Oleh: Jumadi Tuasikal
A.
HAKIKAT BELAJAR KONSEP
Belajar konsep membantu untuk mengatasi keragaman yang
spesifik dan tak terbatas dari lingkungan dan untuk memperlakukan
peristiwa-peristiwa yang memiliki sifat-sifat yang sama sebagai bagian dari
suatu jenis atau kelompok tertentu.
Pembelajaran konsep dapat mengupayakan individu untuk mampu
merespon bentuk-bentuk yang relevan (berhubungan) dengan konsep tersebut dan
tidak menghiraukan (ignore) bentuk-bentuk yang tidak relevan dengan
mengidentifikasikannya. Dengan kata lain dari banyak kata, bisa disempitkan
lagi kepada hal yang lebih spesifik. Pembelajaran konsep dipandang sebagai
sebuah kombinasi dari perbedaan antara kelompok-kelompok kejadian dengan
generalisasi dalam kelompok-kelompok kejadian.
Ciri-ciri belajar konsep melibatkan stimulus (rangsangan),
respon (tanggapan), dan beberapa bentuk umpan balik (feed-back) kepada learner
(pelatih). Stimulus meliputi contoh positif dan contoh negatif, respon dapat
memakai cara yang paling sederhana sampai kepada yang agak rumit, dan umpan
balik diberikan sebagai pembetulan terhadap respon.
Adanya pembentulan terhadap respon dapat dilihat dengan ada
dua prosedur dasar dalam pembelajaran konseptual, yaitu: reception paradigm
(paradima penerimaan) dan selection paradigm (paradigma seleksi).
Pada paradigma penerimaan, stimulus dihadirkan secara acak atau telah
ditetapkan sebelumnya oleh yang melakukan eksperimen dan subjek
mengklasifikasikan masing-masing stimulus tersebut. Sementara itu pada
paradigma seleksi, subjek diberikan keseluruhan bentuk dari stimulus pada
permulaan eksperimen dan kemudian memilih stimulus, percobaan dilakukan secara
berulang-ulang dan menginginkan adanya balikan (feedback).
Pembelajaran konseptual terdapat beberapa atribut dan
aturan. Atribut merupakan sifat atau karakteristik stimulus yang relevan
terhadap konsep. Konsep yang sederhana mungkin hanya memiliki satu atribut
seperti warna, sedangkan konsep yang lebih rumit memiliki lebih banyak atribut,
seperti warna dan rasa. Atribut dapat menegaskan sebuah aturan konseptual,
maksudnya konsep terhadap sesuatu objek ada penguatan didalamnya.
Ada perbedaan antara belajar
konsep (concept learning) dengan paired associate learning. Paired associate
learning menghendaki pembelajaran respon tertentu terhadap suatu stimulus,
jadi rasio antara stimulus dan respon adalah satu – satu. Sedangkan belajar
konsep mencakup pembelajaran satu respon terhadap dua atau lebih stimulus, jadi
rasio antara stimulus dengan respon bukan satu-satu, tetapi satu lawan banyak.
Umpamanya, dalam kegiatan di sekolah dasar anak diajarkan konsep warna putih.
Anak akan diberikan contoh warna putih dari sebuah objek seperti kertas putih
dan dikatakan bahwa warna kertas ini adalah putih adalah putih. Kemudian anak
tersebut diminta mengulangi respon yang sama (“putih”) pada lembaran-lembaran
kertas lain yang juga berwarna putih.
Untuk
menyakinkan apakah sebuah konsep telah terbentuk perlu diperhatikan dua faktor.
Pertama kita harus memberikan contoh objek (instance)
tambahan untuk melihat apakah konsep tersebut telah dikelompok secara benar,
dan kedua kita harus memberikan yang bukan contoh (noninstance) atau contoh yang salah untuk melihat apakah mereka
mampu mengeluarkan bagian ini dari konsep yang telah terbentuk. Jadi
pembelajaran konsep menghendaki sipelajar melakukan respon bentuk-bentuk yang
relevan dari konsep tersebut dan tidak menghiraukan (ignore) bentuk-bentuk yang tidak relevan di dalam pengelompokan
peristiwa.
B. ATURAN
DASAR BELAJAR KONSEP, YAITU:
1.
Aturan Affirmation, menegaskan konsep secara sederhana dengan pemberian atribut
yang sederhana.
2. Aturan Conjunction, yaitu
menjelaskan konsep dengan menggabungkan dua atribut.
3.
Aturan Disjunction, yaitu menjelaskan konsep dengan dua atribut dengan
menggunakan hubungan dan/atau dari keduanya.
4.
Aturan Conditional, dimana sesuatu berlaku sebagai sebuah atribut yang relevan
tergantung pada adanya atribut lain.
5.
Aturan Biconditional, mengilustrasikan contoh menggunakan dua atribut dengan
hubungan jika dan hanya jika.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN KONSEP
Secara
umum ada dua faktor yang mempengaruhi pembelajaran konsep yaitu variabel tugas (task variabel) dan variabel pelajar (learner variabel). Contoh-contoh dari
variabel tugas tersebut adalah contoh negatif dan positif (positif and negatif instances), atribut yang relevan dan yang tidak
relevan, stimulus abstrak dan stimulus nyata, umpan balik dan faktor temporal,
dan aturan-aturan konseptual.
1.
Contoh
Positif dan Negatif
Dalam hal positive dan negative instaces, ditemukan bahwa
manusia cenderung menggunakan positive
instance dalam mempelajari konsep ketimbang negative instances. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi
pada negative instances, dan manusia
lebih banyak bertemu dengan positive
intances daripada negative intances.
2.
Atribut
yang Relavan dan Tidak Relevan
Berkaitan dengan atribut yang
relevan dan yang tidak relevan, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama
semakin banyak jumlah atribut yang tidak relevan didalam sebuah tugas
pembelajaran konsep, semakin sulit tugas pembelajaran tersebut. Kedua, semakin
banyak atribut redundant (perulangan/sama)
yang relevan, semakin mudah pembelajaran konsep. Yang dimaksud dengan atribut redundant yang relevan adalah
bentuk-bentuk yang berhubungan secara sempurna, sehingga bentuk tersebut dapat
dijadikan dasar peramalan yang sahih untuk sebuah konsep. Umpamanya setiap
lingkaran diberi warna biru, setiap segitiga diberi warna kuning dan setiap
segiempat diberi warna merah.
3.
Stimulus
Abstrak dan Stimulus Nyata
Kejelasan kunci (cues) yang relevan dapat pula membantu
memudahkan pembelajaran konsep. Anak-anak lebih cepat mempelajari konsep warna
daripada mempelajari konsep perbedaan dimensi atau bentuk. Mereka juga lebih
mudah mempelajari konsep yang kongrit seperti ‘mobil’, ‘rumah’, ‘anjing’, dll
daripada konsep abstrak. Jika kunci lebih mirip, yang mengakibatkan
berkurangnya kejelasan, maka pembelajaran konsep semakin sulit. Umpamanya,
pembelajaran konsep ‘socialisme’ atau
‘demokrrasi’ akan lebih sulit karena
kedua konsep tersebut memiliki banyak kunci (cues) yang tumpang tindih.
4.
Umpan Balik dan Faktor Temporal/ Waktu
Balikan (feedback) merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran konsep. Feedback akan
memberikan tanda bahwa respon yang dilakukan benar atau tidak. Bahkan ia dapat
digunakan untuk mengarahkan respon berikutnya di dalam tugs-tugas konseptual.
Penggunaan kata ‘benar’ dan ‘salah’ sudah merupakan balikan yang berarti dalam
pembelajaran konsep, tetapi hal ini tidak banyak berpengaruh pada manusia.
Untuk manusia, postfeedback delay
(penundaan antara balikan yang diberikan untuk sebuah trial dan pemberian stimulus berikutnya) mempunyai pengaruh yang
lebih besar dalam kinerja (performance).
Bila postfeedback delay diperpanjang
pembelajaran konsep akan lebih terbantu.
5.
Aturan –
Aturan Konseptual
Cara penggabungan hukum konseptual (conseptual rules) akan menentukan
kemudahan pembelajaran konsep. Konsep yang menggunakan hukum konjungtif (conjuntive rules), hukum sebuah konsep
dimana kedua atribut harus digabungkan, seperti ‘meja bundar’, lebih mudah
dipelajari dari pada konsep yang menggunakan hukum kondisional (conditional rules), jika A, maka B dan biconditional, yakni jika A maka B, maka A.
6.
Memori
dan Intelegensi
Faktor terakhir yang mempengaruhi
pembelajaran konsep adalah memory dan intelegensi. Pembelajaran konsep ternyata
tidak hanya tergantung pada karakteristik tugas tetapi juga pada karakteristik
sipelajar. Memori dan kecerdasan merupakan variabel individu yang berbeda yang
mempengaruhi kemudahan pembelajaran konsep. Untuk mengetahui konsep dengan
jelas seseorang perlu mengingat informasi yang berkaitan dengan konsep
tersebut. Begitu pula dengan kecerdasan, semakin cerdas seseorang memecahkan
tugas konseptual semakin, cepat ia mempelajari sebuah konsep.
D. TEORI-TEORI BELAJAR KONSEP
1.
Teori Asosiasi Stimulus Respon
Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam belajar konsep adalah konsepsi
asosianistik stimulus-respon dan mengadopsi prinsip pengaruh keadaan untuk
menjelaskan perilaku konseptual. Dengan pendekatan ini, belajar konsep dianggap
sebagai pengembangan cara pembedaan yang sederhana di dalam pembelajaran dan
dianggap sebagai kasus khusus di dalam pengeneralisasian dan pendiskriminasian.
Selain itu pendekatan yang digunakan dalam belajar konsep adalah teori asosiasi
stimulus respon (S-R association theory). Pendekatan ini menekankan pada
pentingnya hipotesis (jawaban sementara) dan strategi. Pendekatan ini bersifat
kognitif. Dalam hal ini keaktifan peranan sipelajar merupakan faktor yang
sangat penting untuk menguji hipotesis.
Teori Stimulus respon (S-R theory)
beranggapan bahwa kekuatan asosiasi antar dimensi yang relafan dengan respon
terbentuk secara bertahap sampai seseorang dikatakan telah memperoleh konsep
tersebut. Bila seseorang merespon sebuah stimulus baru yang berisi bentuk
yang relevan, maka orang itu dikatakan
telah mengeneralisasikan konsep tersebut. Jadi, sebuah konsep dikatakan telah
didapatkan oleh seseorang bila konsep tersebut telah mampu diterapkannya pada
situasi lain.
Teori stimulus respon antara (S-R
Meditional Theories) berasumsi bahwa belajar konsep berkembang karena respon
perantara (mediating response) yang diberikan terhadap stimulus tersebut. Di dalam teori S-R Mediasional, ada dua jenis
masalah pengalihan pemecahan yang digunakan di dalam belajar konsep. Yang
pertama, disebut dengan pengalihan reversal
atau intradimensional.dalam hal ini pemecahan masalah yang dipelajari oleh
subjek pada tahap awal dibalik secara total dengan stimulus yang sama. Sehingga
subjek harus mempelajari pemecahan masalah yang berlawanan tersebut untuk
mempelajari konsep yang sedang diajarkan. Kedua dinamakan dengan pengalihan nonreversal atau extramentional. Dalam jenis ini pemecahan masalah yang diajarkan
sama dengan yang diterapkan pada tahap ujian, dalam rangka memantapkan konsep.
2.
Teori Pengujian Hipotesis
Teori
belajar konsep lain adalah teori pengujian hipotesis (Hypothesis-testing theory). Teori ini menekan pada prinsip bahwa
manusia lebih aktif dalam melaksanakan tugas dalam arti bahwa ia aktif memilih
dan mencoba atau menguji kemungkinan pemecahan masalah. Teori ini menekankan
pada pentingnya pemilihan hipotesis, memilih karakter tugas pemecahan masalah,
sehingga proses ini melibatkan teori kognitif. Dalam menerapkan teori ini kita
bisa memilih dua strategi yakni conservative
focusing, dan strategi focus
gambling. Dengan strategi conservative
focusing, subjek diminta untuk memilih respon diantara beberapa respon
sesuai dengan hipotesis awalnya, kemudian diberi balikan dengan kata ‘benar’,
maka ia telah mempelajari konsep tersebut. Sedangkan didalam focus gambling, subjek diberikan kesempatan
dan memvariasikan dua atau lebih atribut pada saat menguji hipotesisnya.
Biasanya dengan strategi yang kedua, bila berhasil dengan baik, subjek akan
lebih cepat mempelajari konsep.
3.
Teori Proses Informasi
Terakhir,
teori pembelajaran konsep yang biasa diterapkan adalah Information-Processing
theories atau teori pengolahan informasi. Teori ini menekan pada ciri
pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep. Teori ini diangkat dari
analogi kerja konputer dan memandang belajar konsep dalam artian urutan proses
pengambilan keputusan oleh sipelajar.
E. BEBERAPA PRINSIP-PRINSIP PRAKTIS
DALAM BELAJAR KONSEP
1) Think of new examples of concept,
memikirkan contoh-contoh baru untuk konsep tersebut.
2) Use both positive and negative instances,
menggunakan kejadian atau contoh-contoh positif dan negative.
3) Use a variety of
example, menggunakan contoh-contoh yang bervariasi.
4) High-light relevant features, berikan
penekanan pada bentuk-bentuk relevan, untuk menhindari terjadinya kesalah pahaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar