Rabu, Maret 9

KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL (ADLER)

Oleh: Jumadi Tuasikal
A.    Riwayat Hidup

            Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler  merupakan anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
            Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain  dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia mengembangkan kosep tentang inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada Adler menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud dipercaya   untuk memimpin organisasi psikoana-lisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan  Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai titik temu kemudian ditindak lanjuti dengan perdebatan antara pendukung kedua tokoh tersebut yang berakhir dengan keluarnya Adler bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi yang mereka beri nama The Society for Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for Individual Psychology.

B.     Konsep-Konsep Dasar Teori Adler

            Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
            Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
            Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.
            Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2. Prinsip Superior (Superiority Principle)
            Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior).
            Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior atau kesempurnaan.
3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)
            Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya.
            Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama.
            Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia.
             Apa yang berubah hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada mengubahnya.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
            Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya hidup bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
            Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa dating
            Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan tujuan semu dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.
7. Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)
            Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior. Gaya hidup dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud tingkah laku yang ditampilkan secara keseluruhan.
C.    Perkembangan Kepribadian
            Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kehidupan seseorang dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun pertama. Sepanjang tahap awal perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan persepsi diri, pola tingkah laku, dan gaya hidup.  Pada waktu ini juga individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua perilaku diarahkan. Adler berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa rendah diri “inferiority“, perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai `superiority“.
            Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing individu dalam memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk mengembangkan situasinya. Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki mengikuti arah tersebut, mereka berusaha keras mempertahankan, menjaga, mengembangkan, baik dalam hal yang baik, dan buruk. Adler berkeyakinan bahwa memberikan kondisi yang menyenangkan pada awal interaksi anak dengan keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial. Anak akan terdorong untuk mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu cara mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah diri adalah dengan meyakini bahwa seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan kegembiraan kepada orang lain. Oleh karena itulah mereka merasa dirinya berharga. Untuk mengembangkan gaya hidup ada tiga konsep menurut Adler yaitu: self-deterministik, teleology  dan  holistik.
            Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian eksternal. Adler berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk mencapai tujuan sebagai sesuatu keseluruhan yang menyatu dan inilah yang dinamakan gaya hidup. Pada suatu saat dimana tujuan hidup telah dipilih serta gaya hidup dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut maka sangat sukar bagi setiap individu untuk merubahnya.
D.    Perkembangan Abnormal
            Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat perkembangan perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada awal-awal kehidupannya, individu mengembangkan pola tingkah laku yang tidak cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan perasaan infetioritas bisa berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya yang cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1.   Cacat mental dan fisik
            Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat meningkatkan perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap kejadian yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif atau negatif.
2.  Kesalahan dalam mengasuh
            Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus dirinya, sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia tidak berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan menjadi seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/ lebih dari orang lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi individu itu sendiri dan masyarakat.
            Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang tidak biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan individu terhadap minat sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa hubungan dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
E.     Tujuan Konseling
            Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu  menemukan konsep dirinya. Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-gejalanya. Jika seorang klien mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal tersebut menguntungkan dirinya pada saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan dan konsep.
            Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya, (2) membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya, (3) mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.

F.     Proses Konseling
            Adler adalah orang yang pertama untuk mengenali pentingnya hubungan antara konselor dan klien. Dalam pandangannya, terapi sangat utama sebagai suatu hubungan sosial. Pada hakekatnya, keseluruhan proses konseling dipandang sebagai suatu proses sosialisasi. Permasalahan klien sebagian besar adalah hasil dari tidak adanya sosialisasi, dan proses konseling merupakan sarana dalam mengembangkan kembali proses sosialisasi individu. Proses konseling mempunyai potensi, karena adanya interaksi antara konselor dan klien. Hubungan ini adalah unik sebab klien yang pertama kalinya yang berhadapan dengan orang lain tanpa merasa takut. Dengan diberikannya suasana yang hangat oleh konselor, maka klien akan merasa bahwa ia diterima dan akan mampu mengimbangi perasaan rendah dirinya secara terbuka.
            Agar tercipta hubungan yang baik, maka konselor harus menjadi pendengar yang objektif yang penuh perhatian yang berkomunikasi dengan klien dan peduli terhadapnya, maka  konselor harus memiliki kemampuan menyatakan sesuatu kepada klien dalam berbagai cara yang dapat diterima oleh klien, jika tidak maka klien tidak akan pernah memahami tingkah lakunya sendiri dan konsekuensi logis dari tingkah lakunya itu. Adler berpendapat dalam menciptakan hubungan konseling yang sesuai maka konseling melalui tiga tahapan:
  1. Tahap dimana konselor berusaha mengembangkan pemahaman terhadap tujuan serta gaya hidup dari klien
  2. Menginterpretasikan tingkah laku klien terhadap dirinya
  3. Perkembangan minat sosial klien itu sendiri.
            Setelah proses ini, Adler berpendapat bahwa perilaku individu akan berubah. Ini adalah test konseling yang nyata bagi Adler, karena ia tidak percaya bahwa orang bisa mengembangkan pemahaman yang benar tentang dirinya tanpa suatu perubahan dalam perilaku. Jika tidak ada perubahan dan tidak memahami dirinya, berarti konseling belum sukses.
G.    Teknik Konseling
            Pada teori ini, tugas konselor pertama yang sangat penting adalah harus mengembangkan pemahaman terhadap gaya hidup individu. Untuk memahami gaya hidup tersebur konselor dapat memulai dengan memuji tingkah laku klien pada saat sekarang. Dalam waktu bersamaan konselor mengobservasi tingkah laku dalam suasana konseling tersebut. Situasi yang hangat ini dirancang tidak hanya untuk mengembangkan interaksi sosial, tetapi juga membuka fiksi dari klien itu sendiri, sehingga konselor bisa mengetahui pola tingkah laku dari klien.
1.    Analisa Gaya Hidup
            Dari perspektif Adler, tugas terapi yang paling utama adalah konselor dapat mengembangkan pemahaman gaya hidup individu. Dengan cara, mulai dengan pengujian perilaku klien. Ini terpenuhi dengan pertanyaan tentang keberadaan sekarang yang dirasakan dalam hidupnya. Pada waktu yang sama, konselor mengamati perilaku klien pada saat terjadinya konseling. Situasi dirancang tidak hanya untuk tingkatkan sosial interaksi, tetapi juga mengijinkan klien untuk bertindak terbuka. Dengan cara ini konselor dapat memperoleh suatu pengetahuan langsung pola perilaku klien. Setelah ini dipahami, konselor mencoba untuk memahami keseluruhan gaya hidup individu.
            Ada dua teknik umum yang digunakan sebagai sasaran analisa yaitu tahap empati dan intuitif gessing. Perasaan empati sangat penting agar konselor memahami perasaan subjektif dari klien. Dengan memasuki keadaan klien maka konselor bisa memahami perasaan yang mengarahkan tingkah laku klien. Intuitif gessing yang digambarkan Adler bisa dihubungkan dengan kemampuan konselor untuk menginterpretasikan apa yang dikatakan oleh klien serta proses yang terjadi dalam pikiran klien.
            Menurut Gushurt empat hal yang harus diketahui oleh konselor untuk mengembangkan pemahaman tentang gaya hidup :
  1. Konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat penting terhadap kepribadian.
  2. Konselor harus mampu mengetahui pola-pola tingkah laku
  3. Konselor harus mampu membandingkan pola-pola yang terdapat dalam hubungan dengan keluarga klien untuk menentukan persamaan dan perbedaan
  4. Konselor harus melakukan interpretasi yang tepat terhadap materi dengan demikian konselor bisa memahami gaya hidup dan akibat logis.
            Salah satu langkah yang aktual dalam proses adalah menyuruh klien menggambarkan hubungan keluarganya Data ini digunakan dalam upaya untuk menentukan faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan individu yang bisa membantu menemukan pola tingkah laku yang pasti, sehingga konselor bisa memahami interaksi khas pada individu yang dapat berpengaruh terhadap gaya hidup klien itu sendiri. Teknik ini mendapatkan perhatian yang serius dalam proses konseling.
2.    Menginterpretasi Early Recollections
            Jika pemahaman terhadap keseluruhan gaya hidup individu penting, maka konselor harus mendorong klien untuk mendiskusikan ingatan-ingatannya. Adler yakin bahwa ingatan setiap individu tidak selalu sempurna (cenderung berat sebelah), la hanya ingat kejadian-­kejadian yang bermakna bagi gaya hidupnya sekarang. Dengan demikian bila konselor bisa memahami kejadian-kejadian dimana individu mendasarkan gaya hidupnya, maka konselor akan memiliki pemahaman yang baru terhadap kejadian yang ada pada klien.
3.    Interpretasi
            Jika pemahaman terhadap gaya hidup klien telah dikembangkan melalui analisa terhadap hubungan keluarga dan ingatan masa lampau, maka konselor perlu menginterpretasi pengalamannya terhadap klien dengan berbagai cara, sehingga klien akan menerima proses pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. konselor harus fleksibel dan menggunakan setiap metode yang dirasa dapat mengembangkan pemahaman terhadap klien. Jika klien telah mengembangkan pemahaman baru tentang tingkah lakunya. Adler yakin bahwa tingkah laku klien tersebut akan berubah.
4.    Konsultasi Adlerian
            Salah satu perkembangan yang penting dalam gerakan Adlerian adalah prosedur konsultasi orang tua dan guru. Karena konselor sering dilibatkan dengan populasi ini. Maka kita pantas untuk melakukan pengujian terhadap prosedur secara sempurna. Bernice Grunwald, seorang guru sekolah negeri dan anggota dari Institut Alfred Adler di Chicago, menyatakan bahwa jika semua anak-anak telah dibawa untuk menyadari bahwa tiap-tiap kelas di sekolah adalah unit kerja penyelesaian masalah dimana tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab atas perilakunya, maka permasalahan yang ada sekarang yang ada di sekolah tidak akan ada.
            Dia menyatakan bahwa ini mungkin terjadi jika guru percaya akan filosofi ini, dan mau belajar ilmu dinamika kelompok dan prosedur memeriksa. Itu juga berguna bagi orang tua, jika memanfaatkan filosofi ini bahwa rumah adalah suatu unit kerja penyesaian masalah, dan anak-anak mereka adalah mitra yang bertanggung jawab dalam prosesnya. Dalam rangka menetapkan lingkungan ini, baik di rumah dan di sekolah, orang tua dan para guru memerlukan beberapa pelatihan spesifik. Konselor akan menawarkan diri sebagai jasa konsultatif.
            Dasar pendekatan Adlerian untuk melakukan konsultasi dengan orang tua dan guru telah dikembangkan oleh Dinkmeyer  dia menamakan prosedur ini dengan kelompok “C”. Dasar psikologi kelompok ini adalah .
  1. Tingkah laku bersifat holistik yang bisa pahami hanya dengan kesatuannya.
  2. Arti penting dari tingkah laku dihubungkan dengan konsekuensi yang diperoleh dari prosedur yang dilakukan
  3. Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu hanya bisa dipahami dalam konteks sosial
  4. Motivasi individu secara baik dengan mengetahui bagaimana individu berusaha untuk memperoleh pengakuan.
  5. Tingkah laku individu diarahkan pada tujuan
  6. Suatu rasa keterlibatan adalah dasar keberadaan manusia.
  7. Tingkah laku bisa dipahami dengan kerangka internal dari keberadaan individu
            Prinsip yang tujuh ini berhubungan secara langsung dengan konsep Adlerian, didasari oleh Dinkmeyer yang merupakan cara mengajar orang tua dan para guru prinsip Adler dan cara untuk menerapkannya di rumah dan sekolah. Dasar pendekatan ini adalah menciptakan lingkungan di mana anak-anak didukung, tidak menakut-nakuti, dan mereka belajar bertanggung jawab untuk perilaku mereka sendiri dan perilaku itu mempengaruhi orang lain.

SUMBER:
Hansen, James C. 1977. Counseling Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Prayitno. 1998.  Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang
Taufik. 2014. Model-Model Pendidikan. Padang: FIP.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERKEMBANGAN KARIR: KRUMBOLTZ SERTA APLIKASINYA

Jumadi Mori Salam Tuasikal, M.Pd A.    Konsep Dasar             Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan...