A. Sejarah Perkembangan
Skinner (1904-1990) sebagai penemu
teori behavioral yang pertama, dibesarkan di lingkungan keluarga yang hangat
dan stabil. Skinner sangat tertarik dalam membangun segala macam hal. Ia
menerima gelar PhD di bidang psikologi dari Harvard University pada tahun 1931
dan akhirnya kembali ke Harvard setelah mengajar di beberapa universitas.
Skinner adalah seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat
dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Ia juga seorang ahli
eksperimen di laboratorium.
Skinner tidak mempercayai menusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya tindakan
tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandangannya pada
sebab akibat antara tujuan, kondisi lingkungan dan perilaku yang dapat diamati.
Pandangannya muncul sebagai bentuk protes terhadap psikoanalitik yang berfokus
pada pikiran dan motif-motif yang tidak terlihat, sehingga ia merasa prihatin
akan fokus yang terlalu kecil terhadap lingkungan yang dapat diamati. Skinner
tertarik pada konsep penguatan dan menerapkannya dalam dirinya sendiri. Skinner
percaya iptek dapat menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Terapi
behavior tradisional diawali pada tahun
1950-an dan awal 1960-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan
Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang
dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian
perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik.
Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavior terdiri dari tiga
trend utama, yaitu :
a)
Gelombang 1 : Pada tahun 1960
Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial, yang dikombinasikan
pengkondisian klasik dan operan kondisioning sdengan pembelajaran
observasional. Bandura membuat kognisi fokus yang sah untuk terapi bahavior.
Selama tahun 1960-an sejumlah pendekatan perilaku kognitif bermunculan, dan
mereka masih memiliki dampak signifikan pada praktek terapi. Terapi behavior
kontemporer muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi selama 1970-an, dan
itu memiliki dampak signifikan pada pendidikan, psikologi, psikoterapi,
psikiatri, dan pekerjaan sosial. Teknik behavior yang diperluas untuk
memberikan solusi terhadap masalah bisnis, industri, dan membesarkan juga anak.
Dikenal sebagai "gelombang pertama" di lapangan behavior, teknik
terapi behavior dipandang sebagai pilihan perawatan untuk banyak masalah
psikologis.
b)
Gelombang 2 : Tahun 1980-an yang
ditandai dengan pencarian konsep dan metode baru yang melampaui teori belajar
tradisional. Terapis behavior melakukan evaluasi terhadap metode yang mereka
gunakan dan mempertimbangkan dampak dari praktek terapi pada klien mereka dan
masyarakat yang lebih luas. Meningkatnya perhatian diberikan kepada peran emosi
dalam perubahan terapi, serta peran faktor biologis dalam gangguan psikologis.
Dua perkembangan yang paling signifikan adalah (1) munculnya terus terapi
kognitif behavior sebagai kekuatan utama dan (2) penerapan teknik perilaku
untuk pencegahan dan pengobatan gangguan kesehatan terkait. Pada akhir
1990-an Asotiation Behavior and Cognitive Therapi (ABCT) menyatakan keanggotaan
dari sekitar 4.300. Gambaran saat ABCT adalah "sebuah organisasi
keanggotaan lebih dari 4.500 profesional kesehatan mental dan mahasiswa yang
tertarik dalam terapi bahavior berbasis empiris atau terapi behavior
kognitif." Perubahan nama dan deskripsi mengungkapkan pemikiran saat ini
mengintegrasikan terapi perilaku dan kognitif. Terapi kognitif dianggap sebagai
“gelombang kedua” dari tradisi behavior.
a)
Gelombang 3 : Pada awal
2000-an, "gelombang ketiga" dari tradisi perilaku muncul, memperbesar
ruang lingkup penelitian dan praktek. Perkembangan terbaru termasuk terapi
perilaku dialektis, kesadaran berbasis pengurangan stres, kesadaran berbasis
terapi kognitif, dan penerimaan dan terapi komitmen.
B. Konsep Dasar
Konsep dasar yang dipakai oleh
Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah
laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang dipakai dalam
pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam
laboratorium. Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol
oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan
reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku
yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah
laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui
hukum-hukum belajar :
- Pembiasaan klasik
- Pembiasaan operan
- Peniruan.
Tingkah laku tertentu pada individu
dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah
hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia
dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan
tingkah laku. Adapun karakteristik konseling behavioral adalah :
- berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
- Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
- Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
- Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
C.
Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para
behaviorist adalah pasif dan mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang
dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang
membentuknya. Lebih jelas lagi penjelaskan tentang hakikat manusia dalam pandangan teori
behavioristiksebagai berikut: dalam teori ini menganggap manusia
bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol
terbatas, hidup dalam alam deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam
memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya,dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Konseling
behavioral ini berpandangan bahwa manusia itu:
1. Lahir dalam
mempunyai bawaan netral, artinya manusia itu hak untuk berbuat baik/buruk/jahat.
2. Lahir dengan
membawa kebutuhan dasar dan dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan.
3. Kepribadian
manusia berkembang atas dasar interaksi dengan lingkungannya.
4. Mempunyai tugas
untuk berkembang melalui kegiatan belajar.
5. Manusia dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan.
D.
Struktur
Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan
struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi
menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah
perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia
dapat di ketahui melalui tingkahlaku yang tampak dan diamati (observable
behavior).Selain itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam
pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap,
perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a) Lingkungan dan pengalaman
menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b) Dualisme,
seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas
keilmuan pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c) Walaupun
pembentukan kepribadian memiliki batsan genetis namun efek dari lingkungan dan
stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d) Dalam membentuk sebuah teori dari
kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting. Tidak
ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon. Semua perilaku
dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda
dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.
E.
Tujuan
Konseling Behavioral
Sesuai dengan namanya maka tujuan konseling behavioral yaitu membantu
menciptakan kondisi dan lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah
perilakunya dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan konseling behavioral
berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di
antaranya :
1) Menciptakan kondisi-kondisi baru
bagi proses belajar
2) Penghapusan hasil belajar yang tidak
adaptif
3) Memberi pengalaman belajar yang
adaptif namun belum dipelajari
4) Membantu konseli membuang
respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5) Konseli belajar perilaku baru dan
mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan
perilaku yang diinginkan.
6) Penetapan tujuan dan tingkah laku
serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor
F.
Pribadi Sehat
dan Bermasalah
a. Pribadi sehat
Dalam
pandangan teori ini kepribadian
individu yang sehat adalah sebagai berikut;
v Dapat merespon stimulus yang ada di
lingkungan secara cepat.
v Tidak kurang dan tidak berlebihan
dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
v Mempunyai derajat kepuasan yang
tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri
dan lingkungan.
v Dapat mengambil keputusan yang tepat
atas konflik yang dihadapi.
v Mempunyai self control yang
memadai
b. Pribadi bermasalah
Kepribadian
yang dipandang bermasalah menurut teori ini adalah sebagai berikut;
v Tingkah laku
yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
v Tingkah laku
yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang
salah.
v Tingkah laku maladaptif
terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
v Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan
lingkungan
v Tingkah laku yang tidak wajar
menurut standard nilai, yang kemudian menimbulkan konflik dengan
lingkungan
G. Teknik-teknik Konseling Behavioral
1) Latihan
Asertif
Teknik
ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon
posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam
latihan asertif ini.
2) Desensitisasi
Sistematis
Desensitisasi
sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan
untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang
diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi
sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus
tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3) Pengkondisian
Aversi
Teknik
ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan
yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah
laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.
4) Pembentukan
Tingkah laku Model
Teknik
ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor
menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model
audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis
tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
5) Covert
Sensitization
Teknik
ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi
menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta
membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta
membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang
peminum, sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas
hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah.
Hal ini diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.
6) Thought
Stopping
Teknik
ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh
menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu
dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata saya jahat!. Jika klien memberi
tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: saya
jahat!), terpis segera berteriak dengan nyaring : berhenti!. Pikiran yang tidak
karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali
melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang
mengganggunya itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Terjemahan oleh E. Koeswara
.Bandung, Refika Aditama.
Hansen, James C. Richard R. Stevic, dan Richard W. Warner,
Jr. 1982. Counseling: Theory and
Process. Boston; allyn and Bacon. Inc.
Prayitno. 1998. Konseling
Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang
Sudratajat, Akhmad. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral. dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/
Taufik.
2014. Model-Model Pendidikan. Padang:
FIP.
ini sangat bermanfaat, terimakasih kaka,,
BalasHapusiya dede
BalasHapus