Oleh: Jumadi Tuasikal
A. PENGANTAR KOSISTRAN
Analisis transaksional adalah salah
satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional.
Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi
terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek
perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi
dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan
pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka proses terapi
mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan
hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne
menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana
ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan
hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan
diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
Teori analisis transaksional
merupakan karya besar Eric Berne, yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah
seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis
transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam
konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu
pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun
dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun
nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara
mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa
yang dipertukarkan).
Transaksional maksudnya ialah hubungan
komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu
meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil
analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung
secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan
apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
B. PANDANGAN
TENTANG MANUSIA
Pendekatan Analisis Transaksional memandang manusia sebagai
makhluk antideterministik (anti untuk dikondisikan). Pandangan ini menempatkan
kepercayaan bahwa individu memiliki kapasitas untuk bisa memilih tujuan dan
tingkah laku baru. Pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan awal
yang dilakukan oleh konseli dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat
keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari
kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan kesadaran konseli sehingga
konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
Pandangan analisis transaksional tentang
hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan –
dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”. Sentuhan ini ada yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbentuk verbal dan fisik. Yang
menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan
melalaui transaksi. Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah
hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda.
C. STRUKTUR
KEPRIBADIAN
Analisis transaksional meyakini pada diri
individu terdapat unsur-unsur kepribadian yang terstruktur dan itu
meruakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”. Adapun unsur
kepribadian itu terdiri dari:
1) Ego State Orang Tua (Parent)
Ego state orang tua cenderung memiliki ciri-ciri antara
lain : menasehati, kritik, berperilaku sesuai dengan aturan atau ketentuan
instuisi yang berperan penting selama masa pendidikan seseorang. Terdapat dua
jenis ego state orang
tua, yaitu:
Ø Orang
tua yang membimbing (nurturing parent)
Ciri –ciri orang tua yang
membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan
kebutuhan orang lain, serta menilai dan memberi batasan benar salah yang
tegas.
Ø Orang
tua yang mengkritik (critical
parent)
Ciri-cirinya adalah
cenderung menasehati, mengkritik, dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung
keras. Sering kali mengatakan “tidak”, “jangan”. Pada saat berbicara pada
umumnya sambil menunjuk.
2) Ego State Orang Dewasa (Adult)
Ciri-ciri dari ego state ini adalah berpikir
logis berdasarkan fakta-fakta obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, tidak
emosional, dan bersifat rasional. Ego
state orang dewasa adalah bagian dari obyektif dari individu
di mana ia menerima, menyimpan, memproses, dan mengirim informasi kembali
berasarkan opini dan perasaan.
3) Ego State Anak-anak ( Child)
Ego
state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls dan
spontanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan,
perasaan, dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal
yang direspon dengan melihat, mendengar, dan memahami sesuatu, menipulasi
lingkungan seperti menunjukkan sikap manja dan menangis. Terdapat tiga
jenis ego state anak,
yaitu :
Ø Anak
yang alamiah (natural child)
Cirinya ada;ah spontan
mengungkapkan perasaan dan keinginannyyam baik emosi positif maupun negatif.
Ø Profesor
kecil (the little professor)
Anak yang menunjukkan
“kebijaksanaan” anak-anak. Cirinya adalah egosentris, manipulatif, dan
kreatif.
Ø Anak
yang menyesuaikan diri (adapted
child)
Ego
state yang melakukan penyesuaian diri terhadap ego state orang tua yang
dimainkan orang lain. Terdapat dua jenis ego state dalam ego state anak yang menyesuaikan diri, yaitu:
a)
Anak yang penurut (conforming child) Ego
state yang melakukan apa yang dikehendaki orang lain bukan ungkapan
perasaan dan keinginan sebenarnya.
b)
Anak yang pemberontak (rebellious child) Ego state yang
melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak orang lain. Misalnya : ungkapan
“tidak mau”, “masa bodoh.”
D. MOTIVASI
HIDUP
Hansen
(dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia menjadi tiga
bagian menurut analisis transaksional yaitu:
1.
Kebutuhan akan
memperoleh rangsangan
Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah (salaman,
tepukan, belaian), rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian,
sanjungan)maupun negative(ejekan, cemoohan, hinaan). Sentuhan akan memberikan
warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu bersifat sistematis maka
anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang biasa mendengar kata-kata
kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar kata-kata tersebut maka ia
akan merasakan keanehan.
2.
Kebutuhan untuk
menstruktur waktu
Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari
sentuhan;
a)
With drawl
Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu
mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.
b)
Ritual
Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh
sentuhan dengan sedikit modal energy atau juga melihat sedikit resiko.
c)
Pas time
Individu mencari sentuhan dengn melalukan
waktu\membiarkan waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas.
d)
Activity
Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu
diperoleh sentuhan.
e)
Games
Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara
melakukan permainan dengan orang lain.
f)
Intimacy
Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan
intim baik dengan individu lain ataupun dengan benda.
3.
Kebutuhan untuk
memperoleh posisi hidup
Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik
(2009) membagi empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;
a.
Saya OK kamu OK
Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang
apabila ia merasa beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi
bersifat evolusioner yaitu berubah secara lambat.
b.
Saya OK kamu tidak OK
Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa
posisinya beres dan posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk
merubah pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.
c.
Saya tidak OK kamu OK
Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang
merasa dirinya tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini
devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih posisi
ini mempunyai sifat rendah diri.
d.
Saya tidak OK kamu tidak OK
Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak
beres dan orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu
siapa yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.
E. JENIS-JENIS
TRANSAKSI
Gerald
Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian
yaitu transaksi sejajar, silang dan terselubung:
1.
Transaksi sejajar
Individu yang berkomunikasi
dengan menggunakan ego state tertentu sehingganya respon yang ditampilakan oleh
orang lain sesuai dengan yang diharapkan
2.
Transaksi silang
Penampilan ego state
seseorang sehingganya respon yang diberikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
3.
Transaksi
terselubung
Penampilan ego state
seseorang yang dalam komunikasi yang memiliki tujuan terselubung dari maksud
pembicaraannya.
F. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut
Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah:
1.
Individu dapat menampilkan ego statenya
secara luwes sesuai dengan tempat ia berada
2.
Individu berusaha menemukan naskah hidupnya
secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3.
Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK
kamu Ok
4.
Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku
dan tidak cair.
G. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL
Masih dalam buku sumber yang sama cirri
kepribadian yang abnormal ialah:
1.
Kecendrungan untuk memilih posisi
devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok
2.
Kecenderungan untuk menggunakan ego state
yang tunggal untuk situasi yang berbeda.
3.
Ego state yang ditampilkannya terlalu cair sehingga
tidak ada batas antara ego state yang satu dengan yang lainnya.
4.
Ego statenya tercemar, misalnya ego state
edult dicemari oleh ego state child, dan ego state parent.
H. TUJUAN
DAN PROSES KONSELING
Adapun tujuan dari konseling ini ialah:
1.
Mendekontaminasikan ego state yang terganggu
2.
Membantu mengunakan ketiga ego state secara
baik dan lentur
3.
Membantu menggunakan ego state adult secara
optimal
4.
Mendorong berkembangnya life position SOKO
dan lifi script baru dan produktif.
Berikut
ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan konseling
dengan menggunakan analisis transaksional.
1.
Analisis struktur
Menjelaskan kepada klien
bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga ego state dan menjelaskan
tentang ego state itu satu persatu, sehingganya individu itu sadar ego state
yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.
2.
Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola
transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor dapat mengetahui ego state yang
mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah
tepat atau belum.
3.
Analisis permainan
Konselor menganalisis
suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu
dilihat apakah kline mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko
yang tingkatnya lebih rendah.
4.
Analisis naskah
hidup
Hal ini dilakukan apabila
konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkiti posisi hidup yang tidak
sehat.
I. TEKNIK-TEKNIK
KONSELING
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1.
Permission
Memperbolehkan klien
melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya
2.
Protection
Melindungi klien dari
ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
3.
Potency
Mendorong klien untuk
menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya.
4. Operation;
Ø Interrogation
Mengkonfrontasikan
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya
berkembang respon adult dalam dirinya.
Ø Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan
sehingganya klien paham tentang ego statenya.
Ø Confrontation
Menunjukkan kesenjangan atau
ketidak beresan pada diri klien
Ø Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi
antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi
(konselor mengajar klien)
Ø Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada
klien agar ego statenya digunakan secara tepat.
Ø Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih
keras lagi.
Ø Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang
dari tingkah lakunya
Ø Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya
klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
Sumber:
Hansen, James C. 1977. Counseling
Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan
BK FIP UNP
Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan
BK FIP UNP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar