Oleh: Jumadi Tuasikal
Karakteristik yang paling penting dalam pembelajaran
individu adalah ingatan dan pengorganisasian. Jika karakteristik tidak maka
akan terjadi kekacauan dalam proses ingatan. karena itu ingatan harus disusun
sedemikian rupa.
A. Proses
pengorganisasian
Informasi dalam memori dapat dilihat dengan
cara:
1.
Melihat pengaruh konteks dalam ingatan (context
and memory). Konteks berperan membantu pengorganisasian bentuk-bentuk
tertentu untuk menempatkan informasi dalam memori.
2.
Constructive processes, proses ini mengacu kepada
tindakan yang dilakukan manusia untuk mampu mengintegrasikan atau
mengorganisasikan informasi dalam memori sehingga informasi tersebut menjadi
lebih padu atau koheren.
3.
Semantic memory, pembelajaran ingatan semantik
mempunyai hubungan dengan ingatan kita secara alami. Peristiwa semantik dalam
ingatan kita akan memberikan pengalaman bahasa yang baru. Peristiwa yang kita
dapatkan melalui pengalaman bahasa berbeda dari pengalaman dan peristiwa di
tempat-tempat tertentu. Berbagai makna kata dihubungkan satu sama lainnya dalam
memori oleh suatu titik hubung dalam suatu jaringan.
4.
Perceptual grouping and memory:
bahwa segala sesuatu informasi dikelompokkan secara perseptual, informasi yang
ada akan tersusun secara sementara, oleh karena itu manusia menggunakan susunan
untuk mengodekan dan menyimpan informasi tersebut.
B. Lupa
Secara sederhananya Lupa dimaknai sebagai kegagalan
untuk memunculkan kembali dari simpanan tentang informasi yang pernah ia
dapatkan. Salah satu penyebab kelupaan adalah kegagalan menggunakan materi yang
dipelajari, tidak adanya latihan dan pengulangan. Setelah informasi
ditempatkan dalam memori jangka panjang itu jauh lebih tahan terhadap kelupaan.
Namun demikian, informasi dalam sistem ini juga dapat melupakan fakta bahwa
meskipun memori jangka panjang adalah sebuah sistem yang stabil lebih dari
memori jangka pendek. Oleh karena itu, masalah utama dari memori jangka panjang
adalah untuk menentukan penyebab dari lupa setelah waktu lama yang melibatkan
tidak praktek tambahan.
Pandangan lama dipegang adalah bahwa
lupa terjadi karena tidak digunakan. Jika kita gagal untuk menggunakan bahan
belajar, dalam arti tidak ada praktek tambahan atau ulangan, maka ia berpikir
bahwa tidak digunakan akan membawa lupa. Sebuah teori tidak digunakan
menunjukkan bahwa lupa terjadi karena perjalanan waktu, namun perjalanan waktu,
yaitu, waktu per se, tidak dapat menjadi penyebab terjadinya lupa. Peristiwa
melakukan perubahan dalam perjalanan waktu tetapi bukan waktu yang menghasilkan
perubahan. Sebaliknya, itu adalah apa yang terjadi selama berjalannya waktu
yang membawa sekitar melupakan. Oleh karena itu, teori-teori memori telah
berfokus pada proccesses yang bisa menghasilkan melupakan.
1. Teori Klasik Lupa: Kerusakan dan Interferensi
Psikologi
memori telah mengusulkan dua jenis teori umum untuk menjelaskan lupa: decay theory dan interference theory. Teori decay berpendapat bahwa alur memori
yang merupakan perwakilan dari peristiwa akan melemah dan berkurang
secara otomatis bersamaan dengan perjalanan waktu. Ia berkurang secara otomatis
tanpa ada kaitannya dengan tambahan pembelajaran yang berlangsung. Pengurangan
atau pelemahan ini merupakan akibat dari sistem saraf manusia yang begiru
adanya, sehingga lupa merupakan gejala yang wajar dan alami. Sebaliknya theori interference beranggapan bahwa
lupa disebabkan oleh pengaruh pembelajaran baru dan pembelajaran sebelumnya.
Teori
interference memiliki
keuntungan besar yang dapat diuji secara eksperimental, sedangkan teori decay sudah sangat sulit untuk
mengevaluasi eksperimen. Studi teori interferensi telah menyebabkan pemeriksaan
efek peristiwa yang terjadi selama selang retensi, yaitu peristiwa yang terjadi
antara belajar beberapa tugas dan tes retensi. Studi tentang efek ini dikenal
sebagai inhibisi retroaktif.
a. Retroactive Inhibition
Retroactive inhibition mengacu pada
fakta bahwa suatu peristiwa dipelajari selama interval retensi dapat
menyebabkan kelupaan terhadap peristiwa yang dipelajari sebelumnya. Retroactive inhibition hanyalah
melupakan tugas sebelumnya dari proses belajar karena efek belajar beberapa
tugas interpolasi selama selang retensi. Misalnya anda belajar daftar kosakata
Spanyol dan kemudian belajar daftar kosakata perancis. Sebuah tes retensi Anda
dari Spanyol mungkin akan menunjukkan beberapa kelupaan kosakata Spanyol karena
interpolates kegiatan belajar bahasa Prancis. Apa yang Anda lakukan selama
selang antara belajar beberapa tugas dan sedang diuji untuk retensi dapat
memiliki efek kekuatan penuh pada apa yang Anda ingat.
b. Proactive Inhibition
Prosedur kedua yang digunakan untuk menyelidiki efek gangguan
pada retensi adalah salah satu yang proces inhibisi proaktif. Dalam proactive inhibition umum ini
kerugian dalam retensi yang dihasilkan oleh efek dari beberapa tugas yang
dipelajari sebelumnya.
c. Faktor-faktor yang
mempengaruhi retroactive inhibition dan
proactive inhibition
Faktor-faktor yang mempengaruhi retroactive inhibition dan proactive inhibition antara lain
adalah tingkat pembelajaran yang asli, tingkat pembelajaran dari tugas yang
menyimpang, kemiripan antara kedua tugas, faktor kontekstual, dan faktor
belajar. Bila tugas yang diberikan pada pembelajan asli dibuat lebih
mudah diingat, maka akan mudah dipelajari, dan sulit untuk dilupakan. Semakin
besar tingkat pembelajaran tugas-tugas yang menyimpang dari tugas belajar yang
pertama, semakin kecil tugas pembelajaran pertama dapat diingat. Semakin tinggi
tingkat kemiripan antara tugas pertama dan tugas kedua, semakin besar peluang
lupa.
d. Interference Theory
Interference theory yang berasal
dari kajian retroactive inhibition dan
proactive inhibition dalam long-term memory berangkat dari
asumsi bahwa kelupaan merupakan akibat dari pembelajaran yang lain yang
menghalangi proses mengingat kembali sesuatu yang dipelajari. Salah satu aspek
dari interference theory adalah
persaingan respon. Menurut pandangan ini, respon yang diperlukan dalam
pembelajaran asli, yang terinterpolasi dan lekat pada stimulus yang mirip,
tetap ada dalam memori sipelajar dan bersaing satu sama lain pada saat
sipelajara berusaha memanggil kembali informasi yang asli. Sehingga muncul
faktor kedua yang disebut dengan unlearning.
Konsep ini mempunyai pandangan bahwa respon pembelajaran yang pertama
cenderung untuk tidak dipelajari atau dihilangkan pada saat pada saat
pembelajaran kedua datang.
2. Pendekatan Proses Informasi Lupa
Pendekatan
proses informasi berpandangan bahwa lupa merupakan akibat dari kegagalan untuk
menemubalikkan informasi yang diperlukan. Endel Tulving membedakan antara
kelupaan trace-dependent dan cue-dependent. Teori yang
menjelaskan kelupaan dalam pandangan decay
berasumsi bahwa kelupaan di dalam long-term
memory terjadi karena proses trace-dependent.
Sebaliknya teori yang berpendapat bahwa kelupaan terjadi karena
kekurangan kunci-kunci penemubalikkan menekankan proses ketergantungan pada cue-dependent. Pandangan terakhir ini
berpendapat bahwa begitu informasi telah dikodekan dengan efektif dan disimpan
di dalam memori, maka yang menjadi masalah hanya penemubalikkan informasi
tersebut. Dengan demikian, faktor kelupaan yang paling dominan menurut pandangan
ini adalah hilangnya efektifitas kunci.
C.
Model Memori
Dalam
sistem otak kita terdapat dua model memori, yaitu: model Penyangga (Buffer) dan Model Human Associative Memory (HAM). Buffer Model dikembangkan oleh Richard Atkinson dan Richard
Shiffrin tahun 1968, yang terdiri dari da komponen dasar yaitu: bentuk
struktural dan faktor. Bentuk struktural dari model ini terdiri dari sensory register, the short-term store, and
long-term store yang merupakan bentuk permanen dari sistem memori.
Sebaliknya, proses kontrol merupakan aspek yang tidak permanen dari sistem
memori dan merupakan proses sementara di bawah kendali manusia. Short-term store merupakan memori
kerja manusia yang mempunyai
beberapa fungsi, yaitu fungsi pertama yaitu sebagai alat penghubung antara short-term memory dan long-term memory.
Fungsi kedua
yaitu mengurus informasi yang telah ditemubalikkan dari long-term memory. Fungsi ketiga yaitu mempermudah pengalihan
informasi dari short-term ke long-trm memory. Human Associative Memory (HAM) Model
dikemukakan oleh Jhon Anderson and Gordon Bower (1973). Menurut model HAM,
ingatan mempunyai hubungan yang bermakna antara unit-unit informasi yang
dikodekan yang tersimpan dalam memori. Maksudnya adalah mengaitkan sesuatu
dengan apa saja, bukan hanya dengan manusia, misalnya: kalau ingat buku,
asosiasinya adalah tebu, ruas-ruas kuku, belajar, dan sebagainya.
Beberapa kebiasaan yang baik bisa dikembangkan berdasarkan
teori dan kajian tentang memori, yaitu: pemahaman terhadap suatu objek yang
dipelajari, memfokuskan perhatian pada materi pelajaran, mengatur susunan atau
urutan penguatan, menyusun dan mengorganisasikan materi kedalam bentuk yang
sangat sistematis dan bermanfaat, serta latihan proses penemuan kembali
(retrieval).
D. Kebiasaan
Belajar Memori
Beberapa kebiasaan yang baik bisa dikembangkan berdasarkan
teori dan kajian tentang memori, yaitu:
1. Pemahaman terhadap suatu objek yang dipelajari (pahami
sasaran dan tujuan).
Sebelum membaca buku teks sangat baik di lakukan review atau
membeca kerangka bab-babdan juga perhatikan table yang memiliki hubungan dengan
sasaran.
2. Memfokuskan perhatian pada materi pelajaran
3. Mengatur susunan atau urutan penguatan
Buatlah jadwal kegiatan yang baik serta disertai dengan
sedikit reward di akhir belajar.
4. Menyusun dan mengorganisasikan materi kedalam bentuk yang
sangat sistematis dan bermanfaat. Ada lima dasar untuk menyusun materi
tersebut: hakikat atau cirri dari konsep, metode pengukuran kajian, proses dan
prinsip utama, isu-isu teoritis, implikasi dan penerapan prinsip-prinsip yang dipelajari.
5. Serta latihan
proses penemuan kembali (retrieval).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar