Senin, Maret 7

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL (BERNE)


                                                       Oleh: Jumadi Tuasikal 
 
A.    PENGANTAR KOSISTRAN
            Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
            Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne, yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
 Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.


B.     PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Pendekatan Analisis Transaksional  memandang manusia sebagai makhluk antideterministik (anti untuk dikondisikan). Pandangan ini menempatkan kepercayaan bahwa individu memiliki kapasitas untuk bisa memilih tujuan dan tingkah laku baru. Pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan awal yang dilakukan oleh konseli dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan kesadaran konseli sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. 
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”. Sentuhan ini ada yang bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbentuk verbal dan fisik. Yang menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan melalaui transaksi. Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda.

C.    STRUKTUR KEPRIBADIAN
Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsur-unsur  kepribadian yang terstruktur dan itu  meruakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari:

1) Ego State  Orang Tua (Parent)
            Ego state orang tua cenderung memiliki ciri-ciri antara lain : menasehati, kritik, berperilaku sesuai dengan aturan atau ketentuan instuisi yang berperan penting selama masa pendidikan seseorang. Terdapat dua jenis ego state orang tua, yaitu:
Ø  Orang tua yang membimbing (nurturing parent)
Ciri –ciri orang tua yang membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta menilai dan memberi batasan benar salah yang tegas. 
Ø  Orang tua yang mengkritik (critical parent)
Ciri-cirinya adalah cenderung menasehati, mengkritik, dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung keras. Sering kali mengatakan “tidak”, “jangan”. Pada saat berbicara pada umumnya sambil menunjuk. 
2) Ego State Orang Dewasa (Adult
            Ciri-ciri dari ego state ini adalah berpikir logis berdasarkan fakta-fakta obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, tidak emosional, dan bersifat rasional. Ego state  orang dewasa adalah bagian dari obyektif dari individu di mana ia menerima, menyimpan, memproses, dan mengirim informasi kembali berasarkan opini dan perasaan.

3) Ego State Anak-anak ( Child)
            Ego state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspon dengan melihat, mendengar, dan memahami sesuatu, menipulasi lingkungan seperti menunjukkan sikap manja dan menangis. Terdapat tiga jenis ego state anak, yaitu :
Ø  Anak yang alamiah (natural child)
Cirinya ada;ah spontan mengungkapkan perasaan dan keinginannyyam baik emosi positif maupun negatif.
Ø  Profesor kecil (the little professor)
Anak yang menunjukkan “kebijaksanaan” anak-anak. Cirinya adalah egosentris, manipulatif, dan kreatif. 
Ø  Anak yang menyesuaikan diri (adapted child)
Ego state yang melakukan penyesuaian diri terhadap ego state orang tua yang dimainkan orang lain. Terdapat dua jenis ego state  dalam ego state anak yang menyesuaikan diri, yaitu:
a)      Anak yang penurut (conforming child) Ego state yang melakukan apa yang dikehendaki orang lain bukan ungkapan perasaan dan keinginan sebenarnya. 
b)      Anak yang pemberontak (rebellious child) Ego state yang melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak orang lain. Misalnya : ungkapan “tidak mau”, “masa bodoh.”

D.    MOTIVASI HIDUP
Hansen (dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia menjadi tiga bagian menurut analisis transaksional yaitu:
1.      Kebutuhan akan memperoleh rangsangan
            Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah (salaman, tepukan, belaian), rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian, sanjungan)maupun negative(ejekan, cemoohan, hinaan). Sentuhan akan memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu bersifat sistematis maka anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang biasa mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar kata-kata tersebut maka ia akan merasakan keanehan.

2.      Kebutuhan untuk menstruktur waktu
            Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan;
a)      With drawl
Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.
b)      Ritual
Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh sentuhan dengan sedikit modal energy  atau juga melihat sedikit resiko.
c)      Pas time
Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktu\membiarkan waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas.
d)     Activity
Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh sentuhan.
e)      Games
Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara melakukan permainan dengan orang lain.
f)       Intimacy
Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim baik dengan individu lain ataupun dengan benda.

3.      Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup
            Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik (2009) membagi empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;
a.       Saya OK kamu OK
Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat evolusioner  yaitu berubah secara lambat.
b.      Saya OK kamu tidak OK
Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisinya beres dan posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk merubah pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.  
c.       Saya tidak OK kamu OK
Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang merasa dirinya tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih posisi ini mempunyai sifat rendah diri.
d.      Saya tidak OK kamu tidak OK
Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.

E.     JENIS-JENIS TRANSAKSI
            Gerald Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian yaitu transaksi sejajar, silang dan terselubung:
1.      Transaksi sejajar
Individu yang berkomunikasi dengan menggunakan ego state tertentu sehingganya respon yang ditampilakan oleh orang lain sesuai dengan yang diharapkan
2.      Transaksi silang
Penampilan ego state seseorang sehingganya respon yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3.      Transaksi terselubung
Penampilan ego state seseorang yang dalam komunikasi yang memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya.


F.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah:
1.      Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada
2.      Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3.      Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok
4.      Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak cair.

G.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL
      Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1.      Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok
2.      Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal untuk situasi yang berbeda.
3.      Ego state yang ditampilkannya terlalu cair sehingga tidak ada batas antara ego state yang satu dengan yang lainnya.
4.      Ego statenya tercemar, misalnya ego state edult dicemari oleh ego state child, dan ego state parent.

H.    TUJUAN DAN PROSES KONSELING
Adapun tujuan dari konseling ini ialah:
1.      Mendekontaminasikan ego state yang terganggu
2.      Membantu mengunakan ketiga ego state secara baik dan lentur
3.      Membantu menggunakan ego state adult secara optimal
4.      Mendorong berkembangnya life position SOKO dan lifi script baru dan produktif.

Berikut ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan konseling dengan menggunakan analisis transaksional.

1.      Analisis struktur
Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.
2.       Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau  belum.
3.      Analisis permainan
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah kline mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4.      Analisis naskah hidup
Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat.

I.       TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1.      Permission
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya
2.      Protection
Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
3.      Potency
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya.
      4.   Operation;
Ø  Interrogation
       Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang  respon adult dalam dirinya.
Ø  Specification
        Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
Ø  Confrontation
       Menunjukkan  kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
Ø  Explanation
       Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)
Ø  Illustration
       Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya digunakan  secara tepat.  
Ø  Confirmation
       Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
Ø  Interpretation
       Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya
Ø  Crystallization
        Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.

Sumber:

Hansen, James C. 1977. Counseling Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan BK FIP UNP
Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...