiri sebagai pribadi, dan kekurangan perasaan-perasaan
otonom.
Ø Ketidakmampuan
menerima sepenuhnya seksualitas dan perasaan seksual diri sendiri.
2. Prinsif-prinsif Manusia
Sumbangan terbesar Freud adalah
konsep-konsepnya tentang kesadaran dan ketidaksadaran yang merupakan dasar atau
kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah kepribadian. Dengan
kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan
kesadaran, maka sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif
tidak sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini, terapi adalah upaya
menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bagian-bagian
yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
Berdasarkan dari teori yang
dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia
didasarkan pada asumsi-asumsi :
a. Pengalaman
masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.
Proses mental yang tidak disadari
mengintegrasi perilaku-perilaku
c.
Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya
sejak lahir
d.
Secara umum perilaku manusia
bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.
Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan
seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.
Pembentukan simptom merupakan bentuk
defensif
g.
Apa yang terjadi pada seseorang saat
ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
h. Latihan
pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa
dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.
3. Hakekat Konseling
Secara umum hakikat konseling adalah
mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling adalah agar
individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada
tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi
mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah
sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.
1. Id
Id merupakan dorongan biologis yang
berada dalam ketidaksadaran (dorongan nafsu) yang beroperasi menurut prinsip
kenikmatan (pleasure principle) struktur mental ini sudah ada sejak lahir
(bawah sadar). Manusia lahir membawa id, contohnya jika lapar kita menangis,
mau mandi kita menangis. Jadi id merupakan bagian yang paling primitif yang
tediri dari kebutuhan biologis dasar.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey
(1994:64), Id merupakan system kepribadian yang asli, id juga merupakan rahim
tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara
psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk instink-instink.
Freud menyebut id sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya”.
Id tidak bisa menanggulangi
peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak
menyenangkan. Karena itu, apabila tingkat tegangan organism meningkat, maka id akan
bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan
organisme pada tingkat enegi rendah dan konstan serta menyenangkan.
Sumadi Suryabrata (2005:125), yang
menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindari diri dari ketidakenakan
dan mengejar keenakan, pedoman ini disebut Freud sebagai “prinsip kenikmatan”
atau “prinsip keenakan”. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai
keenakan itu id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
a.
Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya.
b. Proses
primer (primair vorgang), seperti orang lapar maka akan membayangkan makanan.
Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia
beruasaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tenteng objek yang
dapat menghilangkan tegangan tersebut.
Proses primer tidak akan mampu
mereduksi atau mengurangi tegangan. Orang yang lapar tidak akan dapat memakan
khayalan tentang makanan. Karena itu, suatu proses psikologis baru atau
sekunder berkembang, dan apabila hal ini terjadi maka struktur system kedua
kepribadian, yaitu ego mulai
terbentuk.
2. Ego
Ego adalah struktur fikiran yang
beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle), yang mengutamakan
pemikiran logika dan rasional (tahap sadar). Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan
organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan
objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai
tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey
(1994:65), perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal
kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego mebedakan antara hal-hal yang terdapat
dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego bekerja berdasarkan
prinsip kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan
prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu
objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Gerald Corey (2009:15) hubungan
antara id dan ego adalah ego tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas
yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.
Proses sekunder merupakan adalah
berfikir realistic. Dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk
memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, yang biasanya melalui
suatu tindakan, untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Hal ini
disebut pengujian terhadap kenyataan (reality testing).
Ego disebut eksekutif kepribadian,
karena ego mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan
kemana ia akan memberi respon, dan memutuskan instink manakah yang akan
dipuaskan dan bagaimana caranya.
3. Super ego
Super Ego itu Merupakan struktur
yang terbentuk dari komponen sosial dan moral, struktur ini bertanggung jawab
menentukan tingkah laku baik dan buruk,beroperasi menurut prinsip moral. Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:67), superego adalah perwujudan internal dari
nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang
tua kepada anaknya, dan dilaksanakan dengan cara memberi hadiah-hadiah atau
hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, dia
mencerminkan yang ideal bukan yang real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan
bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu
benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma
moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:67), fungsi-fungsi pokok superego adalah:
a.
Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena
inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
b.
Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan moralitas.
c.
Mengajar kesempurnaan.
o
Mekanisme
pertahanan
Ø Denial /
Penyangkalan
Penyangkalan
adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap kenyataan yang
mengancam. Individu mempunyai kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek
kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterima
Ø Proyeksi
Proyeksi
adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego
kepada orang lain. Dengan proyeksi, individu akan menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang dibuatnya sendiri, dan menyangkal bahwa dia memiliki dorongan
negatif
Ø Fiksasi
Fiksasi
yaitu terpaku/tetap pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena
individu memiliki kecemasan untuk mengambil langkah ke tahap berikutnya. Anak
yang memakai mekanisme pertahanan fiksasi biasanya mempunyai hambatan dalam
perkembangan dan menjadi tidak mandiri
Ø Regresi
Regresi
yaitu melangkah mundur ke tahap perkembangan sebelumnya dimana tuntutan-tuntutannya
tidak terlalu besar
Ø Rasionalisasi
Rasionalisasi
adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghindarkan ego dari
cedera, memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak
begitu menyakitkan
Ø Sublimasi
Sublimasi
yaitu menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau lebih dapat diterima
secara sosial, mekanisme pertahanan sublimasi ini lebih bersifat positif karena
individu mencari jalan lain bagi pengungkapan perasaan agresinya dengan cara
yang lebih bermanfaat
Ø Displacement
Displacement adalah
mengarahkan energi kepada obyek atau orang lain ketika obyek asal tidak
terjangkau
Ø Represi
Represi
adalah melupakan peristiwa traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan, dengan
menekannya ke alam bawah sadar sehingga tidak lagi menjadi hal-hal yang
menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting,
karena merupakan dasar bagi sebagian besar pertahanan ego yang digunakan
individu
Ø Formasi
Reaksi
Formasi
reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak
sadar. Ketika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka
individu berusaha menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal
perasaan-perasaan negatifnya.
Ø Dinamika Kepribadian
Tingkat
kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Sehingga Freud
mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Motivasi ini diperoleh dari
energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
4. Tujuan Konseling
Menurut
Corey (2005), tujuan terapi Psikoanalisis klasik adalah untuk membentuk kembali
struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa,
dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa
kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya
dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli. Secara
spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan
kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual, menghidupkan kembali masa lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan kesempatan kepada konseli untuk
menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
5. Peran Konselor pada Psikoanalisis klasik
a. Peran utama konselor dalam konseling ini
adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan
hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui
cara-cara yang realistis.
b. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan
klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien
d. Fungsinya adalah mempercepat proses
penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
Konselor juga memberikan perhatian kepada
resistensi konseli untuk mempercepat
proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara
konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dan kemudian memberikan
tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, konselor juga harus peka terhadap
isyarat-isyarat non verbal dari konseli. Salah satu fungsi utama konselor
adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman
terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara
berubah, sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas
hidupnya sendiri.
6. Hubungan Konselor Dengan Klient
Dalam
konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu
aliansi, transferensi, dan kontratransferensi :
a.
Aliansi yaitu sikap
klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis
(merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
b.
Transferensi
1.pengalihan
segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang
menguasainya, yang ditujukan kepada konselor
2. merupakan
bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis
3. membantu
klien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah
dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat
ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
c. Kontratransferensi
Yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan
pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik-konfliknya
sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru
keterikatan atau keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat
menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih terfokus pada
masalahnya sendiri. Konselor harus menyadari perasaaannya terhadap klien dan
mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan untuk bersikap
relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan
emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.
7. Teknik Konseling
1.
Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapai Psikoanalisis klasik adalah asosiasi bebas.
Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran
sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam
kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui
perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini
adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
Asosiasi bebas adalah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan
penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic di masa lalu.
Hal ini dikenal sebagai kataris. Kataris secara sementara dapat mengurangi
pengalaman klient yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama
dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klient memperoleh
pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang
menjadi kunci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor untuk
mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketidaksadaran.
Urutan asosiasi membimbing konselor dalam pemahaman kaitan klient membuat peristiwa-peristiwa.
Konselor menafsirkan materi kepada klient, membimbing kearah peningkatan
tilikan kedalam dinamika dirinya yang tidak disadari.
2.
Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi
mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas
penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari
klient.
Hal yang penting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu
yang tepat karena kalau tidak klient dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi. Pertama, interpretasi
hendaknya disajika pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat
dengan hal-hal yang disadari klient. Kedua, interpretasi hendaknya selalu
dimulai dari permulaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami
oleh situasi emosional klient. Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan
sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.
3.
Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Selama tidur pertahanan menjadi lebih lemah dan perasaan-perasaan
yang tertekan muncul kepermukaan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal road
to the uncouncious” dimana didalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan
ketakutan yang tidak disadari diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak
diterima oleh orang lain, dinyatakan dalam simbolik daripada secara terbuka dan
langsung.
4.
Resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang
mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi
konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari
alasan timbulnya resistensi.
5.
Transferensi
Transferensi (pemindahan).transferensi muncul dengan sendirinya dalam
proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak
terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan
mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya
ataupun siapapun.
8. Kelebihan Dan Keterbatasan Konseling
Kelebihan
dari pendekatan ini adalah:
Ø Penggunaan
terapi wicara
Ø Kehidupan mental
individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk
meredakan penderitaan manusia.
Ø Pendekatan
ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi,
resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
Ø Pendekatan
ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah
laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
Kelemahan dari pendekatan ini
adalah:
Ø Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
Ø Terlalu
banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah
ditentukan oleh masa lalu. Hal ini
memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
Ø Cenderung meminimalkan rasionalitas.
9. Aplikasi
Konseling Psikoanalisis
klasik diakui oleh freud sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk
kelompok individu tertentu. Seiring perkembangan teori Psikoanalisis klasik
tersebut, gangguan mental (gangguan kepribadian) dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu: psikosis dan neurosis.
Psikosis
merupakan bentuk gangguan mental yang di tandai oleh hilangnya kontak dengan
realitas karena hilangnya kemampuan individu untuk mempersepsi dan
menginterpretasikan pengalaman internal dan eksternalnya. Konseling Psikoanalisis
klasik tidak bisa di gunakan untuk menangani penderita psikosis.
Neurosis
ditandai dengan adanya gangguan emosi, kognisi, dan perilaku yang menghambat
kemampuan individu untuk berperilaku secara sehat atau berfungsi normal.
Meskipun mereka mengalami kesulitan untuk memahami makna pengalamannya, tapi
mereka masih memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bisa
membentuk perilaku produktif, dapat memisahkan antara impian, fantasi, dan
realitas. Freud membagi neorosis menjadi 2 kategori, yaitu: neurosis
transferen dan neurosis narsistik. Neurosis transferen melibatkan
konflik antara id dan ego. Sedangkan neurosis narsitik melibatkan konflik
antara ego dan superego. Freud memiliki keyakinan bahwa hanya tipe neurosis
transferen yang hanya dapat di tangani melalui Psikoanalisis klasik. Namun,
pada saat ini banyak konselor Psikoanalisis klasik yang mengembangkan keyakinan
bahwa Psikoanalisis klasik bisa digunakan secara efektif untuk menangani semua
gangguan nonpsikotik.
Referensi:
Gantina komalasari, dkk. 2011. Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT Indeks.
http://vievie28.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=87:pendekatan-konseling-psikoanalisis&catid=1:latest-news (di unduh pada tanggal 9 februari 2014)
(di unduh pada tanggal 9 februari 2014)
http://080222.blogspot.com/pendekatan_Psikoanalisis
klasik.html (di unduh pada tanggal 9 februari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar