Oleh: Jumadi Tuasikal
1. Hakekat
Berfikir Dan Pemecahan Masalah
Berpikir adalah tingkah laku yang tidak tampak atau
tidak dapat di amati secara langsung. Berpikir merupakan proses manipulasi
dengan menggunakan lambang-lambang (symbols). Dengan kata lain, berpikir
melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan grafis yang menggantikan atau
mewakili obyek atau peristiwa.
Bahasa dan konsep adalah lambang yang terpenting
bagi manusia Karena itu, dalam berpikir seseorang
tidak perlu secara langsung melakukan suatu kegiatan yang tampak atau
berhubungan langsung dengan suatu obyek atau peristiwa. Jika sesorang
menyebutkan “Transportasi” secara spontan “mobil”, “Pesawat terbang”, muncul
dalam pikiran kita, namun jika sesorang bertanya mana yang lebih murah biaya
dari padang ke aceh dengan pesawat terbang atau kereta api, tetapi jika kita
harus memasukan ongkos, makanan, dan akibat jika pergi dengan kereta, akhirnya
kita harus memikirkan besar biaya dan waktu perjalanan jika pergi dengan
kereta. Akhirnya persoalan ini menghendai kita untuk berfikir kompleks atau sempurna. Istilah berfikir mengacu
keberbagai situasi, seorang gadis kecil memutuskan sesuatu yang spesial dan
menyenangkan baginya, jika ayahnya membelikan seekor anjing kecil. Anak
laki–laki menggambarkan bagaimana untuk meraih stoples. Ibu rumah tangga
merencanakan daftar belanja. Istilah memutuskan, menggambarkan, merencanakan
dan mengorganisasi mengacu kepada aktifitas berfikir.
Namun demikian kita dapat menafsirkan bahwa
proses berfikir telah terjadi bila kita melihat hasil tanpa menghiraukan benar
atau salah. Yang perlu di perhatikan adalah perubahan dalam tingkah laku yang
berkaitan dengan suatu kondisi tertentu seperti perintah untuk melakukan sesuatu.
Dapat
di lihat tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah
kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan
dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa
manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan
menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Pemecahan
masalah (problem solving) dapat
didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu
bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making)
yang didefe-nisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif
yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan.
Menurut Greeno (dalam Ellis dan Hunt, 1993)
masalah atau problem dapat dikelompokkan menjadi 3 macam berdasarkan
proses-proses kognitif yang terlibat di dalam pemecahan masalah :
§ Inducing Structured Problem, jenis masalah ini meminta seseorang untuk
menemukan pola yang akan menghubungkan elemen-elemen masalah, antara satu
elemen dengan elemen yang lain
§ Transformation Problem, jenis ini, seseorang harus memanipulasi atau
mengubah objek-objek dan simbol-simbol menurut aturan tertentu agar diperoleh
suatu pemecahan. Salah satu contoh masalah tersebut adalah sebagaimana pada soal
aljabar. Untuk dapat memecahkan soal aljabar kita harus mengubah
kalimat-kalimat dalam bentuk persamaan.
§ Arrangement Problem, seseorang harus mengatur atau menyusun ulang
elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh pemecahan. Semua elemen tugas
disebutkan kemudian seseorang harus menyusun kembali menurut cara-cara tertentu
yang dapat mencapai pemecahan.
3.
Tahap-Tahap Pemecahan Masalah
Dalam rangka pemecahan masalah, kita dapat
menggunakan tahap-tahap sebagai berikut, yaitu :
1.
Memahami dan menafsirkan serta menginterprestasikan masalah.
2.
Memunculkan
berbagai opsi atau pilihan.
3.
Menentukan
solusi dan melaksanakan opsinya.
4.
Memeriksa
keberhasilan masalah.
Penjelasan singkat untuk membantu Pemahaman
Masalah yaitu Agar dapat diperoleh suatu pemecahan masalah
yang benar, seseorang terlebih dahulu mengakui bahwa masalah itu ada. Ia harus
memahami dan mengenali gambaran pokok persoalan secara jelas. Lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengerti permasalahan berbeda-beda bagi setiap orang.
Perbedaan ini sangat tergantung pada
hakekat permasalahan terutama dalam penampakannya, informasi disekitar
persoalan, dan keakraban seseorang dengan persoalan tersebut. Penemuan berbagai
hipotesis mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu di antara
hipotesis-hipotesis itu, selanjutnya Menguji hipotesis yang diuji itu dan
mengevaluasi hasil-hasilnya.
Meskipun demikian, banyak aktivitas
pemecahan masalah yang melibatkan perputaran kembali langkah-langkah tersebut.
Misalnya, setelah pemecahan masalah diketahui tidak memuaskan, seseorang boleh
jadi kembali pada langkah permulaan sehingga upaya selanjutnya ditujukan pada
pemahaman kembali dengan baik, apa yang menjadi masalah sebenarnya.
4.
Teori-Teori Berpikirdan Pemecahan Masalah
a). Teori stimulus respon,
konsepsi dasar dari berpikir merupakan proses asosiatif. Berpikir dipandang sebagai perilaku trial dan error yang
terselubung atau implisit. Teori ini berpendapat bahwa dalam pemecahan masalah pelajar membawa beberapa kebiasaan untuk ke situasi tersebut. Kebiasaan ini sudah ada dan kekuatannya
beragam sesuai dengan situasi tugas atau masalah. Teori S-R menekankan bahwa dalam pemecahan masalah, kebiasaan yang sudah ada keluar sesuai
dengan urutan kekuatannya sampai menemukan respon yang efektif dan berhasil
dalam pemecahan masalah.
b). Teori gestalt,
pendekatan karakteristik psikolog gestalt seperti Wolfgang Kohler mengemukakan bahwa kegiatan pemecahan
masalah, seperti contoh yang dilakukan oleh subjek eksperimennya merupakan
kemampuan mengorganisasikan persepsinya tentang dunia atau penerapan insight
terhadap masalah. Tugas ini biasanya memudahkan subjek untuk memahami
sebagian besar aspek masalahnya.
c). Pendekatan pengolahan informasi, pendekatan ini menekankan sebuah formulasi melalui flowchart atau urutan peristiwa, dengan menggunakan format
program komputer. Jika program ini berhasil
dapat memecahkan masalah kelompok tertentu, akan digunakan
sebagai model yang abstrak yang dapat melakukan proses berpikir dan pemecahan
masalah.
Ø Inkubasi dalam Pemecahan Masalah
Inkubasi ialah menarik diri untuk sementara waktu
dari masalah yang dihadapi, dengan melakukan aktivitas tertentu yang
berlangsung dalam bawah sadar, diakibatkan karena tidak ditemukannya solusi
dari suatu masalah yang sedang dihadapi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh pada saat terjadinya inkubasi
ini, yaitu :
1.
Otak
beristirahat sejenak dari berpikir keras.
2.
Membantu
melupakan pendekatan yang tidak relevan tersebut.
3.
Membantu
menemukan pendekatan baru yang lebih mudah.
Ø Faktor Motivasi
Motivasi dapat pula mempengaruhi efisiensi
pemecahan masalah. Bila tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks, maka tidak
banyak motivasi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal..Hubungan
antara tingkat motivasi dan efisiensi pemecahan masalah berbentuk U-shaped.Bila
tingkat motivasi meningkat, efisiensi pemecahan masalah meningkat hingga
mencapai tingkatnya yang optimal, apabila motivasi melewati tingkat optimal,
maka efisiensi pemecahan masalah makin berkurang. Hal ini dapat terjadi karena motivasi yang
rendah akan mengalihkan perhatian dari tugas-tugas yang diberikan. Sedangkan motivasi yang melewati batas
optimalnya menyebabkan ketegangan.
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu
Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi
tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua
proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan
pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan
palu dan paku untuk memasang gambar di dinding.
Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu
adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan
mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang
sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia
mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian
mengatur tekanan pukulannya.
Penyesuaian kemampuan untuk sedikit
mengubah konsep disebut akomodasi. Piaget mengatakan bahwa kita melampui
perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan
terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut:
1.
Tahap Sensorimotor
(0-2 tahun): anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui
kemampuan inderawi dan gerakan. Piaget menemukan pada tahap ini terjadi
kecenderungan untuk mengulangi tingkah laku yang sudah dikuasai (primary
circular reaction), dan kecenderungan memanipulasi lingkungan (secondary
circular reaction), yaitu anak mengetahui suatu benda tetap ada atau
bersifat tetap walaupun tidak lagi terlihat olehnya.
2.
TahapPra-Operasional
(2-7 tahun): anak mulai mempelajari kategori konseptual dan bahasa,
namun belum sampai pada kecerdasan sesungguhnyaatau konsistensi logika. Pada
tahap ini anak sudah menyadari orang lain punya pandangan yang berbeda dengan
dirinya.
3.
Tahap Operasional
Konkret (7-11 tahun): proses berpikir atau tugas mental dapat dikerjakan
(operasional) asalkan obyeknya terlihat (konkret). Ada dua kemampuan yang
dikembangkan pada tahap ini: konservasi dan reversibilitas. Konservasi
adalah kemampuan menyadari suatu obyek tidak berubah volumenya walaupun bentuk
dan perspektifnya berubah.
Reversibilitas
merupakan kemampuan untuk memikirkan obyek
seperti pertama kali urutannya dikenali.
4.
Tahap Operasional
Formal (lebih dari 11 tahun): proses berpikir atau pekerjaan mental
dapat dilaksanakan dengan menggunakan pemikiran abstrak. Pada tahap ini
berpikir telah dipengaruhi oleh penalaran, pengambilan keputusan dan pilihan
solusi untuk pemecahan masalah. Anak mengembangkan kemampuan menggunakan dalil
logika seperti orang dewasa. Pemikiran kreatif dan gagasan imajinatif dapat
merupakan hasil proses berpikir operasional formal ini.
Ada 5 (lima) saran praktis di bawah ini dikembangkan dari
prinsip-prinsip umum agardapat berpikir dan memecahkan masalah, yaitu :
1. Pahami masalah: dengan cara mempertanyakan apa sebenarnya permasalahan
yang sedang dihadapi. Dengan menjawab apa masalahnya sebenarnya, di mana letak
masalahnya, dan bagaimana peta masalahnya, maka kita sampai pada pemahaman
terhadap masalah.
2. Pikirkan masalah secara seksama: dengan memahami masalah kita dapat menentukan
berbagai kemungkinan pemecahan yang tepat, serta mengingat kembali pemecahan
masalah serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.
3. Kenali semua kemungkinan pemecahannya: kenali dan klasifikasikan beberapa
kemungkinan pemecahan yang timbul dari penalaran. Kita dapat membuat dafar
kemungkinan pemecahan dari yang paling sederhana sampai kepada yang kompeks.
4. Temukan strategi pemecahannya: pada langkah ini kita telah memahami
situasi yang sebenarnya serta telah mendapatkan kesimpulan yang tepat;
pemecahan yang efektif dengan menggunakan suatu pilihan dan pendekatan
tertentu.
5. Evaluasi kemungkinan implementasi
pemecahannya:
setelah keputusan akhir diambil, evaluasi kembali pilihan itu. Pertimbangkan
implementasinya, apakah pilihan tersebut rasional, logis, praktis dan layak?
Jika kita sudah berketepatan hati, maka lakukanlah rangkaian tindakan yang
harus dilakukan.
Sumber :
Henry C Ellis. 1978. Fundamentals of Human Learning. Memory and Cognition
Tidak ada komentar:
Posting Komentar