Oleh: Jumadi Tuasikal
A. Pendahuluan
Manusia tidak terlepas dari berbicara. Ketika lahirpun
manusia telah menggunakan bahasa verbal yaitu berupa tangisan. Dalam belajarpun
manusia berinteraksi dengan bahasa verbal. Pembelajaran verbal digunakan untuk
memahami arti dari dokumen abstrak seperti undang-undang hak dan juga untuk
memahami sebuah kata asing, ini melibatkan pembelajaran verbal.
Pembelajaran yang efektif semestinya memperhatikan bahasa
verbal. Hal ini didasari bahwa untuk menyajikan materi kepada peserta didik
semestinya memerlukan bahasa yang jelas, padat dan singkat. Mimik wajah,
intonasi, senyum ataupun tertawa merupakan bagian dari bahasa verbl. Bagaimana
jadinya pembelajaran jika bahasa verbal tidak dipahami oleh guru dan siswa.
interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan komunikasi yang
baik. Adapun komunikasinya seperti lisan dan bahasa tubuh.
Pesan yang diinginkan akan sampai, jika dikemas dengan baik.
Di sinilah peran pendidik (guru) memaksimalkan kemampuan verbalnya dalam
pembelajaran. Segala sesuatunya bermula dari bahasa. Oleh karenanya pemilihan
bahasa dalam pembelajaran adalah kunci berhasilnya pembelajaran tersebut.
Cerminan jiwa seseorang akan terlihat dari sejauhnya mana
bagusnya bahasa seseorang. Sebab kejernihan pikiran seseorang bisa terlihat
dari tindakan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya. Bahasa verbal menjadi daya
tarik seseorang sehingga dia disukai. Budi pekerti seseorang dengan mudah
dipantau dengan bahasa verbal yang dilakukannya. Oleh karena bahasa verbal
mrupakan bangunan dasar seseorang berinterak dengan lingkungannya, maka alam
pembelajaran pun demikian adanya. Pada pembelajaran verbal ada dua konsep
penting yaitu persinggungan dan frekuensi. Pada persinggungan adanya peristiwa
yang saling melengkapi atau berdekatan satu sama lain pada tempat atau pada
waktu. Pada frekuensi mengacu pada konsep bagaimana dua peristiwa itu terjadi
secara berdekatan. Konsep ini sangat penting karena merupakan prinsip yang
sudah berjalan lama dalam pengembangan asosiasi. Untuk lebih jelasnya bagaimana
pembelajaran verbal tersebut, makalah ini dibahas bagaimana sesungguhnya
pembelajaran tersebut. Bagaimana dengan asas filosofinya dan manfaatnya bagi
dunia pendidikan.
B. Ruang lingkup Pembelajaran Verbal
Pembelajaran verbal merupakan beberapa situasi pembelajaran
dimana tugas-tugas yang membutuhkan orang yang belajar untuk merespon materi
bahan-bahan verbal seperti kata-kata atau menanggapi dengan respon verbal.
Pembelajaran verbal merupakan proses yang komplek yang terdiri dari pemecahan
masalah, berfikir dan rumusan konsep dan juga melibatkan aktivitas kognitif.
Pembelajaran verbal secara sistematis dimulai oleh Herman Ebbinghaus, seorang psikolog Jerman tahun 1885. Dia tertarik akan kondisi-kondisi manusia belajar untuk membentuk kelompok dan cara mempertunjukkan bagaimanapun mengukur manuia belajar.
C. Prosedur dan Bahan Pembelajaran Verbal
Pembelajaran verbal secara sistematis dimulai oleh Herman Ebbinghaus, seorang psikolog Jerman tahun 1885. Dia tertarik akan kondisi-kondisi manusia belajar untuk membentuk kelompok dan cara mempertunjukkan bagaimanapun mengukur manuia belajar.
C. Prosedur dan Bahan Pembelajaran Verbal
`Berbagai bahan yang digunakan dalam penelitian pembelajaran
verbal. Pada tingkat sederhana huruf tunggal dapat digunakan. Tiga huruf itu
disebut trigrams, yaitu berupa konsonan-vokal-konsonan (cvc) kombinasi atau
konsonan-konsonan-konsonan (CCC) kombinasi. Istilah trigram datang untuk
menggantikan istilah suku kata yang kosong karena lebih mudah untuk merujuk
pada keberatian dari trigrams. Trigrams bervariasi dalam sifat asosiatif
seperti nilai asosiasi. Dalam rangka untuk menentukan nilai asosiasi, subjek
manusia diperlihatan trigram satu persatu waktu untuk suatu periode singkat dan
bertannya apakah ereka memiliki hubungan ke trigram. Dimana subjeknya memiliki
asosiasi untuk mendefenisikan item verbal asosiasinya. Inti penelitian verbal
adalah adanya tugas pembelajaran. Ada empat proses dasar pembelajaran verbal
yaitu:
1.
Pembelajaran serial
Pembelajaran serial melibatkan
pembelajaran serangkaian item pada urutan tertentu contohnya alphabet,
nama-nama hari, nama sembilan planet dalam tata surya. Para ahli menjelaskan
item pertama merupakan stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai respon.
Respon kedua dianggap sebagai stimulus dimana item kedua dipelajari sebagai
responnya, begitu sebaliknya.
Pembelajaran serial ditandai dengan adanya suatu pola
tertentu. Orang lebih cepat dan mudah belajar berbagai item pertama dan beberapa
item terakhir dari pada item-item di tengah. Kecenderungan mempelajari
item-item pertama dengan mudah dalam kurva pembelajaran serial disebut efek
unggul. Kecendrungan untuk mempelajari item terakhir dengan mudah disebut efek
resensi.
2.
Pembelajaran gabungan berpasangan
Pembelajaran gabungan berpasangan
melibatkan pembelajaran berpasangan untuk item-itemnya, misalnya pembelajaran
kosa kata bahasa inggris dengan bahasa lainnya. Para ahli teori pembelajaran
menggambarkan gabungan berpasangan ini sebagai stimulus respon yang berbeda
yaitu item pertama adalah stimulus dan item ke dua adalah respon.
Dalam pembelajaran gabungan
berpasangan tugas pelajar adalah mengupulkan pasangan-pasanga dari soal-soal,
satu anggota pasangan menjadi stimulus dan anggota yang ke dua menjadi
responnya. Dengan langkah ini orang yang mencoba mendesain yang mana soal-soal
yang berfungsi sebagai stimulus dan mana yang respon, sedangkan pada
pembelajaran serial sebuah soal dapat berfungsi keduanya.
3.
Pembelajaran panggilan bebas
Dalam panggilan bebas mata pelajaran
diberikan seperangkat soal-soal verbal kepada suatu waktu membutuhkan
pemanggilan soal kembali tanpa mempertimbangkan untuk memerintahkan pesanan
prestasi dari unsur-unsur tentang masing-masing percobaan bervariasikan dan si
pelajar bebas untuk memanggil kembali pada pesanan yang dipilih, ini di
istilahkan dengan “free recal”atau pelajaran itu kadang-kadang dipanggil.
Prosedur
panggilan bebas ini penting karena dapat diteliti , sebabnya:
1.
bagaimana pelajar mengatur materi
2.
isyarat, contoh, kategori, konseptual yang dideteksi pelajar selama
pembelajaran dan digunakan selama panggilan kembali.
3.
strategi digunakan dalam mendapatkan kembali memori.
Dalam panggilan bebas ini, subyek dihadirkan sebagai sebuah seni
dari hal verbal sekali waktu dan diisyaratkan memanggil kembali.
Contoh:
Apel Teh Gajah Soda
Apel Teh Gajah Soda
Singa
Kentang Bayam Pir
Kopi
Jeruk Susu Sapi
Lobak
Anjing laut Lemon Wortel
Anda mungkin memperhatikan bahwa
verbal tersebut bisa dibagai ke dalam empat kelompok, yaitu sayur-sayuran,
buah-buahan, minum-minuman dan binatang. Selanjutnya ini dapat mengelompokkan
panggilan kembali yang berurutan pada hal tersebut.
4.
Pembelajaran pengenalan
Langkah-langkah dalam pembelajaran
pengenalan dimana pelajar ditunjukkan hal-hal dalam fase studi kemudian diuji
untuk pengenalan pada waktu percobaan. Contoh: pembelajaran untuk mengenali
wajah orang-rang menjadi akrab, dengan penunjuk tertentu selama di jalan raya
atau selam sebuah rute yang sering anda lewati atau jalani, contohnya
rambu-rambu lalu lintas.
Pembelajaran pengenalan adalah proses dimana kita bisa membedakan peristiwa yaang sudah lazim dari peristiwa yang tidak lazim di lingkungan kita.
Pembelajaran pengenalan adalah proses dimana kita bisa membedakan peristiwa yaang sudah lazim dari peristiwa yang tidak lazim di lingkungan kita.
D. Assosianisme dan pembelajaran Verbal
Pendekatan secara klasikal untuk
pembelajaran verbal ini berasal dari teori asosiasi, kata-kata seperti meja,
kursi, cinta dan psikologi adalah nyata-nyata sudah lazim dan kata-kata yang
sering dipraktekkan sebagai kesatuan yang terinteragsi, sebaliknya kesatuan
lisan seperti REH, ZEZ dan GXC adalah kurang dikenal dan membutuhkan
perimbangan praktek sebelum menjadi terintegrasi sebagai unit.
1.
Kebermaknaan dan Pembelajaran Verbal.
Clyde Noble menyatakan bahwa salah
satu cara yang bisa digunakan untuk memahami tentang kebermaknaan adalah dengan
mengukur jumlah asosiasi yang diberikan terhadap sebuah kata atau terhadap unit
verbalnya. Jadi kebermaknaan bisa dikatakan sebagai asosiasi yang ditunjukan
oleh sebuah unit verbal, dengan semakin banyak item-item kebermaknaan semakin
banyak pula asosiasi.
Dalam pembelajaran asosiasi
kebermaknaan bisa dibagi terdiri dari stimlus dan respon. Semakin tinggi
stimulus dan respon maka pembelajaran berarti semakin baik. Bila tingkat
stimulus dan respon rendah maka tingkat pembelajaran juga rendah.
Bagaimana caranya kebermaknaan bisa
mempengaruhi pembelajaran asosiasi? Teori yang mendasari untuk penjelasan ini
adalah teori probalitas asosiasi. Menurut teori ini dikatakan bahwa semakin
banyak asosiasi ditampilkan oleh bagian-bagian kalimat, semakin besar pula
kecenderungan asosiasi yang berasal dari stimulus dan respon untuk saling
berhubungan.
Apabila stimulus dan reson bisa menunjukkan banyak asosiasi , upaya penghubung, akan menjadi lebih mudah, misalnya upaya menghubungkan sapi dengan anjing, karena mereka sama-sama hewan. Hubungan keduanya akan menjadi mudah apabila pelajar menganggap hewan sebagai sebuah asosiasi umum.
Apabila stimulus dan reson bisa menunjukkan banyak asosiasi , upaya penghubung, akan menjadi lebih mudah, misalnya upaya menghubungkan sapi dengan anjing, karena mereka sama-sama hewan. Hubungan keduanya akan menjadi mudah apabila pelajar menganggap hewan sebagai sebuah asosiasi umum.
Teori ini bisa mengalami kesulitan dalam
penerapannya. Pertama apabila respon yang diberikan terhadap stimulus dalam
sebuah prosedur pelatihan yang lebih baik, maka performa dalam proses
menggunakan stimuli ini akan lebih buruk. Ini disebut dengan interference
paradok. Kesulitan lainnya adalah dalam melakukan transfer temuan pelatihan.
Teori yang lebih umum diterima sekarang ini adalah teori penekanan pada penyimpulan unit-unit terpadu. Teori ini bersifat lebih kogniti karena ia menekankan kepada aktivitas-aktivitas manusia.
Teori yang lebih umum diterima sekarang ini adalah teori penekanan pada penyimpulan unit-unit terpadu. Teori ini bersifat lebih kogniti karena ia menekankan kepada aktivitas-aktivitas manusia.
Teori ini berakar dari dua prinsip,
satu yang berhubungan dengan pembelajaran atau pemahaman respon, yang lainnya
berhubungan dengan pembelajaran stimulus yang ditekankan.
Dalam hal respon, teori ini menekankan bahwa respon kebermaknaan memberikan efek dalam proses pemahaman karena lebih banyak respon kebermaknaan sebagai unit oleh pelajar. Semakin bermakna respon maka semakin terpadu formasi asosiasi. Kata-kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah kata-kata yang sudah umum dan sering di dengar atau digunakan. Di sini stimulus kebermaknaan tampak memberikan efeknya melalui stabilitas respon persepsi-rekognisi yang dibuat untuk stimuli. Stimulus berfungsi untuk memancing timbulnya respon bila ia diterima dalam bentuk yang konsisten. Teori menyatakan bahwa pembelajaran harus mengidentifikasi respon ke dalam bentuk stimulus respon yang bersifat implisit dan bisa menjadi representasi bentuk stimulus yang aktual.
Dalam hal respon, teori ini menekankan bahwa respon kebermaknaan memberikan efek dalam proses pemahaman karena lebih banyak respon kebermaknaan sebagai unit oleh pelajar. Semakin bermakna respon maka semakin terpadu formasi asosiasi. Kata-kata seperti meja, kursi, cinta dan psikologi adalah kata-kata yang sudah umum dan sering di dengar atau digunakan. Di sini stimulus kebermaknaan tampak memberikan efeknya melalui stabilitas respon persepsi-rekognisi yang dibuat untuk stimuli. Stimulus berfungsi untuk memancing timbulnya respon bila ia diterima dalam bentuk yang konsisten. Teori menyatakan bahwa pembelajaran harus mengidentifikasi respon ke dalam bentuk stimulus respon yang bersifat implisit dan bisa menjadi representasi bentuk stimulus yang aktual.
2.
Kesamaan dan pembelajaran Verbal
Kesamaan adalah faktor lain yang
berpengaruh terhadap upaya pemahaman verbal. Efeknya tergantung pada jenis
upaya pemahaman verbal yang dilakukan, kada juga pada upaya pemahaman terhadap
alat bantu kesamaan.
Kesamaan formal dan bahan –bahan
verbal ditentukan oleh jumlah huruf yang digunakan dalam membentuk sebuah
kelompok item. Semakin banyak elemen yang ada maka semakin besar tingkat
kesamaan item tersebut.
Kata juga bervariasi dalam kesamaan
makna. Dalam hal ini sekelompok kata yang sama memiliki sinonim seperti
produktif, pekerja keras, efesien, ambisius, menyopir dan lain-lainnya.
Sedangkan tingkat kesamaan yang rendah bisa ditemukan dalam kelompok kata yang
tidak saling berhubungan satu sama lain. Kata bisa sama secara konseptual yaitu
apabila ia mengacu pada kategori yang sama atau menunjukkan contoh dari konsep
yang sama, misalnya kata-kata phoenixs Tucson, Albuqueque, Elpaso dan Las Vegas
adalah kata-kata yang menunjukkan kota-kota di Amerika Barat Daya.
E. Tahapan Analisa dari pembelajaran Verbal
1.
Respon dan pembelajaran asosiasi
Langkah-langkah
untuk memahami hubungan asosiasi ini ada dua macam. Pertama kita harus mengenal
respon terhadap yang ingin kita pahami, kemudian kita harus mengaitkan respon
tersebut dengan stimulus. Pada tahap pertama ini dimana respon menjadi terpadu
sehingga ia dikenali, ini disebut dengan tahap pembelajaran respon. Pada tahap
kedua adanya pengaitan respon tertentu terhadap stimulus tertentu, ini disebut
dengan tahap asosiatif. Bila respon rendah dalam hal makna atau sulit untuk
disebutkan maka yang dilakukan adalah pembelajaran respon dengan
mengintegrasikan respon-respon tersebut dalam unit-unit yang tersedia.
2.
Diskriminasi stimulus
Diskriminasi stimulus adalah sebuah
proses dasar dalam upaya pemahaman aosiasi. Pelajar harus membedakan
bentuk-bentuk stimulusb apabila ingin menghubungkan stimulus tertentu dengan
respon tertentu. Semakin tinggi tinggi tingkat stimulus semakin penting proses
yang akan dilakukan.
3.
Seleksi stimulus
Pada seleksi stimulus hannya
digunakan satu bagian stimulus eksperimenter yang diambil sebagai perwakilan
dari stimulus secara keseluruhan. Stimulus eksperimenter adalah stimulus
nominal sedangkan yang digunkan subjek untuk menilai respon adalah stimulus
fungsional.
Sebagai perumpamaan anda bisa mengenal teman dekat anda hanya dengan melalui satu bagian wajah mereka, tidak harus keseluruhan tubuh mereka. Signifikansi proses seleksi stimulus yang lebih umum diketahui adalah bahwa ia menekan pada si pembelajar untuk menjadi sebuah prosedur informative yang aktif bukan organisasi yang cenderung pasif.
Sebagai perumpamaan anda bisa mengenal teman dekat anda hanya dengan melalui satu bagian wajah mereka, tidak harus keseluruhan tubuh mereka. Signifikansi proses seleksi stimulus yang lebih umum diketahui adalah bahwa ia menekan pada si pembelajar untuk menjadi sebuah prosedur informative yang aktif bukan organisasi yang cenderung pasif.
4.
Pengkodean Stimulus
Pengkodean stimulus adalah proses
pengubahan atau pentransformasian stimulus nominal ke dalam bentuk baru atau
representasi baru. Pengkodean terbagi atas pengkodean substitusi dan pengkodean
elaborasi. Pengkodean substitusi adalah penggantian input stimulus dengan
representasi baru sedangkan pengkodean elaborasi adalah pengkodean yang
membutuhkan informasi tambahan yang berasal dari memori.
Kita sering megkodean
kejadian-kejadian stimulus dengan memberi singkatan atau label verbal seperti
internasional Business Machines di labelkn dengan IBM, Student Union Building
menjadi SUB, the University of Southern California menjadi USC. Kita juga
mengkodean pola-pola yang tidak familir dengan memberi label verbal.
5.
Bagaimana asosiasi dibentuk
Asosiasi dibentuk secara bertahap.
Presentasi berulang penting keberadaannya untuk menciptakan formasi asosiasi.
Dengan pola ini formasi asosiasi merupakan proses berharap dan kontiniu yang
memerlukan perulangan dan ada juga penilaian yang mengatakan bahwa asosiasi
terbentuk berdasarkan basis all-or-none ( semua atau tidak sama sekali, tidak
bisa satu-satu). Dalam pandangan ini ditekankan ketika asosiasi dibentuk ia
akan mengembangkan kekuatan maksimumnya atau tidak sama sekali. Kebanyakan yang
terjadi adalah adanya pandangan pertama yang terjadi secara bertahap. Bila
arahnya berasal dari stimulus kepada respon ia disebut forward asosiasi dan
bila kondisinya berupa dikenalinya stimulus ketika ada dalam respon sebagai
isyarat maka ia disebut backward asosiasi.
F. Pendekatan kognitif dalam belajar verbal
Teori psikologi kognitif adalah
bagian terpenting dari pengetahuan kognitif yang telah memberikan sumbangan
yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Pengetahuan kognitif
adalah himpunan disiplin yang terdiri dari psikologi kognitif, ilmu komputer,
lingustik, intelegensi buatan dan epistimologi.
Pendekatan psikologi kognitif lebih
menekankan arti penting proses internal manusia. Dalam pandangan para ahli
kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan
tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan
sebagainya.
Dalam perspektik psikologi kognitif belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa tingkah laku. Meskipun hal-hal yang bersifat tingkah laku tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahir seorang anak yang belajar membaca dan menulis akan menggunakan perangkat jasmani untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata dan menggoreskan pena bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak
Kecakapan kognitif siswa sangat penting dikembangkan diantaranya adalah:
1. strategi belajar memahami isi materi pelajaran
Dalam perspektik psikologi kognitif belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa tingkah laku. Meskipun hal-hal yang bersifat tingkah laku tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahir seorang anak yang belajar membaca dan menulis akan menggunakan perangkat jasmani untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata dan menggoreskan pena bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak
Kecakapan kognitif siswa sangat penting dikembangkan diantaranya adalah:
1. strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2.
strategi meyakini materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan
moral yang terkandung dalam materi pelajaran.
Untuk lebih terbantunya seseorang
belajar dalam ranah kognitif, maka berikut ini perlu diperhatikan bagaimana
sebuah penyajian materi diberikan:
1.
Pengelompokkan serta pemanggilan kembali
Kita telah mencatat bahwa
pemanggilan kembali manusia diatur kembali menurut bentuk asalnya. Ketika
diatur dengan rangkian kata dan membutuhkan untuk memanggil mereka kembali.
Kita memanggil pesanan atau hasil menggunakan kata yang berbeda dari hasil yang
kita panggil. Ini disebut pengelompokkan pada pemanggilan kembali dan ini
adalah satu jenis tanda dari proses organisasi pada pembelajaran verbal.
Pada satu waktu kita bisa
mengelompokkan atau mengorganisasian materi verbal dengan menghubungkan satu
kata dengan kata yang lain, jika materi itu saling berhubungan kemudian
cenderung memanggil kembali, proses ini disebut pengelompokan berhubungan.
Sebagai contoh kata anak laki-laki-anak perempuan, malam-siang, hijau-rumput.
Jenis pengelompokkan yang lain adalah pengelompokkan kategori, dimana memanggil
item-item dengan menghubungkan konsep-konsep kategoi pada daftar.
2.
Pengorganisasian subjektif
Pada dasarnya manusia juga
memaksakan pengorganisasian mereka sendiri pada daftar lisan ketika tidak ada
organisasi peristiwa atau struktur, proses ini disebut pengorganisasian
subjektif.
3.
Pengkodean
Proses mengubah informasi menjadi
ingatan disebut tanda. Lebih umum lagi tanda ganti dari penyusunan informasi
sebagai fasilitas ingatan. Contoh kita memberi hubungan arti silabus BYO, CIE
dan IPL dapat dikodekan sebagai BOY, ICE dan LIP. Proses pengkodean juga
meliputi perluasan informasi.
4.
Meditasi bahasa alami
Kita mengetahui salah satu tipe dari
pengkodean adalah meditasi bahasa alami. Pada situasi ini manusia menggunakan
bahasa dalam materi pembelajaran. Dalam hal ini pelajar dilihat sebagai seorang
agn aktif dalam memproses informasi. Ketika memberikan makna informasi pada
memori, manusia bisa mengumpulkan informasi dengan menggunakan kata, frase atau
kalimat yang membantu dalam bentuk materi.
5.
Perumpamaan mental
Kemampuan kita menggunakan
perumpamaan mental merupakan faktor yang sangat besar dalam pembelajaran
verbal. Dalam hal ini sepasang gabungan kata adalah sepasang belajar dengan
menggunakan perumpamaan mental atau gambar fasilitas belajar.
Perumpamaan mental dipelajari dengan
dua cara yaitu dengan mengajar manusia untuk gagasan perumpamaan mental ketika
belajar materi verbal. Prosedur yang khas adalah mengajar subjek hanya kepada
bicara untuk belajar fakta sepasang mencoba menggambarkan mental yang akan
menghubungkan dua kata maka harus digabungkan. Prosedur ke dua adalah merobah
perumpamaan kata unit verbal dalam pengalaman belajar, perumpamaan materi verbal
adalah meyakinkan merobah perhatian. Perumpamaan nilai sebagai materi verbal
mengurangi kemudahan belajar. Dalam hal ini rangsangan dan respon lahir sebagai
fasilitas belajar.
6. Teori imajinasi
6. Teori imajinasi
Penjelasan yang lebih umum tentang
efek imajinasi dalam pembelajaran verbal adalah imajinasi dapat melayani
alternatif atau bergabung dengan kode lisan sebagai sebuah cara menyajikan
informasi dalam memori. Jika menyajikan beberapa informasi dengan cara ke dua
imajinasi dan kode lisan penyajian akan lebih kuat, ini disebut teori
pengkodean rangkap yang diuraikan oleh Allan Pavlov.
Asumsi
umum teori kognitif:
1.Beberapa
proses pembelajaran dapat menjadi unik dengan manusia. (Contoh, kompleks
bahasa.)
2. Proses kognitif adalah fokus studi. Peristiwa Mental adalah pusat untuk belajar manusia dan karena itu mereka harus dimasukkan ke dalam teori belajar.
2. Proses kognitif adalah fokus studi. Peristiwa Mental adalah pusat untuk belajar manusia dan karena itu mereka harus dimasukkan ke dalam teori belajar.
3.Tujuan
pengamatan sistematis perilaku masyarakat harus menjadi fokus penyelidikan
ilmiah, namun, kesimpulan tentang proses mental yang tidak teramati sering bisa
ditarik dari studi tersebut.
4. Individu aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka bukan penerima pasif dari kondisi lingkungan, mereka adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan, mereka dapat mengendalikan pembelajaran mereka sendiri.
4. Individu aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka bukan penerima pasif dari kondisi lingkungan, mereka adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan, mereka dapat mengendalikan pembelajaran mereka sendiri.
5.
Belajar melibatkan pembentukan asosiasi mental yang belum tentu tercermin dalam
perubahan perilaku terbuka. Hal ini sangat bertentangan dengan posisi
behavioris, dimana pembelajaran tidak bisa terjadi tanpa perubahan perilaku
eksternal. Hal ini kontras dengan tujuan perilaku.
6.Pengetahuan
diatur. Sebuah pengetahuan individu adalah diri diselenggarakan melalui
asosiasi berbagai mental dan struktur.
7.
Belajar adalah suatu proses yang berkaitan informasi baru untuk mempelajari
informasi yang sebelumnya. Belajar yang paling mungkin terjadi ketika seorang
individu dapat belajar baru mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.
G. Motivasi dan pembelajaran verbal
Motivasi adalah kondisi psikologis
yang menimbulkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku tertentu
(Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996)
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan.
Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas
yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.
Jenis-jenis Motivasi
McClelland (dalam Sukadji dan
Singgih-Salim, 2001) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya dipengaruhi oleh motif. Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan
olehnya, yaitu :
Motif
untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive)
Adalah motif yang mengarahkan
tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan
adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang dengan motif afiliasi tinggi
adalah : senang berada di dalam suasana akrab, risau bila harus berpisah dengan
sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam bekerja atau belajar melihat dengan
siapa ia bekerja atau belajar.
Motif untuk berkuasa (Power Motive),
motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain
dalam berhubungan dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter.
Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik yang berasal
dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang lain.Yang
terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi tertentu.
Ciri-ciri orang dengan motif berprestasi tinggi adalah :
1.
Selalu berusaha, tidak mudah menyerah
2.
Menentukan sendiri standar prestasi
3.
Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas rutin tetapi
biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas yang memiliki arti bagi
mereka
4.
Tidak didorong oleh hadiah dalam melakukan sesuatu
5.
Cenderung mengambil resiko bertaraf sedang dan diperhitungkan
6.
Mencoba mendapat umpan balik dari tindakannya
7.
Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan
8.
Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman
9.
Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya.
10.
Cenderung mencari cara unik untuk menyelesaikan masalah
11.
Kreatif
12.
Dalam belajar seakan-akan dikejar-kejar waktu.
Tokoh lain membagi motivasi menurut sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Siswa dengan motivasi intrinsik mampu bersedia untuk belajar walaupun tidak ada insentif atau hadiah. Contoh: siswa yang menyukai mata pelajaran tertentu akan menganggap mata pelajaran itu merupakan motivasi mereka untuk belajar. Mereka hanya membutuhkan sedikit dorongan atau hadiah untuk belajar hal-hal yang penting agar memiliki pengetahuan yang banyak. Mereka juga akan bekerja keras untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan siswa dengan motivasi ekstrinsik akan membutuhkan adanya pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya (Djiwandono, 2002).
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab
seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari
luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu,
motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri
seseorang sebagai pelajar.
1.
Kecemasan
Motivasi merupakan faktor yang
mempengaruhi dalam belajar dan juga mempengaruhi kecemasan dalam pembelajaran
verbal. Motivasi merupakan bentuk untuk mengatasi kecemasan dengan perbuatan.
Masalah ini menjadi komplek dengan berkurangnya motivasi adalah perlu untuk
mengembagkan pembelajaran yang optimal.
Pengaruh kecemasan tidak hanya
ketika belajar tetapi juga terjadi di ruangan kelas. Siswa yang mempunyai
kecemasan tinggi akan memperhatikan hal-hal yang tidak berhubungan dengan
kelas, seperti retaknya dinding, sebuah coretan di meja, pakaian instruktur, wajah
atau penampilan dan yang lain yang dilakukan oleh orang lain. Akhirnya siswa
akan kurang berfikir dengan topik diskusi dan bahan pelajaran. Dengan demikian
perhatian seseorang itu akan menyimpang dari penjelasan dosen sewaktu di kelas
ketika kita sedang dalam keadaan cemas.
2. Mengontrol Kecemasan
2. Mengontrol Kecemasan
Setiap orang mempunyi rasa cemas
pada satu waktu. Lagi pula rasa cemas sedikit banyak bisa digunakan karena bisa
membentuk sebuah bentuk topik, oleh karena itu permasalahan tidak hanya pada
hal menghindari kecemasan, tetapi yang sangat penting adalah bagaimana
mengontrol dan mengatasi kecemasan tersebut. Permasalahan kecemasan ini
berpengaruh pada situasi pembelajaran.
Kecemasan itu biasanya terjadi di
ruangan kelas. Ini adalah secara umum kecemasan yang terjadi di kelas, ketika
pengajar menanyakan pertanyaan kepada siswanya. Jika cemas seseorang cendrung
tidak berfikir tentang suatu topik pelajaran, namun akan cenderung untuk
melamun tentang suatu peristiwa yang lain. Melamun sedikit banyaknya adalah
normal tetapi kita bisa melihat bahwa melamun di ruangan kelas itu tidak
produktif.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Henry.
C.Ellis, Fundamentals of Human Learning, Memory and Cognition, Universitas of
New Mexico, 1978
Shaleh,
Abdurrahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi suatu pengantar dalam perspektif
Islam, Jakarta: Kencana, 2004
Syah,
Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar