Jumadi Tuasikal
Teori
belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektif, teori yang bersifat seperti
ini bisa dipastikan tidak memiliki sifat ekstrim atau yang secara khusus
menekankan pada aspek guru, siswa atau kurikulumnya saja. Penggolongan
tentang teori-teori belajar sangat bervariasi antara penulis yang satu dengan
penulis yang lain. Ada yang mengelompokkan teori belajar menurut berbagai
aliran psikologis yang mempengaruhinya. Ada pula yang mengelompokkkan
berdasrakan titik fokus dari teori- teori tersebut, sebenarnya berdasarkan
apapun penggolongan tersebut tidak lah penting, tapi bagaimana pun juga
penggolongan merupakan usaha untuk menyederhanakan permasalahan dan mempermudah
pembahasannya. Beberapa aliran atau golongan dari teori belajar:
A. BEHAVIORISTIK
Mereka
berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau
penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Pelopor teori ini adalah Thorndike,
Ivan Pavlov, Watson dan Guthrie. Jadi belajar menurut teori ini adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi stimulus dan respon,
atau lebih tepat perubahan yang dialami oleh siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon.
1.
Thorndike
Belajar
adalah proses interaksi antar stimulus dan respon. Jelasnya menurut Thorndike
perubahan tingkah laku itu berwujud konkrit dan non konkrit.
2.
Watson
Menurut
Watson stimulus dan respon haruslah berbentuk tingkah laku yang bisa di amati.
Dengan kata lain Watson mengabaikan perubahan mental yang terjadi dalam
belajar.
3.
Clark hull
Menurut
Hull kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis menempati posisi
sentral stimulus meskipun responnya dalam bentuk berbeda-beda.
4.
Edwin Guthrie
Yang
terpenting dalam teori Guthrie ini adalah stimulus dan respon cendrung bersifat
sementara. Karena itulah stimulus hendaklah diberikan sesering mungkin agar
hubungannya dengan respon langsung.
5.
B.f. Skinner
Menurut
Skinner untuk memahami tingkah laku siswa secara lengkap kita harus memahami
hubungan antar stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya, memahami respon
itu sendiri dan berbagai konsekwensi yang diakibatkan oleh respon tersebut.
Aplikasi teori
belajar behavioristik
i.
Membentuk tujuan instruksional
ii.
Menganalisis lingkungan kelas
iii.
Menentukan materi pelajaran
iv.
Memecah materi pelajaran jadi bagian-bagian yang kecil
v.
Menyajikan materi pelajaran
B. KOGNITIF
Teori
ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasilnya. Bagi penganut teori
ini belajar tidak hanya proses, interaksi antar stimulus dan respon tapi lebih
dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut
teori ini ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkunganya.
Jadi
menurut aliran kognitif ini tingkah laku individu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
itu terjadi, dalam situasi belajar individu harus terlibat langsung yang pada
akhirnya ia akan memperoleh insight untuk memecahkan masalah. Penganut aliran
kognitif
1.
Jean piaget
Tiga
tahap proses belajar yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi
adalah penyatuan informasi baru ke struktrur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa. Akomodasi adalah
penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada ke dalam benak siswa. Sedangkan
equilibrasi adalah penyesuaian yang berkesinambungan antara akomodasi dan
asimilasi.
2.
Ausubel
Siswa
akan belajar dengan baik jika pengatur kemajuan belajar (Advance Organizer)
didefenisikan dan di presentasikan dengan baik kepada siswa. Advance organizer
ini adalah konsep yang mewadahi isi pelajaran. Tiga manfaat Advance Organizer
1.
Menyediakan kerangka konseptual dalam materi pelajaran
2.
Dapat menjadi jembatan penghubung antara yang
dipelajari siswa saat itu dan yang akan dipelajarinya
3.
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
b.Bruner
Teori
ini disebut juga Free Discovery
learning. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu aturan
melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.
Aplikasi teori
belajar kognitif
i.
Piaget
1.
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.
Memilih materi pelajaran
3.
Menentukan topic yang bisa dipelajari siswa secara
aktif
4.
Menyiapkan pertanyaan yang bisa memancing kreatifitas
siswa
ii.
Bruner
1.
Menentukan tujuan instruksional
2.
Memilih materi pelajaran
3.
Menentukan topic yag bisa dipelajari kelompok atau
individu
4.
Mencari ilustrasi yang digunakan
iii.
Ausubel
1.
Menentukan tujuan instruksional
2.
Mengukur kesiapan baik melalui tes awal atau interview
3.
Memilih materi pelajaran dalam bentuk konsep-konsep
kunci
4.
Mengidentifikasi prinsip yang dikuasai siswa
5.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
C. GESTALT
Menurut
Slameto (2010: 9) teori ini dikemukakan oleh Kofka dan Kohler dari Jerman, yang
sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Jadi dalam belajar yang penting adalah
adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk
memecahkan prolem yang dihadapi. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah:
1.
Insight tergantung dari kemampuan dasar
2.
Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang
relevan
3.
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur
sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
4.
Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh
dari langit.
5.
Belajar dengan insight dapat diulangi
6.
Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.
Prinsip belajar menurut teori Gestalt
a)
Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu
pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang
bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b)
Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan
merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia
sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak
hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena
lingkungan dan pengalaman.
c)
Siswa sebagai organism keseluruhan
Siswa belajar tak hanya inteleknya
saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d)
Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting
pada penyesuian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
e)
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api- kejadian ini menjadi
pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui situasi/
soal baru.
f)
Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam
proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan
hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g)
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,
keinginan dan tujuan siswa
Hal itu terjadi bila banyak
berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
h)
Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tak
hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam perjuangan; memperoleh
pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang
tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa
secara harmonis.
Menurut
gestalt semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap
hubungan-hubungannya, antara bagian atau keseluruhan.
D. HUMANISTIK
Penganut
aliran ini menjelaskan bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Teori ini mementingkan isi dari proses belajar. Teori ini
terwujud dalam teori para ahli sebagai berikut
1. Bloom dan Krathwohl
Tiga kawasan
yang mungkin di pelajari oleh siswa:
1)
Kawasan kognitif yang mencakup 6 tingkatan
a)
Pengetahuan (mengingat, mengahafal)
b)
Pemahaman (menginterpretasikan)
c)
Aplikasi (penggunaan konsep dalam memecahkan masalah)
d)
Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e)
Sintesis (mengabungkan bagian konsep jadi suatu konsep
yang utuh)
f)
Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide dan metode)
2)
Kawasan afektif yang terdiri dari 5 tingkatan
g)
Pengenalan (sadar akan adanya sesuatu)
h)
Merespon (aktif berpartisipasi )
i)
Penghargaan (setia pada nilai-nilai tertentu )
j)
Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang di
percayai)
k)
Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari
pola hidup
3) Kawasan
Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan
a)
Peniruan (menirukan gerak)
b)
Penggunaan (menggunakan konsep untuk bergerak)
c)
Ketetapan (melakukan gerak dengan benar)
d)
Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus)
e)
Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
2. Kolb
Empat tahapan
belajar menurt Kolb
ii.
Pengalaman konkrit (siswa hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian )
iii.
Pengamatan afektif dan reflektif (siswa mampu
mengadakan observasi aktif terhadap suatu kejadian )
iv.
Konseptualisasi (siswa mampu membuat abstrak atau teori
tentang hal yang pernah diamatinya)
v.
Eksperimentasi aktif (siswa sudah mampu mengaplikasikan
suatu akurat umum ke situasi yang baru)
3. Honey dan Mumford
Empat macam atau
tipe siswa
i.
Aktivis (melibatkan diri pada pengalaman baru )
ii.
Reflector (hati-hati sebelum bertindak)
iii.
Teoris (cendrung berfikir rasional )
iv.
Pragmatis (menaruh perhatian pada aspek praktis )
4.
Habermas
Habermas mengemukakan
tiga macam tipe belajar
i.
Belajar teknis (menekankan interaksi manusia dengan
lingkungan )
ii.
Belajar praktis
iii.
Belajar emansipatoris (menekankan ada transformasi dan
perubahan)
Aplikasi teori
humanistik :
o
Menetukan tujuan instruksional
o
Menentukan materi pelajaran
o
Membimbing siswa belajar aktif
o
Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman
tersebut
Kepustakaan
Herman Nirwana,
dkk. 2005. Bahan Ajar Belajar dan
Pembelajaran. Padang: FIP UN
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar