Oleh: Jumadi Tuasikal
Teori John L. Holland adalah teori
dengan mengajukan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukan sain-sain
yang telah ada. Pada intinya teori ini menganggap bahwa suatu pemilihan pekerjaan
atau jabatan adalah merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas
dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua dan orang dewasa yang
dianggap memiliki peranan yang penting
Berdasarkan pengalaman yang cukup
luas sebagai seorang konselor vakasional dan bekerja dalam klinik, dan juga
didasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat, maka Holland
merumuskan tipe kepribadian menjadi enam golongan. Setiap golongan dijabarkan
ke dalam suatu model teori yang disebut model orientasi (the model
orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku
penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki urutan orientasi yang
berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu
mempunyai corak hidup yang berbeda
Holland berusaha menjelaskan soal
pilihan perkerjaan dari sudut lingkungan, pribadi dan perkembangannya, dan
interaksi pribadi dengan lingkungannya yang merupakan perpaduan pandangan lain
yang dinilainya terlalu luas/terlalu dalam.
A.
Pokok-pokok pikiran teori
pilihan jabatan Holland
Dewa Ketut
Sukardi (1987) menyimpulkan ada 12 pokok pikiran teori Holland yang berkaitan
dengan perkembangan Karir:
1.
Pilihan suatu pekerjaan atau
jabatan adalah merupakan pernyataan dari kepribadian seseorang
2.
Stereotipe vokasional mempunyai makna psikologis dan sosiologis. Dengan pengertian lain
seseorang dapat mengadakan interpretasi terhadap orang lain didasarkan atas
pergaulan dengan teman-temannya, pakaiannya, perilakunya serta pekerjaan yang
sedang ditekuninya
3.
Inventori minat adalah merupakan
inventori kepribadian
4.
Individu-individu akan memasuki
suatu pekerjaan atau jabatan yang sama disebabkan karena mereka memiliki
kepribadian, dan sejarah kepribadian yang serupa, maka dari itu setiap jabatan
atau pekerjaan akan menarik bagi individu-individu yang mempunyai kepribadian
yang sama atau serupa
5.
Disebabkan oleh karena individu–individu
berada dalam suatu kategori atau satu rumpun pekerjaan memiliki kepribadian
yang sama atau serupa, maka mereka akan menanggapi situasi dengan cara yang
sama atau serupa, dan lebih lanjut akan membentuk lingkaran hubungan antar pribadi
6.
Kepuasan, kemantapan dan hasil
prestasi kerja itu akan dapat dicapai oleh individu itu bergantung dengan
kongruensi antara kerpribadian individu dengan lingkungan dimana individu itu
berada
7.
Pengetahuan tentang kehidupan
adalah seringkali tidak tersusun dan terpisah dari batang tubuh ilmu pengetahuan
psikologi dan sosiologi
8.
Terdapat enam model lingkungan
atau suasana pekerjaan, yaitu: realistis, intelektual, pelayanan (sosial),
pengabdian, usaha dan artistik. Masing-masing suasana dikuasai oleh satu tipe
kepribadian tertentu dan masing-masing suasana ditandai oleh keadaan fisik yang
menimbulkan tekanan dan masalah tertentu. Setiap tipe merupakan hasil interaksi
antara faktor hereditas, budaya dan pribadi yang ada disekitarnya
9.
Individu-individu berusaha untuk
memperoleh pekerjaan atau jabatan bertujuan untuk melaksanakan potensi-potensi
yang dimilikinya, menyatakan sikap dan nilai-nilai yang dimilikinya, mengambil
peranan di dalamnya, serta menghindari berbagai peranan atau problema yang
tidak dikehendaki atau disetujuinya
10.
Perilaku seseorang dapat dipahami
dan dibaca melalui bagaimana terjadinya interaksi antara pola kepribadiannya
dengan lingkungannya. Pemahanan pola interaksi ini bermanfaat digunakan
terutama dalam pemilihan job training dan pekerjaan, tingkat keberhasilan dalam
pekerjaan, mobilitas pekerjaan dan lain-lainnya
11.
Di dalam masyarkat pada umumnya
individu dapat digolongkan ke dalam salah satu dari enam model orientasi.
Setiap tipe merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara faktor
hereditas, budaya dan pribadi-pribadi di sekitarnya. Kelompok sifat-sifat
pribadi ini kemudian akan membentuk sejumlah potensi khusus untuk mendapatkan
keberhasilan dan aspirasi tertentu. Membanding-bandingkan sifat-sifat pribadi
seseorang dengan sifat-sifat pribadi lainnya, akan dapat ditentukan tipe model
seseorang. Tipe model ini nantinya akan menjadi tipe kepribadiannya.
Jadi inti dari pokok pikiran teori
Holland adalah suatu pemilihan pekerjaan atau job merupakan hasil dari
interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul,
orang tua dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting.
B.
Asumsi-asumsi yang
mendasari teori Holland
Munandir (1996) mengemukakan bahwa
asumsi yang mendasari teori Holland adala sebagai berikut:
1.
Dari kecocokan orang dengan
lngkungan dapat diramalkan pilihan pekerjaan orang itu dan kemantapan serta
prestasi kerjanya, pilihan pendidikan dan prestasinya, kemampuan pribadi,
tingkah laku sosial dan seberapa jauh seseorang dapat dipengaruhi
2.
Tipe orang itu bersifat teoritis
dan merupakan model yang dapat dipakai untuk menilai orang yang sebenarnya.
Dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan (budaya, sosial, fisik)
orang mempunyai preferensi (pilihan), sikap dan kemampuan atas kegiatan
tertentu dari pada kegiatan lain
3.
Lingkungan menggambarkan orangnya.
Karena diciptakan oleh orang-orang yang mempunyai minat, kemampuan dan
pandangan yang cocok
Selanjutnya versi lain mengenai
mengenai asumsi teori Holland dikemukakan oleh Edwin L. Herr (1986), yaitu:
1.
Dalam budaya kita, kebanyakan
orang bisa dikategorikan pada salah satu dari 6 tipe, yaitu realistik,
investigasi, artistik, sosial, enterprise atau konvensional
2.
Ada 6 macam lingkungan, yaitu
realistik, investigasi, artistik, sosial, enterprise dan konvensional
3.
Orang adalah penyelidik untuk
lingkungannya yang akan melatih keterampilan dan mengekspresikan kemampuan
mereka, nilai serta membantu menyelesaikan masalah dan aturan
4.
Tingkah seseorang adalah gabungan
dari interaksi antara kepribadian dan lingkungan
Jadi teori Holland tentang pilihan
karir muncul dari adanya asumsi tentang pengaruh antara faktor hereditas dan
lingkungan terhadap diri seseorang sehingga yang kemudian dapat dikelompokannya
6 tipe kepribadian dan lingkungan kerjanya.
C.
Lingkungan/Model Kerja
Dari sekian banyak pekerjaan yang
ada di masyarakat dapat digolongkan 6 lingkungan kerja yaitu:
1.
Lingkungan kerja realistik
Lingkungan kerja realistik ditandai dengan tugas-tugas yang
konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuninya.
Memerlukan bentuk kecakapan, gerakan, ketahanan. Misalnya lingkungan tukang
kayu, petani, sopir operator mesin
2.
Lingkungan kerja intelelektual
Lingkungan kerja intelektual ditandai dengan berbagai tugas
yang memerlukan kemampuan abstrak dan kreatif. Untuk memecahkan masalah yang
efektif dan efisien diperlukan intelegensi, imajinasi serta kepekaan terhadap
berbagai masalah yang bersifat intelektual. Kriteria keberhasilan dalam
melaksanakan tugas bersifat objektif, yang bisa diukur tetapi memerlukan waktu
yang cukup lama dan secara bertahap. Seperti lingkungan fisikawan,
matematikawan
3.
Lingkungan kerja sosial
Lingkungan
kerja sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi
dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.
Contoh pekerja sosial, guru, konselor
4.
Lingkungan kerja konvensional
Lingkungan
kerja konvensional ditandai dengan bermacam tugas dan pemecahan masalah yang
memerlukan proses informasi verbal dan matematis secara kontiniu, rutin,
konkrit dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan
jelas dan memerlukan waktu yang relatif singkat. Contohnya kasir, sekretaris,
ahli statistik, pengawas keuangan, pegawai arsip
5.
Lingkungan kerja usaha
Lingkungan
kerja usaha ditandai dengan bermacam tugas yang menitik beratkan pada kemampuan
verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Contohnya
politikus, manajer, konsultan bidang industri, pedagang
6.
Lingkungan kerja artistik
Lingkungan
kerja artistik ditandai dengan berbagai macam tugas yang memerlukan
interpretasi/kreasi bentuk artistik melalui cita rasa, perasaan, dan imajinasi.
Contohnya ahli musik, ahli drama, penyair, seniman
D.
Tipe Kepribadian
Sesuai dengan macam-macam lingkungan
kerja, Holland juga mengenali ada 6 jenis kepribadian, yaitu:
1.
Realistis
Ciri-cirinya: kejantanan, kekuatan otot, mempunyai
kecakapan dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan verbal,
konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki keterampilan sosial serta kurang peka
dalam hubungan dengan orang lain
2.
Intelektual
Ciri-cirinya: memiliki kecederungan untuk merenung,
membutuhkan pemahaman, tidak sosial, memiliki nilai dan sikap yang tidak
konvensional, dan kegiatan yang bersifat intraseptif
3.
Sosial
Ciri-cirinya: pandai bergaul dan berbicara, bersifat
responsif, bertanggung jawab, kemanusiaan bersifat religius, senang memberikan
perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antar pribadi, lebih
berorientasi pada perasaan
4.
Konvensional
Ciri-cirinya: memiliki kecenderungan terhadap kegiatan
verbal, menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerikal yang teratur,
menghindari segala situasi yang kabur, senang mangabdi, mencapai tujuan dengan
mengadaptasikan dirinya, ketergantungan pada atasan
5.
Usaha
Ciri-cirinya: memiliki keterampilan berbicara dalam
menguasai dan mempengaruhi orang lain, manganggap dirinya paling kuat, mudah
mengadaptasikan dengan orang lain, agresif dalam kegiatan lisan
6.
Artistik
Ciri-cirinya: bersifat tidak sosial, lebih menyukai menghadapi
keadaan sekitar dengan melalui ekspresi diri, cenderung sukar menyesuaikan diri.
E.
Konsep pokok teori Holland
Holland
dalam Munandir (1996) mengemukakan 4 konsep pokok dalam teorinya:
1.
Konsistensi
Berkenaan dengan pertanyaan seberapa dekatkah suatu tipe
kepribadian dan tipe lingkungan dengan
tipe-tipe lainnya
2.
Differensiasi
Differensiasi adalah seberapa jauh kemurnian orang, atau
kesedikitan kemiripan dengan tipe-tipe lain
3.
Kongruensi
Menunjukan kecocokan tipe kepribadian seseorang dengan tipe
lingkungan dimana ia tinggal dan bekerja
4.
Kalkulus
Merupakan pengaturan hubungan yang ada di dalam tipe-tipe
(lingkungan) dan diantara tipe-tipe itu, sehingga jarak antara tipe-tipe atau
lingkungan-lingkungan berbanding berbalik dengan hubungan teoritis antara
tipe-tipe
Sumber Bacaan:
Dewa Ketut Sukardi. (1987). Bimbingan
Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia
Edwin
L. Herr. (1984). Career Guidance Counseling Through the Life Span Systematic
Approaches. Toronto: Little, Brown & Company
Munandir.
(1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar