Senin, Maret 10

BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH



Oleh: Jumadi Tuasikal
 
1.   Hakekat Berfikir Dan Pemecahan Masalah
Berpikir adalah tingkah laku yang tidak tampak atau tidak dapat di amati secara langsung. Berpikir merupakan proses manipulasi dengan menggunakan lambang-lambang (symbols). Dengan kata lain, berpikir melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan grafis yang menggantikan atau mewakili obyek atau peristiwa.
Bahasa dan konsep adalah lambang yang terpenting bagi manusia  Karena itu, dalam berpikir seseorang tidak perlu secara langsung melakukan suatu kegiatan yang tampak atau berhubungan langsung dengan suatu obyek atau peristiwa. Jika sesorang menyebutkan “Transportasi” secara spontan “mobil”, “Pesawat terbang”, muncul dalam pikiran kita, namun jika sesorang bertanya mana yang lebih murah biaya dari padang ke aceh dengan pesawat terbang atau kereta api, tetapi jika kita harus memasukan ongkos, makanan, dan akibat jika pergi dengan kereta, akhirnya kita harus memikirkan besar biaya dan waktu perjalanan jika pergi dengan kereta. Akhirnya persoalan ini menghendai kita untuk berfikir kompleks  atau sempurna. Istilah berfikir mengacu keberbagai situasi, seorang gadis kecil memutuskan sesuatu yang spesial dan menyenangkan baginya, jika ayahnya membelikan seekor anjing kecil. Anak laki–laki menggambarkan bagaimana untuk meraih stoples. Ibu rumah tangga merencanakan daftar belanja. Istilah memutuskan, menggambarkan, merencanakan dan mengorganisasi mengacu kepada aktifitas berfikir.
Namun demikian kita dapat menafsirkan bahwa proses berfikir telah terjadi bila kita melihat hasil tanpa menghiraukan benar atau salah. Yang perlu di perhatikan adalah perubahan dalam tingkah laku yang berkaitan dengan suatu kondisi tertentu seperti perintah untuk melakukan sesuatu. Dapat di lihat tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

2.      Bentuk-Bentuk Umum Dari Tugas-Tugas Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefe-nisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan. Menurut Greeno (dalam Ellis dan Hunt, 1993) masalah atau problem dapat dikelompokkan menjadi 3 macam berdasarkan proses-proses kognitif yang terlibat di dalam pemecahan masalah :
§  Inducing Structured Problem, jenis masalah ini meminta seseorang untuk menemukan pola yang akan menghubungkan elemen-elemen masalah, antara satu elemen dengan elemen yang lain
§  Transformation Problem, jenis ini, seseorang harus memanipulasi atau mengubah objek-objek dan simbol-simbol menurut aturan tertentu agar diperoleh suatu pemecahan. Salah satu contoh masalah tersebut adalah sebagaimana pada soal aljabar. Untuk dapat memecahkan soal aljabar kita harus mengubah kalimat-kalimat dalam bentuk persamaan.
§  Arrangement Problem, seseorang harus mengatur atau menyusun ulang elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh pemecahan. Semua elemen tugas disebutkan kemudian seseorang harus menyusun kembali menurut cara-cara tertentu yang dapat mencapai pemecahan.

3.      Tahap-Tahap Pemecahan Masalah
Dalam rangka pemecahan masalah, kita dapat menggunakan tahap-tahap sebagai berikut, yaitu :
1.       Memahami dan menafsirkan serta  menginterprestasikan masalah.
2.         Memunculkan berbagai opsi atau pilihan.
3.         Menentukan solusi dan melaksanakan opsinya.
4.         Memeriksa keberhasilan masalah.
     Penjelasan singkat untuk membantu Pemahaman Masalah yaitu Agar dapat diperoleh suatu pemecahan masalah yang benar, seseorang terlebih dahulu mengakui bahwa masalah itu ada. Ia harus memahami dan mengenali gambaran pokok persoalan secara jelas. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerti permasalahan berbeda-beda bagi setiap orang.
     Perbedaan ini sangat tergantung pada hakekat permasalahan terutama dalam penampakannya, informasi disekitar persoalan, dan keakraban seseorang dengan persoalan tersebut. Penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu di antara hipotesis-hipotesis itu, selanjutnya Menguji hipotesis yang diuji itu dan mengevaluasi hasil-hasilnya.
     Meskipun demikian, banyak aktivitas pemecahan masalah yang melibatkan perputaran kembali langkah-langkah tersebut. Misalnya, setelah pemecahan masalah diketahui tidak memuaskan, seseorang boleh jadi kembali pada langkah permulaan sehingga upaya selanjutnya ditujukan pada pemahaman kembali dengan baik, apa yang menjadi masalah sebenarnya.

4.      Teori-Teori Berpikirdan Pemecahan Masalah
a). Teori stimulus respon, konsepsi dasar dari berpikir merupakan proses asosiatif. Berpikir dipandang sebagai perilaku trial dan error yang terselubung atau implisit. Teori ini berpendapat bahwa dalam pemecahan masalah pelajar membawa beberapa kebiasaan untuk ke situasi tersebut. Kebiasaan ini sudah ada dan kekuatannya beragam sesuai dengan situasi tugas atau masalah. Teori S-R menekankan bahwa dalam pemecahan masalah, kebiasaan yang sudah ada keluar sesuai dengan urutan kekuatannya sampai menemukan respon yang efektif dan berhasil dalam pemecahan masalah.
b). Teori gestalt, pendekatan karakteristik psikolog gestalt seperti Wolfgang Kohler mengemukakan bahwa kegiatan pemecahan masalah, seperti contoh yang dilakukan oleh subjek eksperimennya merupakan kemampuan mengorganisasikan persepsinya tentang dunia atau penerapan insight terhadap masalah. Tugas ini biasanya memudahkan subjek untuk memahami sebagian besar aspek masalahnya.
c). Pendekatan pengolahan informasi, pendekatan ini menekankan sebuah formulasi melalui flowchart atau urutan peristiwa, dengan menggunakan format program komputer. Jika program ini berhasil dapat memecahkan masalah kelompok tertentu, akan digunakan sebagai model yang abstrak yang dapat melakukan proses berpikir dan pemecahan masalah.
Ø  Inkubasi dalam Pemecahan Masalah
Inkubasi ialah menarik diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapi, dengan melakukan aktivitas tertentu yang berlangsung dalam bawah sadar, diakibatkan karena tidak ditemukannya solusi dari suatu masalah yang sedang dihadapi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh pada saat terjadinya inkubasi ini, yaitu :
1.      Otak beristirahat sejenak dari berpikir keras.
2.      Membantu melupakan pendekatan yang tidak relevan tersebut.
3.      Membantu menemukan pendekatan baru yang lebih mudah.
Ø  Faktor Motivasi
Motivasi dapat pula mempengaruhi efisiensi pemecahan masalah. Bila tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks, maka tidak banyak motivasi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal..Hubungan antara tingkat motivasi dan efisiensi pemecahan masalah berbentuk U-shaped.Bila tingkat motivasi meningkat, efisiensi pemecahan masalah meningkat hingga mencapai tingkatnya yang optimal, apabila motivasi melewati tingkat optimal, maka efisiensi pemecahan masalah makin berkurang.  Hal ini dapat terjadi karena motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian dari tugas-tugas yang diberikan. Sedangkan motivasi yang melewati batas optimalnya menyebabkan ketegangan.

5.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding.
Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya.
Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi. Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1.      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan inderawi dan gerakan. Piaget menemukan pada tahap ini terjadi kecenderungan untuk mengulangi tingkah laku yang sudah dikuasai (primary circular reaction), dan kecenderungan memanipulasi lingkungan (secondary circular reaction), yaitu anak mengetahui suatu benda tetap ada atau bersifat tetap walaupun tidak lagi terlihat olehnya.
2.      TahapPra-Operasional (2-7 tahun): anak mulai mempelajari kategori konseptual dan bahasa, namun belum sampai pada kecerdasan sesungguhnyaatau konsistensi logika. Pada tahap ini anak sudah menyadari orang lain punya pandangan yang berbeda dengan dirinya.
3.      Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): proses berpikir atau tugas mental dapat dikerjakan (operasional) asalkan obyeknya terlihat (konkret). Ada dua kemampuan yang dikembangkan pada tahap ini: konservasi dan reversibilitas. Konservasi adalah kemampuan menyadari suatu obyek tidak berubah volumenya walaupun bentuk dan perspektifnya berubah.
Reversibilitas merupakan kemampuan untuk memikirkan obyek seperti pertama kali urutannya dikenali.
4.      Tahap Operasional Formal (lebih dari 11 tahun): proses berpikir atau pekerjaan mental dapat dilaksanakan dengan menggunakan pemikiran abstrak. Pada tahap ini berpikir telah dipengaruhi oleh penalaran, pengambilan keputusan dan pilihan solusi untuk pemecahan masalah. Anak mengembangkan kemampuan menggunakan dalil logika seperti orang dewasa. Pemikiran kreatif dan gagasan imajinatif dapat merupakan hasil proses berpikir operasional formal ini.

6.      Saran-Saran Praktis
Ada 5 (lima) saran praktis di bawah ini dikembangkan dari prinsip-prinsip umum agardapat berpikir dan memecahkan masalah, yaitu :
1.      Pahami masalah: dengan cara mempertanyakan apa sebenarnya permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan menjawab apa masalahnya sebenarnya, di mana letak masalahnya, dan bagaimana peta masalahnya, maka kita sampai pada pemahaman terhadap masalah.
2.      Pikirkan masalah secara seksama: dengan memahami masalah kita dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan yang tepat, serta mengingat kembali pemecahan masalah serupa yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.      Kenali semua kemungkinan pemecahannya: kenali dan klasifikasikan beberapa kemungkinan pemecahan yang timbul dari penalaran. Kita dapat membuat dafar kemungkinan pemecahan dari yang paling sederhana sampai kepada yang kompeks.
4.      Temukan strategi pemecahannya: pada langkah ini kita telah memahami situasi yang sebenarnya serta telah mendapatkan kesimpulan yang tepat; pemecahan yang efektif dengan menggunakan suatu pilihan dan pendekatan tertentu.
5.      Evaluasi kemungkinan implementasi pemecahannya: setelah keputusan akhir diambil, evaluasi kembali pilihan itu. Pertimbangkan implementasinya, apakah pilihan tersebut rasional, logis, praktis dan layak? Jika kita sudah berketepatan hati, maka lakukanlah rangkaian tindakan yang harus dilakukan.

Sumber :
Henry C Ellis. 1978. Fundamentals of Human Learning. Memory and Cognition

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...