Senin, September 7

KONSEP DAN PERMASALAHAN MANEJEMEN BK

 Oleh: Jumadi Tuasikal

A.    Konsep Manajemen
            Dalam perkembangan ilmu pengetahuan konsep menejemen memiliki banyak sudut pandang tersendiri tergantung dari pemaknaan yang di temukan oleh para ahli itu sendiri, artinya bahwa pengertian manajemen dan satu pengertian tentang manajemen tidak bisa mewakili pengertian lain secara universal.

            Secara etimologi, manajemen berasal dari kata management (bahasa inggris). Kata management berasal dari kata manage atau managiare, yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya atau bisa juga berarti mengatur. Secara terminology menejemen berarti kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan (dalam ali imron:2013).

            Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1.    Manajemen sebagai suatu proses,
2.    Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.    Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)

            Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
            Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
            Menurut Terry dan Rue (1992), manajemen merupakan suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang. Sedangkan Nanang Fattah (2008) menyatakan bahwa menejemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagaia ilmu oleh luther gulick karena menegemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan kiat oleh follet Karena menejemen mencapai sasaran melalui cara-cara mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai proesi karena menejemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi menejer, danpara profesioanl dituntut oleh kode etik.          
            Manajemen diartikan sebagai upaya pengaturan sesuatu untuk mencapai tujuan melalui fungsi manajemen, yakni fungsi planning, organizing, actuating, controlling, dan melalui adminstrasi, yakni men, method, money, material, machine, and market ini merupakan defensisi secara luas. Berdasarkan pengertian diatas maka manajemen bimbingan konseling dapat diartikan sebagai upaya pengaturan untuk mencapai tujuan dari bk tersebut melalui fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, aplikasi, pengawasan, dan melalui administrasi yaitu konselor, metode, sumber dana, materi dan perlengkapan/ peralatan

B. Fungsi Manajemen
            Menurut Hani Handoko fungsi manajemen (pengelolaan) adalah: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Koordinator bimbingan dan konseling yang merupakan manajer sekaligus administrator bimbingan dan konseling di sekolah akan menggunakan fungsi-fungsi manajemen ini dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolahnya:
1.      Fungsi perencanaan (Planning). Koordinator BK di sekolah harus menentukan tujuan yang hendak dicapai selama waktu tertentu dan menentukan kegiatan untuk mencapai tujuan dan hal ini terkait dengan program BK
2.       Fungsi pengorganisasian (Organizing). Koordinator BK akan mengelompokan dan menentukan kegiatan penting untuk memberikan kekuasaan kepada orang-orang tertentu (guru pembimbing/wali kelas) untuk melaksanakan kegiatan itu
3.       Fungsi pelaksanaan (Actuating). Koordinator BK harus mendorong kinerja guru pembimbing dengan memberikan motivasi dalam merealisasikan tujuan yang diharapkan sesuai dengan program
4.      Fungsi pengawasan (Controlling). Pengawasan dilakukan oleh seorang pengawas di bidang BK, kemudian koordinator BK juga menggunakan administrasi, yaitu: men (sumber daya manusia/personil), material (bahan-bahan), machines (peralatan, sarana dan prasarana), method (metode/ layanan), money ( sumber dana) dan market (siswa)
C. Syarat Manajemen
            Untuk dapat berhasil dengan baik proses dari majemen maka harus ada syarat-syarat manajemen yang harus dipenuhi, meliputi :
1.      Harus ada pembagian kerja;
mengandung pengertian bahwa suatu pekerjaan itu bila dibagi sesuai dengan bakat dan kemampuan anggota organisasi akan lebih berhasil bila dibandingkan dengan tidak adanya pembagian kerja.
2.      Kekuasaan dan pertanggung jawaban;
 Dalam sebuah organisasi harus ada kejelasan tentang kekuasaan dan pertanggung jawaban antara masing-masing staf dalam organisasi.
3.      Disiplin Semua lini;
dalam sebuah organisasi harus mempunyai disiplin dengan menaati peraturan yang ditetapkan.
4.      Kesatuan komando;
Kesatuan komando perlu untuk menjaga kesimpang siuran perintah di dalam organisasi, karena organisasi mempunyai tujuan yang sama.
5.      Kesatuan arah;
Kesatuan arah diperlukan untuk menghindari masing-masing anggota mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Perintah hanya datang dari satu orang saja.
6.      Tujuan organisasi;
sesuai dengan tujuan anggotanya. Antara tujuan organisasi dan tujuan anggotanya harus sejalan, karena apabila terdapat perbedaan tujuan maka organisasi akan mengalami kesulitan.
7.      Pemberian upah/gaji;
Harus didasarkan pada kebutuhan anggota organisasi dan keluarganya secara adil.
8.      Sentralisasi;
 Memberikan suatu gambaran bahwa di dalam suatu organisasi memerlukan suatu pemusatan tanggung jawab untuk menghindari bawahan tidak dibebani dengan tangung jawab yang lebih besar.
9.      Jenjang jabatan;
 Urutan-urutan hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain harus saling bersambung. Kejelasam hubungan ini perlu untuk menentukan kearah mana seseorang harus bertanggung jawab dan ke arah jenjang mana seseorang kelak di promosikan.
10.  Keteraturan;
Keteraturan diperlukan agar tidak terjadi kelambatan di dalam proses manajemen.
11.  Keadilan;
 Keadilan diperlukan di dalam segala aspek agar semua komunikasi yang lancer diantara anggota merasa puas dan bekerja dengan penuh semangat.
12.  Kestabilan di dalam organisasi;
Para anggota harus merasa stabil kedudukannya di dalam organisasi.
13.  Inisiatif;
Tanpa inisiatif akan menjurus kepada hal-hal yang bersifat rutin dan organisasi akan mengalami sebuah kerugian.
14.   Semangat korps;
Adanya komunikasi yang lancar diantara pimpinan dan bawahan akan menambah semangat kerja bawahan.
 
D. Organisasi dan Personalia
1. Organisasi
            Menurut Nanang Fattah (2008) Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelopok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
            Sejalan dengan itu Sutarto (1995) menyatakan organisasi adalah sistem saling pengaruh antara orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan definisi ini ditemukan adanya tiga faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu: (1) orang-orang, (2) kerja sama, (3) tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas/berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan merupakan suatu kebulatan, maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh berbagai asas yang ditentukan oleh masing-masing organisasi.
            Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling yang hendak dibangun pada suatu sekolah hendaknya mempertimbangkan sumber tenaga yang tersedia, besarnya sekolah, jumlah siswa dan jumlah guru pembimbing yang ada, dan bagaimana kualifikasi dan pangkat atau jabatannya dapat disesuaikan dengan pengaturan atau pembagian tugas di sekolah.
2. Personalia
            Herber G. Kicks (dalan Sutarto, 1995) menyatakan faktor inti organisasi adalah orang-orang (personil) sebagai faktor yang membentuk organisasi, sedangkan yang termasuk faktor kerja yang menentukan berjalannya organisasi adalah daya manusia (kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, kemampuan untuk melaksanakan asas-asas organisasi) dan daya manusia lain, seperti alam, iklim dan sebagainya.
            Secara operasional pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing dan koordinator bimbingan, tetapi personil sekolah yang lain diharapkan juga berperan agar program bimbingan dapat terselenggara dengan baik. Personil itu mencakup: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, Kadin pendidikan, komite sekolah, koordinator BK, guru praktek, pengawas BK, siswa, staf administrasi, orang tua siswa, tata usaha, dan cleaning servis, Sedangkan dewa ketut sukardi (2003) menyatakan bahwa menejemen bimbingan konseling disekolah diselenggarakan oleh suatu organisasi dengan sejumlah personalia. Organisasi ini mencerminkan keterkaitan berbagai komponen dalam bimbingan konseling disekolah. Komponen pokok dalam bimbingan konselig dan personalianya disekolah adalah :
1.      Guru BK yang merupakan pelaksana utama kegiatan bimbingan dan konseling disekolah
2.      Koordinator Bimbingan Konseling sebagai penangung jawab utama pengelolaan bimbingan konseling disekolah
3.      Kepala sekolah sebagai penangung jawabseluruh kegiatan sekolah termasuk kegiatan bimbingan dan konseling
4.      Wali kelas sebagai pengelola khusus sekelompok siswa dalam satu kelasa sebagai kelompok sasaran pokok bimbingan dan konseling
5.      Guru matapelajaran dan gurur praktikan sebagai mitra kerja guru BK dan saling menunjuang demi suksesnya programpengajaran dan program bimbingan dan konseling
6.      Pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling dalam ragka meningkatkan kinerja bimbingan konseling disekolah.
7.      Siswa disekolah yang bersangkutan sebagai kelompok sasaran langsung kegiatan bimbingan dan konseling.

E. Program
Prayitno (2001) menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling adalah satuan besar atau kecil rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Program-program bimbingan dan konseling merupakan isi dari keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Program-program ini perlu disusun dengan memperhatikan pola umum bimbingan dan konseling dan berbagai kondisi yang terdapat di lapangan.
Setiap satuan pendidikan atau sekolah perlu membuat rencana program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan. Rencana program itu dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing. Thantawi (1995) membagi dua macam perencanaan yang perlu disiapkan, yaitu:
1.      Perencanaan tahunan sebagai program sekolah, rencana ini disusun menurut alokasi waktu seperti catur wulan/semester, rencana bulanan, bahkan rencana mingguan dan harian. Dalam program ini dicantunkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi waktu
2.      Perencanaan kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing sesuai dengan pembagian tugas di sekolah

F. Fasilitas
            Agar dapat terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya, maka disamping membentuk dan mengatur organisasinya secara baik, dan penugasan tenaga personil sesuai dengan kemampuan masing-masing, perlu ada sarana dan prasarana atau fasilitas yang menunjang terselenggaranya pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan efisien. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan yang dijalankan di suatu sekolah.
            Sarana yang diperlukan sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan konseling (dalam Thantawi, 1995) adalah:
1. Instrumen pengumpulan data
2. Alat penyimpan data
3. Perlengkapan teknis
4. Beberapa alat perlengkapan administrasi bimbingan yang perlu disediakan di ruang bimbingan, yaitu: blangko surat-surat, kartu laporan konseling, catatan konferensi kasus, keterangan pemberian layanan, buku tamu, kotak masalah dan papan pengumuman.

            Menurut Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2001) yang juga menjadi sarana BK adalah perangkat elektronik, seperti:

1. Komputer untuk mengolah data hasil aplikasi instrumentasi
2. Program-program khusus pengolahan hasil instrumentasi melalui komputer
3. Program-program khusus bimbingan dan konseling melalui komputer, seperti bimbingan belajar melalui program komputer.
            Sedangkan prasarana merupakan perlengkapan fisik yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Prasarana yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling (dalam Thantawi, 1995) adalah:
1.      Ruang kerja guru pembimbing
2.      Ruang konseling
3.      Tuang tunggu/ruang tamu
4.      Ruang perlengkapan/dokumentasi
5.      Ruang bimbingan kelompok
            Sedangkan dewa ketut sukardi (2003) mengatakan fasilitas pokok yang diperlukasn dalam bimbingan dan konseling adalah:
1.      Tempat bekerja dan melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
2.      Peralatan instrument bimbingan dan konseling, termasuk instrument pengungkapan masalah dan kondisi siswa, baik yang bersifat tes maupun non tes.
3.       Bahan-bahan informasi seperti informasi pendidikan atau jabatan.
4.      Buku-buku untuk bimbingan kepustakaan.
5.      Pedoman kegiatan meliputi SK dan ketentuan kebijakan pemerintah tentang bimbingan konseling dan pendidikan pada umumnya, serta panduan operasioan berkaitan dengan penyusunan program, penilaian, pelaksanaan bimbingan dan konseling.
6.      Peralatan adminitrasi baik yang berupa alat tulis kantor maupun yang bersifat keras seperti komputer.
7.      Dukungan dan kesempatan dari semua pihak untuk melaksanakan bimbingan
8.      Pengembangan professional melalui MGBK dan organisasi keprofesian.

G. Akuntabilitas Program
            Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa konseling merupakan sistem penyampaian treatmen yang efektif. Agar konseling tetap dihargai oleh masyarakat dan berharga (dibayar) oleh pihak ketiga dan klien, konselor profesional harus memberikan bukti yang menunjukkan bahwa pekerjaannya bermanfaat dan menghasilkan produk-produk.
            Konselor sekolah yang profesional harus menunjukkan bahwa mereka adalah pusat dari kesuksesan dengan segala upayanya. Demikian juga pihak ketiga wajib asuransi telah membuat peningkatan tuntutan  untuk kinerja konselor yang efektif dengan kliennya. Konselor profesional yang menunjukkan keefektivan menerima alih tangan dan mengembangkan reputasi untuk keterampilan dan efisiensinya. Menurut berbagai penulis (Erford, 2007; Issacs, 2003; Loesch & Ritchie, 2004; Myrick, 2003), akuntabilitas biasanya melibatkan hal-hal berikut:
  • Mengidentifikasi dan berkolaborasi dengan kelompok stakeholder (seperti komite penasehat, klien, para orang tua, guru dan siswa)
  • Mengumpulkan data dan menilai kebutuhan para klien, staf dan komunitas
  • Menyusun tujuan dan menetapkan kebutuhan berdasarkan data dan ketentuan
  • Mengimplementasi intervensi yang efektif untuk mengatasi tujuan dan sasaran
  • Mengukur hasil intervensi
  • Menggunakan hasil penelitian untuk pengembangan program
  • Menyampaikan hasil tersebut kepada para stakeholder (seperti klien, administratur, para guru dan staf, orang tua dan wali, siswa, dewan sekolah, komunitas dan para pemimpin bisnis/pengusaha, konselor profesional dan pengawas.
            Akuntabilitas, meskipun dibahas sebagai istilah tunggal, dapat dimaknai dengan cara yang berbeda.  Stone &  Dahir (dalam  diltz and kimberly, 2010) mendefinisikan  akuntabilitas sebagai kemampuan untuk menyediakan dokumentasi tentang efektivitas hasil kegiatan profesional.
            Myrick (dalam diltz and kimberly, 2010)  mendefinisikan akuntabilitas sebagai jawaban atas tindakan seseorang, terutama dalam hal menetapkan tujuan, melaksanakan prosedur, dan menggunakan hasil untuk perbaikan program. Ini melibatkan pengaturan tujuan, mendefinisikan apa yang sedang dilakukan untuk menemui mereka, dan mengumpulkan informasi yang mendukung setiap hasil prestasi yang diklaim.
            Studer dan Sommers (dalam diltz and kimberly, 2010) mendefinisikan akuntabilitas  dengan tiga jenis evaluasi: (a) program yang meliputi survei untuk menilai tujuan, dan kegiatan program, (b) personil, yang mencakup daftar periksa pada portofolio untuk menentukan kinerja konselor sekolah untuk mempertahankan pekerjaan nya, dan (c) evaluasi pelayanan individual, yang meliputi penilaian obyektif berdasarkan pada indikator dari siswa atau perubahan perilaku kelompok yang baru.
            Akuntabilitas program mengacu pada pertanggungjawaban berkenaan dari hasil kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Hal ini akan berkaitan erat dengan rencana program yang disusun sebelumnya dan juga akan menampilkan akuntabilitas proses yang berhubungan dengan proses pelaksanaan kegiatan.
            Akuntabilitas program merupakan hal yang sangat penting menjadi perhatian guru pembimbing dan para konselor. Karena sebelum melakukan berbagai kegiatan konseling, guru pembimbing harus memahami unjuk kerja dan hal-hal yang akan dipertanggungjawabkannya, sesuai dengan standar program bimbingan dan konseling, dengan demikian diharapkan keberadaan bimbingan dan konseling mendapat kepercayan dari masyarakat luas
            Guru pembimbing sangat perlu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Adanya program yang sistematis, memerlukan suatu kondisi tertentu unruk dipertanggungjawabkan, sedangkan kondisi untuk dipertanggungjawabkan memerlukan standar sebagai ukuran keberhasilan atau prestasi yang dicapai oleh guru pembimbing.
            Menurut Muri Yusuf (2002), manajemen dalam suatu organisasi akan dikatakan akuntabel apabila kegiatan pelaksanaannya telah:
1.      Menentukan tujuan yang tepat
2.      Mengembangkan standar yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan tersebut
3.      Secara efektif mempromosikan penerapan pemakaian standar
4.      Mengembangkan standar organisasi dan operasi secara efektif, ekonomis dan efisien
            Oleh karena itu, pelayanan bimbinngan dan konseling yang baik, benar, efektif dan efisien dalam mengembang misi bimbingan dan konseling yang telah disepakati adalah hal yang sangat esensial, sehinga pengakuan dan kepercayaan masyarakat akan bertambah. Apabila akuntabilitas atau pertanggungjwaban bimbingan dan konseling dilakukan secara periodik dan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku, tentu saja keberadaan bimbingan dan konseling merupakan kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan dalam kehidupan masyarakat

H. Kepengawasan
            Robert J. Mockler (dalam Hani Handoko: 1996), mengemukakan bahwa pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya diperlukan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
            Dalam kegiatan bimbingan dan konseling pengawasannya diselenggarakan oleh pengawas sekolah dengan tugas pokok mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan pembinaan terhadap guru pembimbing melalui pemberian arahan, bimbingan, contoh, dan saran kepada guru pembimbing untuk meningkatkan mutu pelaksaan bimbingan dan konseling di sekolah sesuai SK menpan No. 118/1996 dan Petunjuk Pelaksanaan.
            Menurit Prayitno (2001) kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling di sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan pengawas sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas pokok mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh, dan saran kepada guru pembimbingan tenaga lain dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah.

I. Pengembangan
            Munandir (2001) menyatakan bahwa pengembangan merupakan berbagai cara atau pendekatan yang bertujun untuk menciptakan situasi agar guru dan staf sekolah lainnya meningkatkan kompetensi dan keterampilannya serta tumbuh secara profesional selama berdinas. Kemudian Prayitno dkk (2002) mengemukakan bahwa pengembangan BK diarahkan kepada semakin meningkatnya mutu pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa oleh guru pembimbing, dengan indikator meningkatnya:
1.      Kemampuan guru pembimbing dalam melaksanakan layanan dan kegaitan pendukung bimbingan dan konseling
2.      Fasilitas untuk pelayanan (tempat kegiatan, instrumen BK, Perangkat elektronik, buku panduan dan lain-lain)
3.       Kerja sama antar personil sekolah
4.      Pemanfaatan pelayanan oleh siswa
5.      Jumlah guru pembimbing (bagi sekolah-sekolah yang masih memerlukan penambahan)
Pengembangan dilaksanakan melalui:
a.       Kerjasama antar guru pembimbing
b.      Kerjasama antar personil sekolah
c.       Kegiatan pengawasan oleh pangawas sekolah bidang bimbingan dan konseling
d.       Pengembangan fasilitas layanan
e.       Pertemuan kesejawatan profesional (MGBK), penataran, lokakarya, pertemuan ilmiah, keikutsertaan dalam organisasi profesi BK (ABKIN) dan studi lanjutan

J. Permasalahan manajemen dan solusi

Diantara masalah yang timbul berkaitan dengan konsep pengelolaan dan manajemen bimbingan dan konseling adalah:
1.      Dalam hal penempatan personalia, masih ada di beberapa sekolah guru pembimbingnya berasal dari jurusan lain, akibatnya guru pembimbing tidak mengetahui apa yang akan dilakukan.
2.      Masih kurangnya pengetahuan dan wawasan guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya seperti membuat program maupun melaksanakan program
3.      Masih adanya ketimpangan antara jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh, akibatnya guru pembimbing tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya
4.      Masih kurangnya pengetahuan guru mata pelajaran, kepala sekolah dan siswa mengenai peran bimbingan dan konseling
Solusi yang dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan konsep pengelolaan dan manajemen ini adalah:
1.      Dilakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi
2.      Guru pembimbing harus berasal dari jurusan BK agar guru pembimbing tersebut tahu tugas dan tannggung jawabnya
3.      Dapat mengadakan orientasi/memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak tersebut.
4.      Agar Guru pembimbing dapat bekerja dengan hasil yang maksimal, maka sesuaikan jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh

REFERENCE:

Ali imron. 2013. Proses manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Diniaty, Amirah. 2012. Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru : Zanafa Publishing.

Hani Handoko. 1997. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Munandir. 2001. Enslikopedia Pendidikan. Malang: UM-Press

Muri Yusuf. (2000). Seminar Sehari Akuntabilitas Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Jurusan BK, FIP. UNP

Prayitno, dkk. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas

Sutarto. (1995). Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada Press

Terry, George R. & Leslie W. Rue. (1992). Dasar-Dasar Manajemen. (terjemahan: G.A Ticoalu). Jakarta: Bumi Aksara

Thantawi R. MA. 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo

Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Usman, Husaini. 2009. Manajemen. Yogyakarta : Bumi Aksara







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...