Oleh: Jumadi Mori Salam Tuasikal
A.
Definisi Trait and Factor
Secara
bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu.
Sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimilki oleh
sebuah pekerjaan atau suatu jabatan. Teori Trait and factor memberikan asumsi
bahwa kecocokan antara trait dengan factor akan melahirkan kesuksesan dalam
suatu karir yang dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan dalam
mencocokkan Trait dengan factor akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah
pekerjaan.(Hadiarni Irman, 89-90: 2009)
Teori Trait-Factor adalah pandangan
yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan
mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis
yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling trait-facot
berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes psikologis untuk
menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek
kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu program studi
Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).
B.
Pendekatan Perkembangan Karir
Trait dan Factor
Dalam
pendekatan trait dan faktor, individu tersebut telah mengerti pola dari
perilaku seperti ketertarikan, tingkah laku, pencapaian, dan karakteristik
kepribadian, yang dikenal melalui maksud yang objektif, seperti biasanya tes
psikologi ataupun inventori, dan profil yang mewakili potensi dari si individu
tadi.
Pendekatan
trait dan faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan
terdiri dari faktor yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa
diprofilkan berdasarkan kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.
Menurut
CH Miller (1974, p. 238) dia memberikan asumsi yang membawahi pendekatan trait
dan faktor terdiri dari:
1.
Pilihan
dilakukan untuk mencapai yang telah direncanankan.
2. Pilihan okupasi adalah even yang
tersendiri.
3. Dimana adnya satu tujuan untuk setiap
orang dalam pemilihan.
4. Satu orang bekerja dalam setiap
pekerjaan. Ini sama halnya dengan koin bermata dua.
5.
Adanya
pemilihan kerja yang tersedia untuk setiap individu.
Secara
unsur sejarah, studi trait dan faktor telah menyediakan pondasi teksnis untuk
menjelaskan tiga proses langkah dari bimbingan yang didasarkan oleh F. Parsons
(1909). Asumsi dari parsons yang mana pendekatan trait dan faktor
berorientasikan kepada okupasi yang secara spesifik atau khusus, atau tugas
yang sebagai kriteria kepada variabel seperti perilaku, kemampuan mental,
sosioekonmi, ketertrikan atau gaji, menifestasi dari kepribadian.
Perkembangan
karir sebenarnya tidak hanya mengenai pemilihan okupasi tetapi juga mengenai
proses seperti pemilihan secara tertuju dan terintegrasi dalam bentuk pilihan
yang tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan mengertinya antara
perilaku dalam pekerjaan.
Menurut Krumboltz (1994), dia
berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor bahwasanya “hal itu tidak
membantu kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang dibutuhkan dalam
pencarian kerja, hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya
pekerjaan dan phobia kerja, juga tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga
yang memiliki dual pekerjaan, bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya da
ini berkaitan dengan konseling karir. Oleh karena itu trait dan faktor teori,
merupakan gambaran dari perkembangan karir dan pembuatan pemilihan dalam
pekerjaan saja yang sesuai dengan aptitudes dan skill yang dimiliki individu.
Chartrand (1991) menyimpulkan bahwa
pertama, orang akan digambarkan mampu dalam membuat pilihan yang rasional. Ini
tidak berarti bahwa proses perilaku bisa dihilangkan. Kedua, orang akan bekerja
dalam lingkungan yng berbeda dalam kereliabelan, bermakna dan cara yang
konsisten, ini bukan berarti bahwa satu tipe orang bekerja dalam satu
pekerjaan. Ketiga, semakin besar kongruen antara karakteristik pribadi dan persyaratan
pekerjaan, maka semakin tingginya kecendrungan kesuksesan. Ini berarti bahwa
pengetahuan seseorag dan pola lingkungannya bisa digunakan untuk memberitahukan
orang tentang kemungkinan dari kepuasan dan peningkatan dalam perbedaan
pendidikan dan seting pekerjaan.
C.
Asumsi
Trait- Factor Cuonseling
Menurut
Miller mengemukakan bahwa asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan trait and
factor meliputi:
a.
Perkembangan vokasional
sebagian besar merupakan merupakan suatu proses kognitif, keputusan-keputusan
dicapai melalui penalaran.
b.
Pilihan okupasioanal
merupakan suatu peristiwa tunggal berdasarkan parson, pilihan diberikan
penekanan yang terbesar dan perkembangan diberikan penekanan yang sangat kecil.
c.
Bagi setiap orang
terdapat suatu tujuan “benar” dalam pilihan fokasi.
d.
Satu tipe orang untuk
setiap pekerjaan.
e.
Terdapat satu pilihan
okuasioanal yang tersedia bagi setiap individu.
Menurut
Frederickson asumsi yang mendasari teori trait-factor adalah :
a.
Setiap individu
memiliki pola sifat unik yang dapat diukur secara akurat.
b.
Setiap okupasi atau
pekerjaan memiliki syarat-syarat sifat yang unik yang dan diukur, pengukuran
dilakukan untuk mengetahui bagaimana pekerjaan itu dapat dilakukan dengan
berhasil dalam berbagai setting.
c.
Sifat-sifat individu
dapat dicocokkan dengan sifat persyaratan pekerjaan atau macthing.
d.
Makin cocok antara
sifat individu dengan sifat persyaratan kerja, maka akan produktif dan puas
seseorang dengan okupasinya atau pekerjaannya.
Sedangkan menurut Williamson (WS. Winkel
1997: 388-389) : sejumlah asumsi yang mendasari trait-factor counseling adalah
:
a.
Setiap individu
mempunyai sejumlah kemampuan dan kompetensi, seperti taraf intelegensi umum,
bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan, yang bersama-sama
membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
b.
Pola kemampuan dan
potensi yang tampak pada seseorang menunjukan hubungan yang berlain-lainan
dengan kemampuan dan keterampilan yang
dituntut pada seorang pekerja diberbagai bidang pekerjaan.
c.
Penentuan kecocokan
atau ketidak cocokan antara data tentang tuntutan programn studi dan data
tentang individu lebih dapat diandalkan dari pada hanya perkiraan kecocokan
atas dasar pandangan pribadi tentang diri sendiri dan sekedar kesan tuntutan
program studi
d.
Setiap individu mampu,
berkeinginan, dan berkecendrungan untuk mengenal diri sendiri serta
memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berfikir baik-baik, sehingga dia akan
menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian
mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Dari pendapat-pendapat di atas ada
beberapa asumsi yang mendasari lahirnya teori ini, yaitu:
a.
Seorang individu
memiliki berbagai perbedaan dan keragaman yang amat mendasar bila dibandingkan
dengan individu lainya baik bakat, minat, sikap, kemampuan akademik,
keterampilan dan kondisi fisik.
b.
Berbagai pekerjaan
memiliki perbedaan yang mendasar antara suatu pekerjaan atau jabatan tertentu
dengan jabatan lainnya.
c.
Bahwa seorang individu
memiliki sebuah pilihan yang tunggal terhadap suatu karir atau jabatan tertentu
yang akan dilalaui selama hidup dan sepanjang hayatnya.
d.
Bahwa pekerjaan dan
jabatan yang dilalui oleh serorang individu dalam hidup dan kehidupannya merupakan
panggilan asasi yang lahir dari hati nurani dan jiwa paling dalam.
D.
Penerapan
Teori Trait And Factor
Dari
pemahaman teori trait and factor banyak hal yang bias dilakukan oleh seorang
konselor dalam penerapannya dilapangan. Secara garis besar, setidaknya ada
empay langkah yang diterapkan konselor, yaitu:
a.
Mengenal klien, dengan
data yang akurat dan lengkap sehingga data kien menjadi modal awal bagi
konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif dan diploment.
b.
Mengadakan peninjauan
terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan pengenalan sifat
pekerjaan, keahlian yang dibutuhkan pekerjaan dan prasyarat lainnya, sehingga
seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan sempurna tentang
pekerjaan dan jabatan yang ada.
c.
Mencocokan potensi
(bakat, minat, kecendrungan, keahlian dan kondisi objektif lainnya) yang
dimiliki oleh klien dengan pekerjaan dan jabatan yang ada.
d.
Melakukan konseling
dengan klien dan mendiskusikan perihal sehubunggan dengan data diri dan
pekerjaan, untuk melakukan pilihan, keputusan diri dan berbagai solusi terhadap
masalah yang dialami klien.
Dari
uraian di atas dapat dipahami bahwa konseling karir mencocokkan kedua factor
ini, yaitu diri dan okupasional. Dengan bertambahnya pengalaman, maka proses
penyesuaian menjadi lebih efisien. Williamson (Issacson 1977: 38), menunjukkan
konseling melibatkan enam langkah antara lain:
a.
Analisis, mengumpulkan
data tentang individu, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan harian,
otobiografi dan tes psikologi.
b.
Sintesis: Merangkum,
menggolongkan dan menghubungkan data yang diperoleh sehingga memperoleh
gambaran tentang kelemahan dan kelebihan individu.
c.
Diagnosis: Masalah dan
sebab-sebabnya dikemukakan. Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran, pribadi
individu yang diperoleh dari hasil
analisis dan sintesis
d.
Prognosis: kemungkinan
keberhasilan setiap pilihan diperiksa.
e.
Konseling: Konselor
membantu klien untk memahami, menerima dan menggunakan informasi tentang diri
dan okupasi-okupasi.
f.
Tindak lanjut:
Pengecekan dilakukan mengenai kesesuaian keputusan-keputusan dan kebutuhan akan
bantuan lanjutan.
E.
Tujuan Trait- Factor Counseling
Trait-
factor counseling bertujuan mengajak individu untuk berfikir mengenai dirinya
serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari
masalah yang dihadapinya. Traid factor dimaksudkan agar individu mengalami :
(1) klarifikasi diri, (2) pemahaman diri, (3) penerimaan diri, (4) pengarahan
diri, (5) aktualisasi diri.
F.
Analisis
Teori Trait And Factor
Menurut
(Hadiarni dan Irman, 2009: 98).Di antara keunggulan yang dimilikinya adalah:
a.
Klien mendapatkan data
yang akurat dan valid tentang dirinya, yang diperoleh melalui tes psikologi dan
non tes yang dikerjakan oleh konselor secara ilmiah.
b.
Klien mendapatkan
berbagai informasi dunia kerja dan berbagai persyaratan yang mesti dimiliki
untuk dimasuki dunia kerja tersebut.
c.
Klien mendapatkan
berbagai tawaran terhadap pilihan pekerjaan, kepuasan karir, dan solusi
terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya.
d.
Klien akan lebih puas
apabila mendapatkan karir sesuai dengan analisis sifat dan factor. Kemungkinan
tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam mengeluti karir akan lebih tinggi.
Disamping keunggulan, menurut (Hadiarni dan Irman, 2009:
98- 99) juga ditemukan kelemahan yang dimiliki teori trait and factor,
diantaranya adalah:
a.
Klien lebih bersifat
pasif dan yang lebih aktif itu guru pembimbing (konselor)
b.
Klien akan frustasi
apabila tawaran pilihan karir tidak dapat dia temukan, karena klien terbatas
pada pilihan karir yang telah diteapkan oleh konselor berdasarkan analisa sifat
dan factor.
Dalam konseling yang lebih tahu
tentang diri klien adalah klien itu sendiri, tugas dari konselor adalah
menemukan potensi diri yang dimiliki klien dan melahirkan kemandirian yang
sesungguhanya, sementara dalam konseling trait and factor ini sebaliknya. Dari
berbagai keunggulan dalm kelemahan yang dimiliki oleh teori trait and factor,
sebagai konselor disekolah maupun diluar sekolah, tentu memiliki sikap dalam
penerapan konseling dilapangan, diantara sikap seorang konselor dalam bekerja
semestinya melihat dan memahami situasi dan kondisi yang ada, artinya satu
teori untuk satu persoalan mungkin cocok dan amat tepat sekali, akan tetapi
untuk persoalan yang lain mungkin tidak pas.
G.
Implikasi
Teori Trait-Factor Counseling Bagi Konselor
Teori trait-factor menawarkan
sejumlah implikasi bagi para konselor antara lain (M. Thayeb, 1992: 67-68) :
a.
Karena
individu-individu memilikih sifat-sifat yang berhubungan dengan pilihan
okupasional yang dapat diukur, maka konselor dapat membantunya memahami dirinya
sendiri, minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilannya
yang dapat ditransfer.
b.
Karena okupasi-okupasi
dapat digambarkan menurut tugas-tugas, menjadi tidak asing dengan tugas-tugas
okupasional, maka konselor membantu klien mempelajarinya sehingga mereka dapat
membedakan dan mengambarkan okupasi-okupasi.
c.
Karena mempelajari
bagaimana mengumpulkan, memahami, dan menerapkan informasi tentang diri dan
dunia kerja merupakan suatu ketrampilan penting dan pokok untuk mengambil
keputusan-keputusan, maka konselor harus membantu individu-individu
mempempelajari ketrampilan
Referensi:
Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling karir. Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press.
Mohammad Thayeb Manrihu. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar