Oleh: Jumadi Tuasikal
Ada anak yang cepat menghafal angka-angka, namun ada juga
anak yang sulit menghafal angka-angka. Perbedaan-perbedaan itu hendaknya
dicermati dan disikapi dengan bijak oleh Pendidik. Tindakan menyama-nyamakan
seseorang dengan orang lain, tindakan memaksa pembelajar untuk mengikuti
kehendak pendidik pada akhirnya akan memperburuk suasana. Pendidik setidaknya
harus memahami perbedaan itu, sehingga sentuhan yang diberikan kepada siswa
dapat disesuaikan dengan keadaan siswa. Contohnya saja, tentunya berbeda
strategi pembelajaran bagi anak yang normal membaca dengan disleksia.
1.
Hakikat Perbedaan
Individu
Pada umumnya
manusia mempunyai perbedaan dalam hal bagaimana cara belajar. Sistem atau
konsep yang paling baik digunakan untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut
yaitu:
1) Dengan mengelompokkan
orang berdasarkan tipenya. Cara ini banyak dikenal dalam sejarah perkembangan
psikologi, meskipun sebenarnya tidak berdasarkan metode ilmiah, namun metode.
2) Dengan cara mengembangkan
sebuah skala pengukuran ciri (trait). Individu tidak dikelompokkan
kedalam beberapa kelas atas ciri tersebut. Fokus dari trait itu adalah ciri
manusia yang konsisten dari satu situasi ke situasi berikutnya, dan bukan ciri
yang bersifat sementara dari individu tersebut.
2.
Sejarah Pendahulunya
Dalam beberapa tahun
terakhir banyak perhatian telah difokuskan pada perbedaan dalam cara-cara
individu belajar dan mengingat. Meskipun daerah ini sebagian besar diabaikan
sampai saat ini oleh para teoritisi belajar, sejarah adalah sebagai tua sebagai
yang dari topik lain yang dibahas dalam teks ini. Pada awal 1000 SM bangsa
China menggunakan tes bakat di berbagai bidang seperti memanah dan aritmatika
untuk menyaring calon-calon untuk posisi di pemerintah mereka.
Meskipun budaya Eropa
awal tidak menekankan pentingnya individu, penilaian perbedaan individu
diberikan dorongan besar sekitar tahun 1700 oleh pertumbuhan Protestanisme
dengan penekanan pada individu dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dengan
penekanan pada pengukuran. Mungkin
faktor yang paling penting yang mengarah pada kepentingan ilmiah luas dalam
perbedaan individual adalah pengembangan dari teori evolusi dan penekanan
terkait pada prinsip variasi. Bahkan, pengukuran perbedaan antara individu
dalam karakteristik psikologis biasanya dihubungkan dengan Sir Francis Galton
sepupu Darwin. Tapi pekerjaan perintis Galton jauh berbeda dari upaya saat ini
untuk mempelajari perbedaan dalam kemampuan kognitif. Pada Laboratorium antropometrik di London, seseorang "kemampuan
intelektual" dievaluasi oleh ukuran kekuatan pegangan, tes keterampilan
motorik, dan ukuran ketajaman visual dan pendengaran.
Sebuah kesimpulan penting yang dapat
ditarik dari studi sejarah ini adalah bahwa ilmu perbedaan individu telah lama
terkait erat dengan teknologi pengujian mental. Sebagai contoh, tes kecerdasan
modern pertama dikembangkan oleh Alfred Binet pada tahun 1904 atas permintaan
pejabat sekolah Prancis. Binet ditugaskan untuk memproduksi sebuah alat yang
akan memungkinkan pemisahan mereka yang akan menjadi pelajar paling lambat di
sekolah-sekolah di Paris. Secara umum, tes Binet lebih kompleks daripada Galton
dan keterampilan motorik. Fitur lain yang patut dicatat dari tes Binet adalah
bahwa dalam menanggapi tuntutan pratical ia terstruktur tes untuk yicld satu
skor kecerdasan umum yang mewakili individu. Tidak sampai kemudian bahwa para
pekerja berkonsentrasi pada kemampuan khusus seperti yang relevan dengan
kisaran yang lebih kecil dari tugas, seperti keterampilan administrasi dan mekanik.
3.
Kajian
Tentang Perbedaan Individu
Untuk mengetahhui bagaimana
perbedaan individu para ahli telah melakukan penelaahan atas hal tersebut. Ada
tiga pendekatan yang digunakan, antara lain: Pertama, psikolog tertarik
melakukan diskusi tentang perbedaan individual pada beberapa karakteristik
harus dimulai dari beberapa tipe pengukuran atau tes mental. Tes tersebut harus
reliabel, dalam artian konsisten mengukur objek dalam waktu yang berbeda.
Kedua, melihat perbedaan dengan data yang panjang dan sedikit pada teori. Para
peneliti tentang perbedaan individu sering terbawa pada masalah-masalah praktis
dari pada teori-teori dalam penelitian. Hasilnya dapat dilihat dari beberapa
kasus, yaitu maraknya tes-tes mental yang tidak jelas hubungannya dengan ide-ide
teoritis. Ketiga, memberikan penekanan pada aspek kuantitatif. Fokus
kuantitatif merupakan hasil dari teknologi tes mental.
4. Beberapa Perbedaan Individu yang Penting dalam Belajar dan Memori
Dari jumlah
yang sangat besar fitur yang membedakan dari peserta didik individu, kita akan
membahas hanya empat dari sifat-sifat kognitif yang paling penting yang
mempengaruhi pembelajaran dan memori. Pertama, karena ide-ide populer mengenai
hubungan IQ dan kemampuan belajar, kita harus mempertimbangkan gagasan
kecerdasan. Juga akan dibahas adalah gaya kognitif, strategi pembelajaran, dan
kemampuan memori.
Ø Inteligensi
Tentunya
inteligensi berbeda. Baik itu konsep inteligensi menurut weschler ataupun Binet
yang mengatakan bahwa inteligensi merupakan potential capacity maupun konsep
inteligensi menurut Gardner yang mengatakan bahwa Inteligensi merupakan result
of study. Perbedaan inteligensi hendaknya diperhatikan oleh pendidik sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan keadaan peserta didik.
Ø Gaya
Kognitif
Gaya
kognitif sangat erat hubungannya dengan kecerdasan dalam belajar. Kecerdasan
seseorang dapat dilihat sebagai penentu tingkatan intelektual seseorang dan
cognitive style merupkan cara yang dilakukan seseorang untuk menghadapi
tugas-tugas intelektual (tugas belajar).
Ø Strategi
Pembelajaran
Dalam
penggunaan strategi pembelajaran juga setiap manusia berbeda. Contohnya saja
saya dalam belajar banyak materi cenderung say abaca terlebih dahulu kemudian
saya tuangkan kembali apa yang telah saya pelajari dalam bentuk tulisan,
sedangkan teman saya memiliki cara yang berbeda. Ia menghafal dengan suara yang
keras berkali-kali.
Ø Kemampuan
Memori
Ternyata
memori setiap manusia memiliki perbedaa. Orang berbeda dalam mengingat. Mungkin
ada yang mudah mengingat, ada juga yang mudah melupakan. Hal ini harus
disiasati dengan penerapan strategi pembelajaran yang sesuai. Misalnya dengan
menemonic atau dengan stratagi repeated again. Pada kemampuan mungkin pernah
kita temui orang-orang yang memiliki kemampuan ingatan yang tidak biasa.
5.
Interaksi
Atribut dengan Perlakuan (ATI)
Interaksi Atribut dengan Perlakuan (ATI) dideskripsikan sebagai
segala situasi di mana perbedaan individu dalam pembelajaran menjadi lebih
efisien di bawah kondisi yang berbeda. Ada tiga
atribut ATI: Pertama, Attribute adalah semua perbedaan individu, seperti
cognitive style dan preferred sensory modality. Kedua, Treatment pada ATI
adalah metode pengajaran tertentu seperti pengajaran program atau pengajaran
klasikal biasa. Ketiga, interaksi yang memiliki arti secara statistic/ melihat
makna. Interkasi juga dapat diartikan sebagai dampak dari treatment/ perlakuan
khusus itu berbeda pada tipe-tipe pelajar yang berbeda dan memiliki sifat-sifat
yang berbeda.
Reference:
Ellis, Henry C. 1978. Foundamentals Of Human
Learning, Memory and Cognition (second Edition). Iowa: Wm. C. Brown
Company Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar